Geliat Dunia Arab Gerakkan Kehidupan di Era Covid-19
Tekanan ekonomi telah membuat sejumlah negara Arab mulai melonggarkan kebijakan pembatasan.
Beberapa negara Arab mulai berani mengambil keputusan membuka akses kehidupan secara bertahap ditengah musim wabah Covid-19 saat ini.
Bagi sejumlah negara Arab, rupanya tidak ada pilihan lain kecuali mengambil keputusan tersebut, jika tidak ingin perekonomian negara-negara itu semakin lumpuh yang bisa berpotensi terjadinya krisis sosial dan politik atau bahkan revolusi rakyat.
Bagi para pemimpin Arab masih terlalu dekat sejarah terjadinya peristiwa revolusi atau musim semi Arab pada tahun 2011 yang menghantam Tunisia, Libya, Mesir, Suriah dan Yaman.
Baca juga: Dunia Arab Pun Menderita Didera Korona
Musim semi Arab itu bahkan masih berlanjut sampai hari ini di beberapa negara Arab lain, seperti Aljazair, Lebanon, Irak dan Sudan. Tentu para pemimpin Arab tersebut sangat tidak ingin wabah Covid-19, menjadi pemicu meletusnya musim semi Arab baru.
Karena itu, sejumlah negara Arab seperti Mesir, Lebanon, Jordania, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) mulai menggerakkan roda kehidupan secara bertahap dengan protokol kesehatan yang ketat sesuai standar Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) sehingga bisa tetap terbendung penyebaran wabah Covid-19.
Pemerintah Lebanon mulai mengizinkan menyelenggarakan shalat Jum’at di masjid-masjid mulai hari Jum’at (8/5) setelah terhenti selama dua bulan terakhir ini, dengan mengikut protokol kesehatan yang cukup ketat.
Para jemaah shalat harus mengenakan masker dan menjaga jarak antara satu dan lainnya sekitar 2 meter, serta hanya menerima 30% dari kepasitas maksimal masjid.
Pembukaan kembali masjid di Lebanon adalah tahap pertama dari lima tahap yang akan berakhir dengan membukaan semua akses kehidupan pada pertengahan Juni nanti.
Kementerian kesehatan Lebanon melaporkan, hingga hari Jum’at (8/5) jumlah positif Covid-19 mencapai 784 orang, dan 25 diantarnya meninggal dunia.
Adapun pemerintah Jordania hari Jum’at (8/5) mengumumkan, sudah sembilan hari berturut-turut tidak ada korban baru positif Covid-19 di negara itu.
Sejak hari Rabu lalu (6/5), pemerintah Jordania membuka akses ekonomi dan perdagangan secara penuh mulai pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore.
Pemerintah Jordania mulai hari Minggu ini (10/5) mengizinkan beroperasinya kendaraan umum, seperti bis dan kendaraan umum lainnya secara penuh di dalam ibu kota Amman dan di dalam kota lainnya. Namun transportasi antar kota masih dilarang sementara ini.
Pemerintah Jordania juga mulai hari Selasa lalu (5/5) mengizinkan para pelajar Jordania yang belajar di luar negeri dan para pekerja Jordania di luar negeri yang berakhir kontrak kerjanya kembali ke Jordania secara bertahap.
Baca juga: Wabah Covid-19 Mengubah Budaya Masyarakat Arab Teluk
Sedangkan Uni Emirat Arab (UEA) kini malah menyiapkan strategi era pasca wabah Covid-19.
Wakil Presiden yang merangkap Perdana Menteri dan penguasa Dubai, Sheikh Muhammad Bin Rashid al-Maktoum menyerukan, agar segera disiapkan rancangan program bagi kembalinya aktivitas ekonomi dan sosial di negara itu.
Sheikh al-Maktoum mengatakan, dunia baru pasca era Covid-19 sedang menunggu kita yang menuntut pendangan dan perangkat baru serta prioritas baru pula.
Menurut A-Maktoum, UEA sudah siap menghadapi era baru pasca Covid-19 di semua sektor kehidupan terkait kesehatan, ekonomi, investasi, perdagangan dan birokrasi pemerintah.
Dubai juga sudah mengumumkan, mulai membuka mal-mal di kota itu dengan kapasitas pengunjung 30 persen saja dan para pengunjung mal harus mengikuti protokol kesehatan, seperti harus mengenakan masker dan menjaga jarak antara pengunjung.
Kementerian Kesehatan UEA mengumumkan, hingga hari Sabtu (9/5) korban positif Covid-19 mencapai 16793 orang, diantaranya 174 meninggal dunia.
Di Mesir, pemerintah Kairo menegaskan, komitmennya membangun keseimbangan antara terus melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 dengan melaksanakan protokol kesehatan sesuai rekomendasi WHO dan membuka secara bertahap akses ekonomi untuk meringankan beban penduduk.
Pemerintah Mesir mulai pertengahan Mei ini akan mengizinkan beroperasinya kembali hotel-hotel di seantero Mesir dengan syarat hotel-hotel itu melaksanakan protokol kesehatan sesuai standar WHO. Pemerintah Mesir mengsyaratkan manajemen hotel mengharuskan semua tamu hotel mengenakan masker dan menjaga jarak. Manajemen hotel dilarang menggelar acara, seperti pesta, pertemuan, dan menyuguhkan makanan secara prasmanan. Manajemen hotel harus mengantarkan makanan sarapan pagi ke kamar masing-masing tamu dan dilarang mengoperasikan kolam renang dan gym.
PM Mesir, Mostafa Madbouly menyampaikan, akan membuka akses sosial dan ekonomi secara bertahap mulai pasca Idul Fitri, namun dengan syarat warga tetap komitmen melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.
Kementerian kesehatan Mesir mengumumkan, hingga hari Jum’at (8/5) jumlah korban positif Covid-19 mencapai 8476 orang, diantaranya 503 meninggal dunia.
Baca juga: Kapal Pesiar A-Sara, Titik Awal Penyebaran Wabah Covid-19 di Mesir
Arab Saudi sejak 29 April lalu, juga mengizinkan beroperasinya mal mulai pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti semua pengunjung harus mengenakan masker, harus melalui tes suhu tubuh ketika akan masuk mal, anak kecil dibawah usia 15 tahun dilarang masuk mal, dilarang menggunakan lift di mal, dan tidak boleh menggunaan area terbuka di mal.
Pemerintah Arab Saudi mulai mencabut lockdown secara parsial di beberapa kota, namun tetap menetapkan lockdown penuh untuk kota Mekkah, Madinah dan Riyadh.
Kementerian kesehatan Arab Saudi mengumumkan hingga hari Jum’at (8/5) jumlah korban positif Covid-19 mencapai 35432 orang, diantaranya 229 meninggal dunia.
Tekanan ekonomi
Negara-negara Arab yang terpaksa membuka akses sosial dan ekonomi secara bertahap adalah negara yang secara ekonomi sangat berat, karena tergantung pada sektor jasa, seperti pariwisata dan perdagangan.
Menurut laporan komite ekonomi dan sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA), dunia Arab akan kehilangan 1,7 juta lapangan pekerjaan dan penurunan pendapatan nasional seluruh dunia Arab hingga 42 miliar dollar AS pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 ini.
ESCWA menyebut, akan terjadi peningkatan jumlah kaum miskin, dengan asumsi lebih dari 8 juta kaum menengah turun kelas menjadi miskin di dunia Arab.
Sektor yang paling terpukul adalah pariwisata dan penerbangan. Di Jordania, hingga April lalu sudah lebih dari 60 persen pembatalan pesanan kamar hotel dan tidak ada lagi pesanan kamar hotel pasca April. Di Mesir, juga terjadi penurunan pesanan kamar hotel hingga 70 persen hingga 80 persen sejak Maret sampai akhir April lalu.
Di Lebanon terjadi penurunan omset biro wisata dan perjalanan dari 60 juta dollar AS per bulan pada sebelum musim wabah Covid-19 lalu anjlok hanya 18 juta dollar AS pada Februari lalu dan diperkirakan akan terus turun pada Maret dan April.
Di Maroko, dilaporkan terjadi pembatalan lebih dari 10.000 kamar hotel di kota Marrakech pada bulan Maret hingga pertengahan April lalu. Kota Marrakech adalah kota tujuan wisata utama di Maroko.
Di Tunisia, terjadi penurunan jumlah wisatawan yang datang hingga 40 persen akibat aksi pembatalan paket wisata dari Arab Saudi, Italia dan negara Eropa lain.
.