Dunia Butuh Tambahan 6 Juta Perawat untuk Memenangi Perang Lawan Covid-19
Kebutuhan perawat ini mendesak karena, akibat pandemi Covid-19, banyak dokter dan perawat terinfeksi, bahkan tewas dalam tugas merawat pasien.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
GENEVA, SELASA — Untuk memerangi wabah korona tipe baru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan dunia setidaknya membutuhkan tambahan 6 juta perawat. Saat ini ada 28 juta perawat di seluruh dunia. Dari tahun 2014-2018 tercatat ada penambahan 4,7 juta perawat.
Namun, tetap saja masih ada kekurangan sedikitnya 5,9 juta perawat. Wilayah yang paling kekurangan perawat adalah negara-negara termiskin, seperti di Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sebagian wilayah Amerika Selatan.
Laporan WHO bersama lembaga Nursing Now dan Dewan Internasional Perawat (ICN), Selasa (7/4/2020), menyebutkan bahwa peran perawat yang berjumlah lebih dari separuh dari total seluruh tenaga medis di seluruh dunia itu memegang peranan penting. Laporan itu mendorong sejumlah negara untuk mengidentifikasi kekurangan dan segera berinvestasi pada pendidikan keperawatan, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memperkuat kepemimpinan.
”Perawat adalah tulang punggung layanan kesehatan. Banyak perawat yang sekarang berada di garis depan melawan Covid-19. Mereka harus dapat dukungan penuh karena ikut menjaga kesehatan dunia,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataan tertulisnya.
Kebutuhan perawat ini mendesak karena, akibat pandemi Covid-19, banyak dokter dan perawat terinfeksi, bahkan tewas dalam tugas merawat pasien. Di Turki, misalnya, lebih dari 600 perawat terinfeksi. Begitu pula dengan di Spanyol, yang mencatat sebanyak 12.298 tenaga medis terinfeksi virus korona.
Direktur Eksekutif ICN Howard Catton mengatakan, peran perawat terbukti penting karena melihat kasus-kasus yang ada, di daerah-daerah yang jumlah perawatnya kurang jumlah kasus infeksi, kesalahan pengobatan, dan tingkat kematian ternyata tinggi. ”Perawat yang ada sekarang sudah kelelahan,” ujarnya.
Di daerah-daerah yang jumlah perawatnya kurang, ternyata jumlah kasus infeksi, kesalahan pengobatan, dan tingkat kematian tinggi.
Untuk memerangi pandemi Covid-19, Mary Watkins dari Nursing Now mendorong agar semua tenaga medis segera menjalani tes virus. Banyak tenaga medis yang tidak mau bekerja karena takut terinfeksi dan mereka juga belum mengetahui pasti apakah sudah terinfeksi atau belum. Sampai sejauh ini, kata Catton, sedikitnya 100 tenaga medis tewas di seluruh dunia.
Catton juga mengecam perilaku masyarakat yang menyerang tenaga medis yang sudah bekerja keras dengan taruhan nyawa merawat pasien Covid-19. Semua negara diminta untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga medis. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah didesak menyosialisasikan informasi-informasi yang benar dan berdasarkan fakta terkait Covid-19.
Menurut Giorgio Cometto dari Departemen Tenaga Kerja WHO, baru kali ini tenaga medis dipandang sebagai ancaman yang berpotensi menyebarkan virus dan tidak dianggap sebagai orang yang berjasa melawan Covid-19. ”Ini jelas perlu komunikasi yang benar dengan masyarakat, dan semua tenaga medis harus dilindungi,” ujarnya.
Baroness Mary Watkins, Direktur Nursing Now, juga mengingatkan bahwa tenaga medis pernah mendapatkan perlakuan yang buruk dari masyarakat saat wabah Ebola dan HIV-AIDS.
Perawat imigran
Penghargaan yang kurang pada profesi perawat, antara lain, bisa terlihat dari negara-negara kaya yang tidak mencetak perawat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka malah bergantung pada perawat imigran atau pendatang yang biasanya datang dari Filipina dan India. Hal ini juga menyebabkan negara-negara itu kekurangan perawat.
”Sekitar 80 persen dari jumlah perawat di dunia hanya bisa membantu 50 persen jumlah penduduk,” kata Catton.
Dukungan terhadap perawat, kata Watkins, akan bisa berubah jika ada lebih banyak laki-laki yang berprofesi sebagai perawat. Hal ini bukan hanya dugaan, tetapi sudah terbukti di sejumlah negara. Selama ini biasanya profesi perawat mayoritas perempuan. ”Kalau lebih banyak laki-laki, gaji dan fasilitas untuk perawat membaik,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)