Pelonggaran di Beberapa Negara Berlaku Setelah Infeksi Menurun
Para pejabat Thailand menyebut kesediaan warga untuk segera membiasakan penggunaan masker menjadi salah satu kunci pengendalian infeksi di negara mereka.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BANGKOK, SENIN — Sejumlah negara memperluas pelonggaran atas pembatasan yang pernah diterapkan untuk mengendalikan laju infeksi Covid-19. Pelonggaran di negara-negara itu dilakukan setelah laju infeksi terkendali.
Thailand mencabut jam malam mulai Senin (15/6/2020). Sejak 26 April, hanya tiga kali Thailand mencatat jumlah infeksi baru dalam rentang belasan kasus. Selebihnya, jumlah infeksi harian baru di bawah 10 kasus.
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Thailand, Taweesin Wisanuyothin, mengatakan bahwa seluruh kasus baru dicatat di lokasi karantina untuk orang yang baru datang dari luar negeri. Tidak ada kasus baru dari penularan lokal selama 21 hari terakhir.
Sekolah-sekolah dengan murid kurang dari 120 orang juga diizinkan kembali beroperasi. Para pejabat Thailand menyebut kesediaan warga untuk segera membiasakan penggunaan masker menjadi salah satu kunci pengendalian infeksi.
Meski semua kasus berasal dari luar negeri, Bangkok tetap akan mulai membuka penerbangan internasional. Pengaturan penerbangan internasional akan dibahas dengan maskapai. Pada tahap awal, layanan penerbangan itu diprioritaskan bagi penumpang dengan urusan usaha. Selepas itu, penumpang dengan tujuan wisata boleh naik pesawat tujuan Thailand.
Selain Thailand, rencana membuka lagi penerbangan internasional juga sedang dijajaki Jepang. Pada tahap awal akan ada penerbangan ke Vietnam yang seluruh penumpangnya adalah warga Jepang. Bersama Selandia Baru, Australia, dan Thailand, Vietnam termasuk negara yang dijajaki Jepang untuk memulai lagi penerbangan internasional.
Seluruh penumpang dari Jepang ke Vietnam akan dibebaskan dari kewajiban karantina minimum dua pekan. Syaratnya, mereka harus menunjukkan hasil negatif dari tes PCR sebelum berangkat dari Jepang dan mendarat di Vietnam. Penumpang juga wajib menginformasikan secara terperinci tentang rencana lawatan mereka, termasuk akan menginap di mana dan akan ke mana.
Kasus di Beijing
Jepang juga bersiap menambah daftar negara yang bisa dilayani penerbangan internasional. Termasuk China juga akan dipertimbangkan. Masalahnya, kini China sedang dikhawatirkan dilanda gelombang baru infeksi Covid-19. Ada kelompok penularan baru dari pasar induk Xinfadi di Beijing sehingga sebagian wilayah di ibu kota China itu kembali diisolasi. Pasar seluas 107 hektar itu juga menjadi pusat pasokan pangan untuk Shandong, Shanxi, Hebei, dan Liaoning.
Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan mengatakan, Beijing harus mengambil langkah tegas untuk mencegah penyebaran penyakit. Pemimpin pengendalian infeksi Covid-19 China itu menyebut peluang gelombang baru amat besar. Sebab, pasar sumber penularan itu padat dan memiliki area luas. Kantor berita Xinhua melaporkan, China mengisolasi total sejumlah kawasan yang diduga terkait dengan Xinfadi. Selain di Beijing, ada laporan penularan dari Xinfadi di Hebei dan Liaoning. Total 79 infeksi dilaporkan terkait Xinfadi.
Otoritas di Beijing meminta siapa pun yang ke pasar itu dalam dua pekan terakhir untuk segera melapor. Kementerian Luar Negeri China juga menyebarkan imbauan itu kepada jurnalis asing di China.
Kasus Xinfadi terjadi setelah 55 hari Beijing tidak mencatat penularan lokal. Penularan baru membuat seluruh pengelola pasar dipecat karena dianggap lalai. Sampai sekarang, Beijing masih mencari sumber penularan. Pusat Pengendalian Penyakit Menular China menduga virus berasal dari Eropa. Sebab, hasil pemeriksaan terhadap para pasien menunjukkan mereka terinfeksi virus dari jenis yang berada di Eropa.
Beijing sudah memeriksa hampir 80.000 orang gara-gara penularan di pasar itu. Lebih dari 76.000 orang merupakan warga di sekitar pasar, dan 59 orang di antaranya diketahui terinfeksi. (AFP/REUTERS)