Pemerintah Beri Persetujuan Pemanfaatan Remdesivir
Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan pemakaian remdesivir untuk pengobatan Covid-19. Pasien dan dokter tetap harus waspada dengan gejala pengobatan yang menyertai penggunaannya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin darurat penggunaan obat remdesivir untuk menangani Covid-19. Izin ini dikeluarkan oleh FDA sehari setelah 25 pemerintah negara bagian di Amerika Serikat melonggarkan pembatasan sosial warganya serta tekanan yang kuat dari kelompok konservatif, yang mayoritas adalah pendukung Partai Republik.
Pengumuman pemberian izin itu disampaikan pada briefing di Gedung Putih, Jumat (1/5/2020) waktu setempat atau Sabtu waktu Indonesia, yang dihadiri Wakil Presiden AS Mike Pence, Kepala FDA Stephen Hahn, dan CEO Gilead (produsen remdesivir) Daniel O’Day.
”Ini seperti kecepatan kilat dalam hal pemberian izin terhadap sesuatu hal,” kata Hahn. Dia menambahkan, ini adalah terapi obat pertama yang resmi untuk penyakit Covid-19.
Data yang dirilis oleh Institut Kesehatan Nasional AS (National Institute of Health) menunjukkan, remdesivir mengurangi waktu pemulihan pasien Covid-19 yang menjalani perawatan hingga 31 persen dibandingkan dengan perawatan dengan plasebo. Pasien yang diberi terapi obat remdesivir meninggalkan rumah sakit setelah menjalani 11 hari perawatan. Sementara pasien yang mendapatkan terapi plasebo bisa meninggalkan rumah sakit setelah 15 hari dirawat.
Namun, hal itu tidak secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup. Tingkat kematian pada kelompok penerima remdesivir berada pada angka 8 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan angka kematian pasien yang mendapatkan perawatan dengan plasebo, yaitu 11 persen.
FDA mengatakan, keputusan pemerintah untuk memberikan izin produksi massal remdesivir sebagai obat Covid-19 berdasarkan hasil studi awal tersebut. Meski begitu, lembaga pemerintah itu mengakui masih ada keterbatasan informasi yang diketahui soal keamanan dan efektivitas penggunaan remdesivir.
Efek samping penggunaan obat yang harus diwaspadai adalah potensi peradangan hati. Termasuk saat proses injeksi ke dalam tubuh, seperti gejala mual, muntah, berkeringat, dan tekanan darah rendah. Informasi tentang dosis dan masalah keamanannya, menurut FDA, akan diberikan langsung kepada dokter dan pasien.
Sameer Khanijo, dokter di Rumah Sakit North Shore University, New York, menyatakan, dirinya ingin melihat studi lebih banyak untuk menjelaskan fungsi obat itu, khususnya untuk pasien Covid-19.
”Saya belum berpikir ini adalah obatnya (untuk Covi-19). Namun, saya pikir obat ini mulai mengarahkan kita ke arah yang benar. Sebagai masyarakat, senang memiliki sesuatu yang akan membantu membendung gelombang penyakit ini,” kata Khanijo.
Produksi dan distribusi
Dengan izin ini, Gilead menyatakan siap memproduksi obat itu sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhan AS dan dunia.
Menurut O’Day, langkah pertama yang penting adalah mendistribusikan 1,5 juta ampul pada akhir pekan ini dan disebarkan ke seluruh rumah sakit di AS untuk membantu perawatan pasien Covid-19.
Ia melanjutkan, dengan jumlah tersebut, diharapkan bisa membantu penanganan sekitar 140.000 pasien, bergantung pada jumlah hari dan tingkat penyakit yang diderita pasien tersebut.
Gilead tidak segera menanggapi permintaan harga produksi remdesivir setelah sumbangan 1,5 juta ampul itu habis dibagikan sebagai donasi. Menurut Institute for Clinical and Economic Review, yang menilai keefektifan obat untuk menentukan harga yang sesuai, ongkos produksi obat itu selama 10 hari sekitar 10 dollar AS.
Namun, angka itu bisa naik menjadi 4.500 dollar AS berdasarkan manfaat yang bisa didapat pasien seperti hasil uji klinis NIH.
Distribusi obat itu akan dikoordinasikan dengan pemerintah negara bagian, khususnya ke wilayah-wilayah yang dinilai paling membutuhkan. Dengan jumlah pasokan obat yang terbatas, Gilead menyatakan, untuk sementara rumah sakit yang dianggap paling membutuhkan akan mendapat prioritas.
Per Sabtu (2/5/2020) siang, berdasarkan data Worldometers.info, 3,2 juta orang di dunia terinfeksi Covid-19. Amerika Serikat berada di posisi pertama dengan jumlah warga yang positif terpapar lebih dari 1,131 juta orang dan jumlah kematian lebih dari 65.000 orang.
Saham Gilead, yang telah naik 26 persen sepanjang tahun ini, kembali merangkak naik sebesar 2,7 persen pada perdagangan Jumat, 1 Mei, dan diperdagangkan pada 82,10 dollar AS setelah pengumuman tersebut. (AP/REUTERS)