Setelah lama tidak tampak di depan umum, kondisi terkini Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menjadi perhatian publik. Ketidakpastian tentang kabar terkini Kim diduga merefleksikan lemahnya intelijen Korea Selatan.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Desas-desus tentang kondisi kesehatan yang memburuk santer menyebar karena pemimpin rezim Korea Utara Kim Jong Un lama tak muncul di muka publik. Bahkan, banyak pihak mulai khawatir dan mempertanyakan masa depan negeri yang agresif dan serba tak terduga itu. Namun, pertanyaan yang lebih mendasar sebenarnya adalah apakah rumor soal kesehatan Kim itu benar?
Rumor soal Kim ini menjadi heboh karena kondisi kesehatan Kim menentukan stabilitas pemerintahan dinasti Korut sekaligus keamanan senjata nuklir yang dikembangkan. Selama berpuluh-puluh tahun, banyak negara penasaran dengan apa yang sesungguhnya terjadi di Korut. Karena Korut yang sangat tertutup, sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan gigih mengumpulkan informasi intelijen.
Tidak mudah mengumpulkan informasi intelijen tentang Korut. Apalagi jika menyangkut kondisi kesehatan Kim yang bisa jadi hanya diketahui oleh sebagian kecil pejabat Korut, termasuk adik perempuan Kim, Kim Yo Jong. Selain karena Korut yang sangat tertutup, kesulitan pengumpulan informasi intelijen juga sedikit banyak ada kesalahan dari Korea Selatan.
Kelompok pendukung pemerintahan liberal Korsel, yang masih bersemangat menyatukan kembali Korsel dan Korut, menyesali pemerintahan konservatif sebelumnya. Pada waktu itu, berbagai bentuk kerja sama antar-Korea, seperti pertukaran diplomat, pemimpin pemerintah dan bisnis, serta kelompok bantuan, dihentikan karena sikap Korsel yang berubah keras akibat program nuklir Korut. Inilah yang menyebabkan Korsel tidak lagi memiliki mata-mata yang mampu menggali informasi intelijen yang akurat.
Kelompok konservatif justru berbalik menyalahkan kelompok liberal yang malah mengurangi operasi spionase hanya karena menginginkan pemulihan hubungan antar-Korea. Padahal, jaringan spionase yang sudah mereka miliki itu sudah susah payah dibangun selama bertahun-tahun dan tidak akan mudah untuk memulai lagi dari nol.
Kelemahan intelijen Korsel ini setidaknya terlihat ketika muncul rumor Kim sakit setelah operasi jantung. Korsel berkali-kali menyatakan tidak mendeteksi aktivitas yang tidak biasa di Korut. Tidak terlihat juga Partai Buruh, militer, dan kabinet sedang mempersiapkan sesuatu yang darurat.
Di tengah kabar yang simpang siur, Presiden AS Donald Trump, Senin lalu, mengaku mengetahui kondisi Kim, tetapi tidak bisa mengungkapkan ke publik. ”Saya tahu dia sedang apa. Semoga dia baik-baik saja. Sebentar lagi juga pasti akan tahu kabarnya,” ujarnya.
Kemungkinan terburuk
Sejumlah ahli Korea menyarankan agar Korsel dan tetangga-tetangga Korut yang lain serta negara sekutu AS untuk mulai ancang-ancang saja andai kata Kim tidak berkuasa. Persiapan itu termasuk menangani gelombang pengungsi dari Korut yang pasti akan membanjiri Korsel dan China atau bahkan bersiap-siap menghadapi serangan senjata militernya.
Pakar Korut di Universitas Korea Seoul, Nam Sung-wook, menilai perlu perencanaan untuk skenario terburuk karena tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi. Bisa jadi kondisi kesehatan Kim baik-baik saja atau bisa jadi memang buruk mengingat ia memiliki masalah berat badan, perokok berat, dan masalah kesehatan lainnya. ”Ia juga bertambah tua,” kata Nam yang pernah menjabat direktur lembaga kajian yang berafiliasi dengan badan intelijen Korsel itu.
Kim yang kini berusia 30-an terakhir terlihat di publik pada 11 April saat menghadiri rapat untuk membahas antisipasi wabah korona sekaligus menunjuk adiknya sebagai anggota biro politik di Partai Buruh yang berkuasa. Peneliti di Institut Asia untuk Studi Kebijakan di Korsel, Du Hyeogn Cha, menduga Kim sakit, tetapi tidak parah.
Korsel lemah
Sulitnya memperoleh informasi akurat tentang Korut diyakini karena intelijen Korsel yang lemah. Bahkan, kata Cha, selama puluhan tahun Korsel belum mampu membangun jaringan intelijen yang andal. ”Sampai kita tidak mampu memastikan Kim ada di mana atau apakah dia sehat atau tidak,” kata Cha yang pernah menjadi sekretaris intelijen untuk mantan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak.
Jika Korsel tidak mampu mendapat informasi penting, akan sulit bagi Korsel atau siapa saja yang terkait untuk mengambil keputusan apa pun. Badan Intelijen Nasional Korsel saja tidak mampu memastikan rumor operasi Kim. Jika Kim tiba-tiba muncul lagi dalam kondisi sehat, ia akan mengatakan media telah keliru. Dan kabar keliru ini sering terjadi pada pejabat-pejabat Korsel sebelumnya.
Seperti kabar Kim Il Sung ditembak mati yang heboh pada tahun 1986. Judul itu barangkali judul halaman utama di semua media yang paling terkenal sepanjang sejarah Korsel. Kabar yang digarap Chosun Ilbo pada waktu itu awalnya didukung pernyataan militer Korsel yang menyebutkan Korut mengumumkan kematian Kim Il Sung melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan. Namun, beberapa jam kemudian, Kim Il Sung muncul di bandara Pyongyang untuk menyambut delegasi Mongolia.
Kesalahan itu, kata Cheon Seong Whun yang pernah menjadi sekretaris presiden di masa pemerintahan konservatif Korsel, menunjukkan Korsel sudah tidak mempunyai sumber informasi kuat mengenai pimpinan tertinggi Korut. ”Siapa pun yang bilang mereka tahu, pasti mereka itu hanya mengarang,” ujarnya. (AP)