Tak terbayang sebelumnya penjual minyak berjangka di AS akan membayari pembeli untuk membawa stok minyak mentah mereka yang telah memenuhi fasilitas penyimpanan. Ini terjadi di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat bangkit kembali ke wilayah positif setelah terpuruk di bawah nol dollar AS per barel pada perdagangan Senin (20/4/2020).
Harga minyak WTI AS untuk pengiriman Mei naik ke level 1,1 dollar AS per barel, Selasa (21/4/2020), setelah sehari sebelumnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, ditutup pada -37,63 dollar AS per barel, bahkan sebelumnya menyentuh -40,32 dollar AS per barel.
Harga minyak di pasar global terus turun sejak pandemi Covid-19 terjadi di China akhir 2019. Sejak saat itu, negara-negara di dunia menerapkan kebijakan penutupan wilayah atau pembatasan jarak sosial sehingga aktivitas ekonomi nyaris berhenti. Akibatnya, permintaan akan minyak menurun drastis.
Akan tetapi, produksi minyak jalan terus yang pada akhirnya menciptakan ketidakseimbangan antara suplai yang melimpah dan permintaan yang anjlok. Produsen minyak tidak sanggup lagi menyimpan cadangan minyaknya.
Menurut Tai Hui dari JP Morgan Asset Management, runtuhnya harga minyak WTI juga ”didorong oleh anjloknya permintaan yang disebabkan ekspektasi pasar bahwa kebijakan penutupan wilayah di AS akan berlanjut hingga Mei”.
Menurut Hui, perusahaan tetap memompa minyak karena berhenti berproduksi untuk beberapa produsen tidak tepat karena bisa merusak ladang minyaknya secara permanen. Oleh karena itu, memberikan minyak mereka untuk satu bulan masih masuk akal dalam jangka panjang.
Sementara itu, Arab Saudi dan Rusia yang sempat terlibat perang harga minyak bersepakat untuk memangkas produksi minyaknya 9,7 juta barel per hari. Namun, ini tidak akan berdampak cepat dalam mengurangi stok global.
Permintaan yang anjlok membuat ratusan juta barel minyak mentah memenuhi fasilitas penyimpanan di seluruh dunia. Pelaku pasar terpaksa harus menyewa tanker untuk menampung minyak mentah. Terdapat 160 juta barel minyak mentah yang ditampung di tanker-tanker di seluruh dunia. Ini memiliki konsekuensi biaya penyimpanan yang besar.
Dengan berakhirnya perdagangan untuk pengiriman Mei pada Selasa ini, penjual perlu mencari pembeli yang akan membawa minyak dari fasilitas penyimpanannya yang notabene nyaris mustahil seiring dengan makin langkanya fasilitas penyimpanan untuk menampung minyak yang dibeli.
Pekan lalu, Badan Informasi Energi AS menyatakan, per 10 April 202,0 fasilitas penyimpanan di Cushing, Oklahoma, telah terisi 72 persen. ”Tidak ada lagi tempat penyimpanan yang tersedia sehingga minyak jadi tidak berharga lagi,” ujar Bob Yawger, Direktur Berjangka Mizuho di New York. ”Jadi, ketika minus satu dollar AS, mereka akan membayar kamu satu dollar AS untuk membawa minyak mereka dari sana.”
Menurut Kepala Analisis S&P Globalt Platts, Chris Midgley, tangki-tangki penyimpanan di Oklahoma akan penuh dalam tiga minggu ini. Karena itu, penjual bersedia membayar pembeli untuk mengambil stok minyak itu untuk dikirim Mei nanti sepanjang penjual mengetahui di mana minyak itu akan disimpan.
Senin kemarin, selain minyak WTI AS, harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional juga merosot, tetapi tidak seekstrem harga minyak mentah AS. Harga Brent turun 2,51 dollar AS per barel atau turun 9 persen menjadi 25,57 dollar AS barel.
Pelaku pasar kini lebih fokus pada kontrak pengiriman Juni yang memperdagangkan volume minyak yang 30 kali lebih banyak. Pada Selasa (21/4/2020), harga minyak Brent juga naik menjadi 21 dollar AS per barel setelah ditutup 20,43 dollar AS per barel pada Senin kemarin. (AFP/REUTERS/AP)