Jemaah Haji Mulai Wukuf di Arafah, Khotbah Diterjemahkan dalam 10 Bahasa
Ribuan anggota jemaah haji tiba di Padang Arafah untuk melakukan ritual puncak pelaksanaan ibadah haji. Khotbah dalam ibadah wukuf akan diterjemahkan dalam 10 bahasa.
Oleh
Mahdi Muhammad & Mh Samsul Hadi
·4 menit baca
MEKKAH, KAMIS — Jemaah haji dengan mengenakan masker, Kamis (30/7/2020), tiba di Padang Arafah di sebelah tenggara kota suci Mekkah, Arab Saudi, untuk menunaikan wukuf. Dalam rangkaian pelaksanaan haji, wukuf merupakan puncak ibadah yang dilakukan dengan dengan berdiam (hadir) di Arafah pada 9 Zulhijah hingga terbit fajar tanggal 10 Zulhijah.
Ibadah haji tahun ini dilaksanakan di tengah pandemi global Covid-19. Hanya jemaah dalam jumlah sangat terbatas, berkisar 1.000-10.000 orang, yang diperkenankan menunaikan ibadah haji tahun ini. Pemerintah Arab Saudi belum merilis secara pasti jumlah jemaah. Ibadah haji saat ini hanya diikuti warga Arab Saudi dan warga negara lain yang tinggal di wilayah kerajaan itu.
Jemaah haji tiba di Padang Arafah dalam kelompok-kelompok kecil dengan naik bus, sebelum Kamis siang. Satu kelompok terdiri atas sekitar 20 orang, dengan menerapkan jaga jarak dan protokol kesehatan lain untuk mencegah penularan Covid-19. Pengelompokan jemaah sebanyak 20 orang ini juga diterapkan saat pelaksanaan tawaf dan sai di Masjidil Haram, Rabu kemarin.
Pemandangan wukuf tahun ini jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun lalu, menjelang wukuf, wilayah Mekkah dan sekitarnya terlihat seperti lautan manusia berpakaian ihram warna putih bergerak secara bergelombang menuju Padang Arafah untuk menunaikan wukuf. Tahun lalu, tercatat sekitar 2,5 juta anggota jemaah dari beberapa negara melaksanakan ibadah haji.
Dalam sejarah, Padang Arafah juga dikenal sebagai tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya hampir 1.400 tahun silam. Di tempat itu, Nabi Muhammad menyerukan persamaan dan persatuan di kalangan umat Muslim. Selama wukuf, jemaah menghabiskan waktu dengan berzikir, memohon doa, membaca Al Quran, dan ibadah-ibadah lain.
Selama wukuf di Arafah, jemaah akan mendengarkan khotbah yang akan disampaikan oleh Sheikh Abdullah bin Suleiman al-Manea, anggota Dewan Cendekiawan Senior dan Penasihat Kerajaan Arab Saudi. Kepala Pengelola Dua Masjid Suci Syekh Abdul Rahman al-Sudais, dikutip dari laman The Nation, mengatakan, khotbah tahun ini akan diterjemahkan ke dalam 10 bahasa. Dia berharap substansi khotbah itu bisa tersampaikan kepada masyarakat global dengan mudah dan seluas mungkin.
Penyelenggara haji dan pihak keamanan berharap jemaah tetap mematuhi protokol kesehatan selama berada di lokasi tersebut. Wakil Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Abdul Fattah Mashat, seperti dikutip dari laman Saudi Gazette, Kamis (30/7/2020), mengumumkan selesainya dua ritual awal ibadah haji, tawaf dan sai, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Bahkan, untuk mengontrol kesehatan jemaah selama ritual, lanjut Mashatt, Pemerintah Arab Saudi menugaskan seorang dokter untuk memastikan kesehatan jemaah, termasuk pelaksanaan protokol kesehatan tetap dijalankan.
Berbeda dengan pelaksanaan ibadah haji yang melibatkan jutaan orang pada tahun-tahun sebelumnya, saat pelaksanaan ibadah pertama di Masjidil Haram kali ini, jemaah melaksanakan tawaf dengan mengelilingi Kabah dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka mengenakan masker dan saling menjaga jarak, dengan mengikuti alur dan rute dengan kawalan petugas haji.
Pemandangan serupa terjadi ketika jemaah melaksanakan sai, perjalanan pergi pulang antara Shafa dan Marwah di area Masjidil Haram.
Cuaca panas
Tantangan berikut yang akan dihadapi penyelenggara haji adalah pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, terutama karena cuaca dan panas yang menyengat ketika menjalai ritual tersebut.
Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun sebelumnya, banyak anggota jemaah jatuh sakit sesudah menjalani wukuf di Arafah. Para peziarah yang pulang kembali ke wilayah asalnya banyak yang menderika penyakit pernapasan, terutama karena berkumpul dengan ratusan, bahkan jutaan orang di satu lokasi yang sama. Kala itu tidak ada pembatasan jarak sosial, seperti yang dilaksanakan pada penyelenggaraan musim ini.
Alia al-Dulaimi, warga Kuwait yang pernah menjalani ibadah haji pada 2003, menuturkan kepada kantor berita AFP bahwa dirinya pernah menderita batuk parah setidaknya selama tiga bulan. Batuk itu dideritanya ketika tengah beribadah. ”Saya bahkan tidak bisa mendekati Kabah saat itu karena berapa banyak orang di sana,” katanya.
Akan tetapi, pelaksanaan ibadah haji tahun ini yang berbeda dengan penyelenggaran tahun-tahun sebelumnya memberi keyakinan kepada penyelenggara bahwa pelaksanaan wukuf akan berjalan lancar.
Ketua Komite Keamanan Haji Khalid Al Harbi menekankan bahwa Arab Saudi sepenuhnya siap untuk mengatur haji dan mereka memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapi setiap perkembangan. ”Ini tidak peduli dengan cuaca, tetapi bahaya utama yang kita hadapi tahun ini adalah pandemi dan bagaimana kita dapat memastikan keselamatan para peziarah saat mereka melakukan ritual mereka dengan lancar,” katanya.
Meskipun secara resmi pemerintah Arab Saudi mengumumkan hanya 1.000 orang akan diizinkan ikut serta dalam ibadah haji musim ini, menurut kabar yang dilansir media setempat, jumlah itu akan bertambah menjadi 10.000 orang pada saat wukuf di Arafah. Semuanya adalah warga Mekkah.
Harbi meyakini, pihaknya mampu menangani jumlah jemaah haji itu. Apalagi, menurut dia, Arab Saudi adalah negara yang memiliki pengalaman dalam mengelola dan memberikan perlindungan serta kenyamanan bagi banyak orang, terutama dalam pelaksanaan ibadah yang melibatkan jutaan orang dalam satu waktu. (AP/AFP)