Denmark menjadi negara pertama di Eropa yang mencabut karantina. Austria sudah mengumumkan rencananya untuk mencabut kebijakan karantina, tetapi belum juga diwujudkan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
KOPENHAGEN, RABU — Setelah selama satu bulan menjalani karantina akibat pandemi Covid-19, Denmark mulai membuka kembali tempat penitipan anak, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar secara bertahap mulai Rabu (14/4/2020). Sementara sekolah menengah tetap belajar jarak jauh dan mulai ke sekolah per 10 Mei 2020.
Denmark menjadi negara pertama di Eropa yang mencabut karantina. Austria sudah mengumumkan rencananya untuk mencabut kebijakan karantina, tetapi belum juga diwujudkan dan masih harus memastikan keamanan kondisi kesehatan penduduknya ketika karantina itu dicabut.
Namun, tidak semua sekolah mau dan meminta lebih banyak waktu untuk menyesuaikan dengan aturan kesehatan. Hanya separuh sekolah di Denmark yang akan buka kembali. Di Kopenhagen, ada 35 persen sekolah yang akan buka kembali selambatnya 20 April ini.
Pada awal April, pemerintah mengumumkan sekolah hanya akan dibuka kembali apabila semua orang masih tetap bisa saling menjaga jarak fisik sejauh 2 meter dan mencuci tangan. Pengaturan bangku dan meja di kelas juga disesuaikan dengan ketentuan itu. Pada saat waktu istirahat pun anak-anak dan guru tidak diperbolehkan berkumpul dalam jumlah banyak.
Penolakan
Untuk mematuhi kebijakan itu, banyak sekolah yang memilih akan melakukan kegiatan belajar mengajar di luar ruang kelas. Namun, ini akan sulit bagi sekolah yang berada di perkotaan. Banyak orangtua yang menentang keputusan membuka kembali sekolah karena masih khawatir dengan wabah korona.
Banyak orangtua menentang keputusan pembukaan kembali sekolah itu karena khawatir dengan pandemi. Ada petisi yang diteken 18.000 orangtua yang menolak kebijakan itu. Alasan mereka bisa dipahami karena di Denmark ada 6.691 kasus Covid-19 dengan 299 kematian.
Kebijakan karantina Denmark melarang lebih dari 10 orang berkumpul, menutup restoran, bar, salon, pertokoan, dan kelab. Pada, Selasa lalu, pemerintah memperbolehkan toko-toko kecil buka, tetapi tetap mengharuskan warga menjaga jarak fisik dan memakai masker dimana pun berada.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menyatakan, keputusan membuka kembali sekolah itu dan akan menyusul dunia usaha itu karena jumlah kasus positif Covid-19 menurun terus.
”Hidup kita sehari-hari belum pulih untuk sementara ini. Kita masih harus hidup dengan banyak pembatasan dalam beberapa bulan ke depan,” ujarnya.
Frederiksen menekankan pihaknya akan mencabut kebijakan karantina secara bertahap hanya jika kasus Covid-19 stabil. Ia mengakui adanya risiko jika Denmark terlalu cepat mencabut karantina, jumlah kasus berisiko naik lagi. ”Kalau itu terjadi, kita harus karantina lagi,” ujarnya.
Kesiapan negara
Denmark adalah negara kedua di Eropa yang mengumumkan kepastian mencabut kebijakan karantina secara bertahap. Sebelumnya, Austria juga sudah mengumumkan itu dan saat ini tengah bersiap membuka diri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir dengan keputusan beberapa negara anggota Uni Eropa (UE) yang mulai mencabut kebijakan karantinanya terlalu dini. Langkah ini justru akan membuka pintu bagi wabah korona gelombang kedua.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan keputusan mencabut karantina seharusnya dilakukan hanya jika wabah korona betul-betul sudah bisa dikendalikan. Selain itu, setiap negara harus memastikan layanan kesehatan yang baik dan lengkap tersedia bagi setiap warga terpenuhi.
Negara juga harus memastikan seluruh warganya betul-betul mematuhi langkah-langkah preventif seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, dan mencuci tangan dengan sabun di semua tempat.
Selain Denmark, WHO mencatat Austria dan Swiss juga akan mencabut karantina secara bertahap karena jumlah kasus yang stabil. Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyatakan tidak perlu memperpanjang kebijakan karantina lagi karena jumlah kasus yang juga sudah mulai stabil. Namun, ia berjanji akan tetap berhati-hati setelah karantina dicabut.
Menyusul negara lain yang hendak mencabut karantina adalah Spanyol. Warga sudah diperbolehkan kembali bekerja meski jumlah kasus positif masih di angka 169.496 kasus dan 17.489 orang tewas. (REUTERS/AFP)