Sejumlah negara terus berlomba-lomba mengembangkan calon vaksin untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain terapi, vaksin yang efektif dan aman juga akan bisa mengubah arah pandemi ini.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Dalam upaya menekan kasus Covid-19 impor dari Rusia, China telah menyetujui uji klinis terhadap dua calon vaksin Covid-19. Kantor berita Xinhua, Selasa (14/4/2020), melaporkan bahwa dua calon vaksin itu dikembangkan oleh perusahaan Sinovac Research and Development Co Ltd yang berbasis di Beijing dan Wuhan Institute of Biological Products yang terafiliasi dengan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm).
Kedua calon vaksin tersebut merupakan kelompok pertama inactivated vaccine—vaksin yang dikembangkan dari patogen yang sudah mati dari virus penyebab Covid-19—dari China yang sudah mendapat persetujuan uji klinis ke manusia. Dengan menggunakan mikroorganisme patogen yang diinaktivasi atau sudah dimatikan, jenis vaksin ini dinilai memiliki standar keamanan dan efektivitas internasional serta perlindungan yang luas.
China telah meletakkan dasar-dasar riset inactivated vaccine selama bertahun-tahun. Teknik pengembangan vaksin ini telah digunakan untuk membuat vaksin hepatitis A, influenza, dan polio. Produsen vaksin-vaksin itu juga memiliki kapasitas produksi yang besar.
Menurut sebuah sumber di Sinopharm, perusahaan tersebut mengalokasikan dana satu miliar yuan (sekitar 142 juta dollar AS) untuk penelitian dan pengembangan vaksin dengan dua pendekatan teknologi.
Sementara Sinovac yang berpengalaman dalam riset dan pengembangan vaksin sindrom pernapasan akut parah (SARS) telah menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga, termasuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Zhejiang dan Institute of Laboratory Animal Science di bawah Chinese Academy of Medical Science. Calon vaksin dari Sinovac memperlihatkan reaksi netralisasi silang yang baik terhadap berbagai strain virus korona baru pemicu Covid-19.
China mengadopsi lima pendekatan teknologi dalam pengembangan vaksin Covid-19.
China mengadopsi lima pendekatan teknologi dalam pengembangan vaksin Covid-19, termasuk vaksin inaktivasi, vaksin protein rekombinan, vaksin vektor adenovirus, vaksin asam nukleat, dan vaksin yang menggunakan virus influenza yang dilemahkan.
Maret lalu, tidak lama setelah uji klinis calon vaksin dari Moderna dilakukan di Amerika Serikat, China juga memberikan lampu hijau pada uji klinis calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Academy of Military Medical Science China dan perusahaan bioteknologi CanSino Bio.
Sementara itu, setelah uji klinis kandidat vaksin Covid-19 dari Moderna dilakukan di AS, pada Senin (6/4/2020) perusahaan Inovio Pharmaceuticals mengumumkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui uji klinis fase 1 INO-4800, kandidat vaksin Covid-19 dari Inovio, pada orang yang sehat.
Pada laman Inovio, Presiden yang juga CEO Inovio Joseph Kim mengatakan, ”Ini merupakan langkah signifikan dalam perang global melawan Covid-19. Tanpa vaksin yang aman dan efektif, pandemi Covid-19 akan terus menjadi ancaman bagi kehidupan.”
Senin (13/4/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa vaksin yang aman dan efektif dibutuhkan untuk menghambat sepenuhnya penyebaran Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 114.000 orang di seluruh dunia.
”Keterhubungan global kita akan berarti, risiko kemunculan kembali Covid-19 akan tetap ada,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. ”Pada akhirnya, pengembangan dan distribusi vaksin yang aman dan efektif akan diperlukan untuk sepenuhnya menghambat penularan.”
Sambil menunggu vaksin berhasil dikembangkan, pembatasan sosial dengan menjaga jarak fisik sejauh 2 meter tetap menjadi kebijakan yang dinilai efektif untuk mencegah penularan Covid-19.
”Jujur, pembatasan sosial akan tetap menjadi bagian dari hidup, tidak hanya di Irlandia, tetapi juga di seluruh dunia, sampai kita memiliki vaksin atau pengobatan yang efektif,” kata Menteri Kesehatan Irlandia Simon Harris. (REUTERS)