Karantina dan Isolasi Diri Lebih Efektif Meredam Kasus Baru
Korban terjangkit virus korona telah mencapai lebih dari 1 juta kasus di seluruh dunia dengan lebih dari 51.000 kematian. Karantina dan isolasi lebih efektif untuk redam penambahan kasus baru.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·5 menit baca
GENEVA, JUMAT — Karantina kota dan isolasi diri dinilai lebih efektif meredam penambahan kasus baru Covid-19. Jumlah kasus baru akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 bisa melambat setelah dilakukan karantina dan isolasi diri seperti dialami Italia dan Spanyol.
Sementara itu, Peru dan Panama mulai Kamis (2/4/2020) waktu setempat memilih cara sendiri untuk meredam munculnya kasus baru. Dua negara ini memberlakukan pemisahan jender, laki-laki dan perempuan, pada saat meninggalkan rumah untuk memperlambat penyebaran pandemi Covid-19.
Hingga Kamis malam waktu Geneva, Swiss, atau Jumat pagi WIB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kasus infeksi yang terkonfirmasi di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 1 juta kasus. Selain itu, WHO telah mencatat lebih dari 51.000 kasus kematian di dunia.
Dalam tujuh hari terakhir, beberapa kasus baru telah didiagnosis di seluruh dunia seperti 86 hari sebelumnya. Jumlah kematian yang dilaporkan telah menjadi dua kali lipat sejak 27 Maret 2020. Selain itu, hingga saat ini, setidaknya 186.000 orang dianggap telah pulih dari Covid-19.
Akselerasi yang tajam dalam jumlah infeksi berarti bahwa pandemi sekarang menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan. Eropa saat ini menjadi pusat pandemi dengan total 542.191 kasus dan 37.715 kematian, setara dengan 54 persen kasus positif dan 73 persen kematian dari total global di seluruh dunia.
Pada 7 Maret 2020, jumlah kasus di Eropa kurang dari 10.000 kasus. Penyebaran kasus dipercepat selama beberapa minggu terakhir. Hanya dalam 10 hari, jumlah kematian telah meningkat tujuh kali lipat, melampaui 37.000 kasus pada 2 April 2020.
Namun, situasi di Amerika Serikat lebih mengkhawatirkan. Pada 27 Maret 2020, AS adalah negara paling terpukul di dunia dalam hal jumlah infeksi. Pada 2 Maret 2020, AS secara resmi hanya mencatat 68 infeksi, tetapi sekarang memiliki lebih dari 234.000 kasus positif. Sejak 28 Maret 2020, hanya dalam lima hari, jumlah kasus meningkat dua kali lipat.
Jumlah kematian pun mengikuti lintasan yang sama: kematian pertama dilaporkan di AS pada 1 Maret 2020, tetapi jumlah korban naik menjadi 5.607 pada Kamis (2/4/2020). Itu berarti dua kali lipat dalam tiga hari terakhir.
Namun, Italia dan Spanyol yang memiliki angka kematian lebih tinggi. Italia mendaftarkan 115.242 kasus dan 13.915 kematian. Spanyol melaporkan 110.238 infeksi dan 10.003 kematian.
Ketiga negara itu sekarang memiliki lebih banyak kasus daripada China, negara tempat virus korona pertama kali ditemukan pada akhir tahun lalu. Namun, di China saat ini jumlah kasus telah melambat tajam selama sebulan terakhir. China memiliki total 81.589 kasus dan 3.318 kematian, termasuk hanya 31 kematian dalam seminggu terakhir.
Dari setiap 100 kematian di Eropa, sebanyak 36 kematian terjadi di Italia dan 27 kematian di Spanyol.
Karantina dan isolasi
Untuk meredam penambahan kasus positif, upaya karantina dan isolasi diri dinilai lebih efektif. Langkah-langkah karantina dan isolasi yang telah diterapkan di Italia dan Spanyol dalam upaya untuk menghentikan penyebaran Covid-19 akhirnya membuahkan hasil.
Dua minggu lalu, jumlah kasus yang dilaporkan di Italia meningkat setiap hari sebesar 15 persen. Namun, penambahan kasus menjadi melambat, kurang dari 5 persen dalam beberapa hari terakhir. Dalam 24 jam terakhir, hanya 18 pasien baru yang dirawat di perawatan intensif di Italia.
Di Spanyol, tingkat pertumbuhan harian jumlah infeksi sekarang mencapai 8 persen dibandingkan dengan minggu lalu sebesar 15-20 persen.
Di Eropa dan seluruh dunia, negara-negara lain yang paling terpukul adalah Perancis, Iran, Inggris, Belanda, Belgia, Jerman, Swiss, dan Turki.
Afrika meskipun memiliki populasi besar 1,3 miliar jiwa, sejauh ini mencatat 6.804 kasus dan 273 kematian. Satu-satunya benua yang memiliki lebih sedikit kasus adalah Oseania dengan 5.949 kasus dan 27 kematian.
Di Amerika Latin dan Karibia, jumlah infeksi pada Kamis (2/4/2020) mencapai 23.133 kasus dan ada 653 kematian. Timur Tengah melaporkan 64.083 kasus dan 3.306 kematian, sedangkan seluruh Asia ada 112.356 kasus dan 4.003 kematian.
Berdasarkan jender
Peru dan Panama mulai Kamis (2/4/2020) memberlakukan pemisahan jender laki-laki dan perempuan saat meninggalkan rumah untuk memperlambat penyebaran pandemi Covid-19.
Di tengah karantina yang ketat di Peru, Presiden Martin Vizcarra mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan hanya akan diizinkan meninggalkan rumah mereka pada hari-hari yang ditentukan dan dibagi berdasarkan jender.
Pada Senin, Rabu, dan Jumat hanya laki-laki yang bisa meninggalkan rumah mereka untuk berbelanja persediaan makanan. Perempuan bisa keluar rumah pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Tidak ada yang akan diizinkan meninggalkan rumah pada hari Minggu.
”Kita harus membuat lebih sedikit orang berada di jalanan setiap hari,” kata Vizcarra dalam konferensi pers virtual dengan para menteri dan para ahli.
Vizcarra mengatakan, lebih mudah bagi pasukan keamanan untuk memantau peredaran laki-laki dan perempuan untuk menegakkan perintah karantina daripada menggunakan nomor seri dokumen identitas untuk membagi hari, seperti yang telah dilakukan beberapa negara lain.
Menurut Vizcarra, langkah baru itu akan diberlakukan hingga 12 April 2020 dan aturan ini tidak berlaku bagi mereka yang dalam keadaan darurat atau diberi wewenang untuk bekerja selama karantina, seperti mereka yang bekerja di produksi makanan, apotek, dan bank.
Peru telah memberlakukan langkah-langkah sulit untuk mengendalikan penyebaran virus korona jenis baru. Ada sejumlah besar orang yang ditangkap karena melanggar aturan karantina. Peru hingga saat ini telah mencatat 1.414 kasus dengan 55 kematian.
”Kami memiliki 10 hari tersisa. Mari kita lakukan upaya tambahan untuk masuk ke kurva ini dan kita bisa mengendalikan evolusi penyakit ini,” kata Vizcarra.
Menteri Keamanan Panama Juan Pino pada konferensi pers virtual, Kamis (2/4/2020) waktu setempat, mengatakan, pemerintah akan memperketat langkah dan membatasi perempuan dan laki-laki saat mereka keluar rumah. Mereka hanya boleh keluar selama jam-jam yang telah ditentukan.
”Dengan karantina absolut, laki-laki dan perempuan akan memiliki jadwal transit. Keputusan itu merupakan bagian dari strategi operasional yang berupaya mengurangi penyebaran Covid-19,” kata Pino.
Panama telah melaporkan 1.317 kasus virus korona dan 32 kematian. Pino juga memperingatkan bahwa sistem kesehatan bisa kewalahan jika jumlah orang yang membutuhkan perawatan intensif meningkat secara substansial. (AFP/REUTERS)