Indonesia Tawarkan Tiga Poin Upaya Menjaga Perdamaian Saat Pandemi kepada DK PBB
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memimpin sidang Dewan Keamanan PBB, yang digelar secara virtual, dan menawarkan tiga poin upaya menjaga perdamaian dunia di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
MH SAMSUL HADI & ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengingatkan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan negara-negara yang terdampak konflik semakin rentan. Beberapa negara itu bahkan terancam jatuh kembali ke jurang konflik. Terkait hal itu, Indonesia mengusulkan tiga poin utama dalam upaya menjaga perdamaian dunia di tengah pandemi.
”Pandemi telah meningkatkan kerentanan negara-negara terdampak konflik. Beberapa negara bahkan terancam jatuh kembali ke jurang krisis,” kata Retno saat memimpin sidang Dewan Keamanan (DK) PBB, yang digelar secara virtual, dari Jakarta, Rabu (12/8/2020).
Indonesia, anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020, pada Agustus ini menjabat sebagai Presiden DK PBB. Jabatan Presiden DK PBB dirotasi secara bergiliran di kalangan 15 negara anggota tetap dan tidak tetap DK PBB. Ini untuk kedua kalinya Indonesia menjadi Presiden DK PBB setelah Mei 2019.
Dengan mengusung tema ”Melangkah Menuju Perdamaian yang Berkelanjutan (Advancing Sustainable Peace)”, selama menjadi Presiden DK PBB bulan ini, Indonesia telah mengagendakan 15 pertemuan resmi di sidang DK PBB, antara lain mengenai Palestina, Suriah, Lebanon, Yaman, Irak, Guinea Bissau, Somalia, Korea Utara, dan pertemuan-pertemuan bertema khusus yang menjadi prioritas Indonesia.
Dalam sidang DK PBB yang dipimpin Retno, Rabu, hadir pula Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Direktur Center on International Cooperation New York University Sarah Cliffe, dan para delegasi negara-negara anggota DK PBB. Dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Indonesia dan disampaikan kembali oleh Retno kepada wartawan di Jakarta, Kamis (13/8/2020), Indonesia menyampaikan tiga poin upaya menjaga perdamaian dunia di tengah pandemi saat ini.
Poin pertama, yaitu bahwa aspek bina damai (sustaining peace) perlu menjadi bagian dalam upaya penanggulangan pandemi secara komprehensif. ”Indonesia menekankan pentingnya memberikan dukungan kepada negara-negara dalam situasi konflik untuk menangani krisis kesehatan dan dampaknya dengan perdamaian dan keamanan,” ujar Retno.
Dukungan tersebut, menurut Retno, bisa berupa upaya memperkuat kapasitas lembaga di negara-negara konflik serta akses yang sama terhadap alat kesehatan dan terapi untuk Covid-19, termasuk vaksin. Seruan kesetaraan akses terhadap vaksin Covid-19 berulang kali diserukan Indonesia di tengah perlombaan negara-negara di dunia untuk mengamankan ketersediaan vaksin bagi warganya masing-masing. Gejala ini kerap diistilahkan dengan ”nasionalisme vaksin”.
Poin kedua tawaran Indonesia kepada DK PBB, yakni upaya bina damai membutuhkan sinergi di antara badan-badan kerja dalam sistem PBB. DK PBB, misalnya, papar Retno, harus memastikan implementasi Resolusi 2532 yang menyerukan penghentian kekerasan atas dasar kemanusiaan selama 90 hari. Pada 23 Maret lalu, Guterres menyerukan perlunya gencatan senjata secepatnya di wilayah-wilayah konflik di seluruh dunia guna memudahkan upaya penanganan pandemi Covid-19.
”Gencatan konflik dan jeda kemanusiaan akan memudahkan penyaluran bantuan serta perawatan terkait Covid-19 dengan tepat waktu kepada warga sipil di daerah konflik,” kata Retno dalam sidang DK PBB.
Langkah ketiga usulan Indonesia adalah mengoptimalisasikan penggunaan sumber daya yang terbatas untuk upaya bina damai. Hal ini penting, menurut Retno, karena mayoritas negara-negara terdampak konflik dihadapkan pada pilihan yang sulit antara pengeluaran untuk infrastruktur kesehatan dan pembangunan perdamaian. Laporan terbaru Sekjen PBB mencatat adanya penurunan porsi bantuan luar negeri untuk pembangunan perdamaian di negara-negara yang terdampak konflik.
Dalam sidang DK PBB tersebut, Retno menyampaikan optimismenya bahwa situasi krisis ini dapat membuka jalan bagi perdamaian. ”Mari kita gunakan momentum ini untuk semakin memajukan perdamaian,” ujarnya.