Kasus Baru Capai Titik Terendah, Korsel Kendurkan Kebijakan Jaga Jarak Sosial
Setelah menerapkan kebijakan jaga jarak sosial yang ketat, kini negara-negara mulai berpikir bagaimana caranya melonggarkan kebijakan itu tanpa memicu gelombang kedua infeksi Covid-19. Korea Selatan, salah satunya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Korea Selatan mengendurkan beberapa ketentuan dalam kebijakan jaga jarak sosialnya yang telah diperpanjang hingga 16 hari ke depan. Relaksasi ini antara lain mencakup kegiatan di gereja dan olahraga. Kebijakan itu diambil menyusul kasus baru Covid-19 yang mencapai titik terendahnya dalam dua bulan, yaitu delapan kasus.
Dengan keputusan mengendurkan kebijakan jaga jarak sosial ini, sejumlah pembatasan kegiatan di tempat yang memiliki risiko penularan besar, seperti di gereja, akan dilonggarkan. Kegiatan olahraga, seperti pertandingan Liga Korea Baseball Organization (KBO), bisa diselenggarakan tanpa penonton.
”Yang paling aman adalah tetap menjaga jarak sosial yang intensif, tetapi kenyataannya itu tidak mudah. Kita perlu mencari titik tengahnya,” kata Perdana Menteri Korea Selatan Chung Syek-yun dalam sebuah rapat yang disiarkan oleh stasiun televisi.
”Jika kita mampu mempertahankan pada level sekarang, kita akan beralih pada ’jaga jarak sosial rutin’ mulai 6 Mei,” ujar Chung.
Otoritas kesehatan Korea Selatan menyebutkan, langkah relaksasi ini akan memungkinkan bergeraknya roda ekonomi sambil tetap menerapkan panduan disinfeksi dan pencegahan penyebaran di kehidupan sehari-hari.
Pada Maret lalu, Korea Selatan mengeluarkan instruksi yang mendesak kegiatan keagamaan, olahraga dalam ruang, juga fasilitas hiburan, seperti klub malam, dihentikan. Perintah itu kini melunak. Semua kegiatan itu boleh dilakukan kembali sepanjang mematuhi panduan disinfeksi.
”Pemerintah akan mengevaluasi tingkat risiko setiap dua minggu dan menyesuaikan level jaga jarak sosial ketika dibutuhkan,” kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo.
Angka kasus baru teranyar yang dilaporkan Korea Selatan, yakni delapan kasus, merupakan angka terendah sejak 18 Februari 2020. Dengan begitu, jumlah kasus positif Covid-19 menjadi 10.661 kasus dengan kasus meninggal sebanyak 234.
Otoritas kesehatan Korsel menyebutkan, langkah relaksasi ini akan memungkinkan bergeraknya roda ekonomi sambil tetap menerapkan panduan disinfeksi dan pencegahan penyebaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) menyatakan, dari delapan kasus baru itu, lima di antaranya merupakan kasus impor.
Korea Selatan telah mampu menekan wabah Covid-19 dan dalam beberapa minggu ini melaporkan sekitar 20 kasus baru. Otoritas kesehatan menyebut tren ini sebagai berita baik. Namun, pada saat yang sama, pemerintah menyatakan agar semua pihak tetap waspada.
”Kami tetap pada kondisi waspada untuk memastikan kami tidak melewatkan satu pun kasus baru yang bisa disebarkan oleh orang positif tanpa gejala atau pasien positif dengan gejala yang ringan,” kata Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong.
Pada Sabtu (18/4), Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, kemajuan yang dicapai negaranya memberikan harapan bahwa Covid-19 di negara lain pun ”bisa diatasi”. Pada awal tahun 2020, Korea Selatan memiliki kasus Covid-19 terbesar di luar China, tetapi kini posisi itu sudah dilampaui oleh negara lain.
”Pemerintah akan siap-siap menghadapi kehidupan sehari-hari yang baru dan tata dunia baru pasca-Covid-19 dengan kekuatan dan persatuan warga,” kata Moon.
Moon juga mendorong warganya untuk mendukung upaya pemerintahannya merevitalisasi ekonomi. ”Usaha pemerintah saja tidak akan cukup di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia kini. Solidaritas publik dan kerja sama juga diperlukan untuk memulihkan ekonomi,” ujar Moon menambahkan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berbicara dengan Moon, Sabtu lalu, memberikan apresiasinya kepada Korea Selatan atas bantuan kiriman alat tes Covid-19 untuk AS. (REUTERS/AP)