Gelombang Kedua Infeksi Dikhawatirkan Mulai Terjadi
Satu per satu negara melaporkan lonjakan kasus Covid-19 setelah beberapa waktu mencabut kebijakan karantina wilayahnya. Banyak pakar mengkhawatirkan gelombang infeksi kedua terjadi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
LONDON, JUMAT — Gelombang kedua infeksi virus korona di sejumlah negara sudah mulai terjadi dan dikhawatirkan akan berlangsung lebih parah. Inggris, misalnya, memberlakukan karantina wilayah yang lebih ketat di bagian utara negara itu menyusul penambahan kasus tertinggi dalam sebulan terakhir.
Pada Kamis (30/7/2020), Inggris mencatat 846 kasus Covid-19 baru dalam sehari atau tertinggi sejak 28 Juni 2020. Para menteri memperingatkan gelombang kedua Covid-19 di Eropa mungkin saja terjadi dan karantina wilayah atau pembatasan lain sangat mungkin kembali diberlakukan.
Sebanyak 4 juta penduduk di kawasan Manchester, kota terbesar di utara Inggris yang merupakan bagian dari West Yorkshire dan East Lancashire, diperintahkan membatasi interaksi sosial dengan keluarga lain.
Kebijakan itu tampak terburu-buru, diambil saat hari raya Idul Adha. Penduduk di daerah yang terdampak diimbau tidak bersosialisasi dengan keluarga lain, baik di rumah maupun di taman, atau bertemu keluarga lain di pub, restoran, kafe, toko, rumah ibadah, atau tempat rekreasi.
Namun, warga masih diizinkan pergi ke pub, gereja, atau masjid bersama anggota keluarga masing-masing. Warga yang melanggar akan dijatuhi denda 100 poundsterling.
”Masalahnya, virus ini berkembang melalui kontak sosial yang justru membuat hidup kita lebih berharga,” kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock kepada Sky. ”Saya sangat memahami dampaknya terhadap manusia, tetapi sayangnya begitulah cara virus ini menyebar.”
”Kita bisa melihat gelombang kedua terjadi di Eropa,” ujar Hancock. Ditanya BBC apakah Inggris saat ini memasuki gelombang kedua infeksi, Hancock mengatakan, ”Belum dan kami akan melakukan apa pun untuk mencegahnya.”
Di negara Eropa lainnya, Perancis memberikan kewenangan Pemerintah Kota Lille untuk menerapkan kewajiban memakai masker bagi warganya selama berada di luar rumah. Langkah ini diambil ketika kasus baru Covid-19 meningkat. Harapannya, pemerintah lokal bisa mengendalikan lonjakan kasus tanpa mengganggu daerah lain.
Untuk pertama kalinya sejak karantina nasional dicabut pertengahan Mei 2020, rata-rata kasus baru dalam seminggu terakhir di Perancis mencapai lebih dari 1.000 kasus per hari. Pada Kamis (30/7/2020), Perancis melaporkan 1.377 kasus baru sehingga total kasus Covid-19 menjadi 186.573.
Lonjakan kasus Covid-19 di Perancis terjadi menyusul lonjakan kasus terjadi di Spanyol. Bahkan, Jerman menetapkan tiga wilayah di Spanyol, yakni Catalunya, Aragon, dan Navarre, sebagai daerah berisiko tinggi, Jumat (31/7/2020). Warga Jerman yang pulang dari tiga daerah itu wajib menjalani karantina selama dua minggu kecuali bisa menunjukkan hasil negatif tes Covid-19 yang tidak lebih dari 48 jam atau bersedia menjalani tes di bandara.
Jerman melaporkan lebih dari 870 kasus baru pada Jumat (31/7/2020) sehingga total kasus Covid-19 di Jerman menjadi 208.698 kasus dengan jumlah kasus meninggal 9.141 kasus.
Sementara itu, Vietnam, negara yang selama pandemi berlangsung tidak memiliki kasus meninggal, untuk pertama kalinya melaporkan kasus meninggal akibat Covid-19. Negara Asia Tenggara ini juga melaporkan penambahan 45 kasus baru dalam sehari. Jumlah ini merupakan yang terbanyak selama pandemi berlangsung tujuh bulan. Kasus baru ini menjadikan kasus Covid-19 di Vietnam menjadi 509 kasus.
Vietnam News Agency (VNA) melaporkan, kasus meninggal tersebut merupakan pasien 428, seorang laki-laki berusia 70 tahun yang tertular di kota Da Nang. Sementara 45 kasus baru berusia 27-87 tahun dan menurut Kementerian Kesehatan Vietnam semuanya terhubung dengan tiga rumah sakit dan dua klinik di Da Nang.
Kemenkes Vietnam pun mengirimkan gugus tugas yang terdiri dari 65 ahli kesehatan dan 1.000 tenaga kesehatan ke Da Nang untuk membantu mengatasi lonjakan kasus di sana. Otoritas Da Nang telah membangun rumah sakit lapangan berkapasitas 1.000 tempat tidur untuk membantu rumah sakit di sana yang empat di antaranya sudah ditutup setelah muncul sejumlah kasus baru.
Tes massal kemudian digelar di Hanoi. Pemerintah menutup bar dan kelab malam, melarang kerumunan besar, serta mendorong puluhan ribu wisatawan domestik melapor kepada pemerintah.
Selain Vietnam, Fiji juga mengumumkan kasus meninggal pertama akibat Covid-19. Namun, otoritas kesehatan setempat meyakinkan warganya bahwa hal itu bukanlah awal dari wabah yang lebih besar.
Menteri Kesehatan Fiji Ifereimi Waqainabete mengatakan, pasien meninggal tersebut adalah pria berusia 66 tahun yang diketahui positif Covid-19 setelah pulang menjalani pengobatan jantung di India. ”Sedih, meski tenaga kesehatan berusaha maksimal, pria ini meninggal kemarin di ruang isolasi di Rumah Sakit Lautoka karena komplikasi akibat Covid-19,” kata Waqainabete.
Kasus meninggal tersebut merupakan satu dari sembilan kasus Covid-19 yang ada dalam karantina setelah dipulangkan dari India pada 1 Juli 2020. Sebelum itu, Fiji menikmati hari tanpa ada kasus baru selama empat pekan setelah 18 kasus Covid-19 terakhir pulih.(REUTERS/AFP)