Kasus Korona Meningkat, Empat Juta Penduduk Catalunya Diminta Tinggal di Rumah
Empat juta warga wilayah Catalunya diminta berdiam diri di rumah seiring penambahan jumlah kasus positif Covid-19 di kawasan itu. Ini adalah pukulan setelah sebulan Pemerintah Spanyol mencabut status darurat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BARCELONA, SABTU — Pemerintah wilayah otonomi Catalunya meminta empat juta penduduknya untuk berdiam di rumah setelah dalam beberapa hari terakhir terjadi peningkatan jumlah warga terpapar Covid-19. Untuk mengantisipasi penyebarluasan yang lebih masif, pemerintah memerintahkan penutupan bioskop, teater, dan kelab malam serta melarang pertemuan lebih dari 10 orang.
Warga yang memiliki rumah peristirahatan kedua atau lebih di timur laut wilayah Catalunya diminta tidak pergi ke wilayah tersebut selama dua pekan ke depan. Pengelola restoran dan tempat makan diminta mengurangi kapasitas warga yang akan makan di tempat (dine in) dan disarankan kepada konsumen untuk membawa makanan itu pulang (take away).
”Kita harus mengambil langkah mundur untuk menghindari kebijakan penguncian total (lockdown) pada minggu-minggu berikutnya,” kata Juru Bicara Pemerintah Catalunya Meritxell Budo, Jumat (17/7/2020) atau Sabtu waktu Indonesia. Perintah ini hanya berselang tiga pekan setelah pemerintah mencabut berbagai aturan karantina kota di wilayah itu.
Kekhawatiran yang meningkat di Catalunya datang setelah terjadi lonjakan kasus di L’Hospitalet de Llobregat, kota kedua di kawasan yang dihuni 256.000 warga. Kota di barat laut wilayah Catalunya ini adalah salah satu kota dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Eropa.
Tidak hanya di L’Hospitalet de Llobregat, kota teramai dan ibu kota wilayah Catalunya, Barcelona, serta tetangganya, Aragon, menunjukkan kenaikan kasus positif dalam dua pekan terakhir. Menurut salah satu pejabat setempat, jumlah kasus di Barcelona naik hampir tiga kali lipat selama sepekan terkhir, dari 279 kasus pada minggu lalu menjadi 733 kasus pada pekan ini.
Kenaikan jumlah kasus di wilayah Catalunya membuat pemerintah meminta warga di kawasan Segria dan Noguera yang agak jauh dari pusat kota untuk berbelanja secara daring. Mereka disarankan tidak meninggalkan rumah kecuali untuk bekerja, pergi ke dokter, atau melakukan kegiatan penting lainnya.
”Kami merekomendasikan agar orang tidak berpindah tempat jika tidak benar-benar diperlukan,” kata Kepala Kesehatan Catalunya Alba Verges. Dia mengatakan, dari temuan pemerintah, sebagian besar penularan kali ini berasal dari pertemuan keluarga atau teman.
Verges meminta semua warga menghormati langkah yang diambil pemerintah demi kepentingan besama. ”Tidak ada yang menginginkan dikurung di dalam rumah dalam waktu sangat lama,” kata Verges.
Seorang disc-jockey (DJ) lokal, Carles Gispert, mengatakan, mereka tidak akan berada di dalam kondisi sekarang ini apabila semua orang melakukan semua yang direkomendasikan, yakni menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Pemilik restoran, Joan Bernat, mengatakan, kondisi perdagangan sudah buruk dalam beberapa pekan terakhir meski pemerintah sudah melonggarkan status darurat. Dengan kenaikan jumlah kasus yang baru, menurut Bernat, para pengusaha akan merasakan pukulan kedua bagi bisnis mereka karena hampir bisa dipastikan pembatalan demi pembatalan kunjungan akan terjadi. ”Dengan semua berita ini, hanya akan ada pembatalan oleh mereka yang mungkin berpikir mengunjungi Barcelona sekarang,” ujarnya.
Kenaikan jumlah kasus, bagi Daniel Lopez Codina, peneliti di Universitas Politeknik Catalunya, membuktikan bahwa pelacakan penderita positif Covid-19 sangat sulit dilakukan. Selain masalah kepadatan penduduk, lambatnya gerakan pemerintah untuk melakukan tindakan menjadi penyebab.
Tidak hanya itu, ketidaksepakatan eksekutif dan yudikatif dalam penerapan kebijakan membuat langkah pencegahan terlambat dilaksanakan. Kebijakan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah, di dalam sistem pemerintahan dan hukum Catalunya, harus mendapat ratifikasi dari pengadilan sebelum bisa diterapkan.
Di Leida dan tujuh kota di wilayah Catalunya terjadi ketegangan antara pemerintah dan hakim karena pengadilan memutuskan tidak meratifikasi aturan pengurungan rumah di wilayah-wilayah tersebut. Di Leida, per Senin (13/7/2020), sudah terdapat 170 kasus penularan lokal dan diperkirakan terus bertambah.
Budo berharap keputusan pemerintah untuk menerapkan kembali kebijakan pembatasan sosial yang ketat di Catalunya tidak dimentahkan oleh pengadilan.
Ketika epidemi pertama kali melanda Spanyol, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengumumkan keadaan darurat pada 14 Maret dan memberlakukan kebijakan penguncian paling ketat di dunia. Dua pekan kemudian kebijakan yang lebih tegas dikeluarkan karena langkah penguncian itu dinilai tidak efektif. Pada 28 Maret, Pemerintah Spanyol meminta seluruh pekerja nonesensial untuk tinggal di rumah menyusul jumlah kematian tertinggi dalam sehari, 832 orang, lapor The Guardian pada saat itu.
Saat itu jumlah pertambahan kasus baru memang terus meningkat drastis setiap hari. Sepekan sebelum pengetatan penutupan wilayah diterapkan, kasus baru bertambah dari sekitar 3.000 kasus menjadi lebih dari 8.000 kasus per hari.
Pada 21 Juni, pemerintah mencabut status darurat. Namun, untuk mencegah kembalinya penularan, warga diwajibkan menggunakan masker wajah ketika melakukan kegiatan. Jika tidak, mereka terancam denda hingga 100 euro atau setara sekitar Rp 1,5 juta.