Penerbangan Maskapai Israel Pertama ke Abu Dhabi Akan Melintasi Arab Saudi
Maskapai penerbangan komersial Israel, El Al, dikabarkan mendapat lampu hijau otoritas Arab Saudi untuk melintasi wilayah udara negara Teluk itu saat menjalani penerbangan pertama dari Tel Aviv ke Abu Dhabi, Senin ini.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Hari Senin (31/8/2020) ini untuk pertama kalinya maskapai penerbangan komersial Israel, El Al, akan terbang langsung dari Tel Aviv, Israel, ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Seorang sumber yang mengetahui rencana perjalanan itu menyebutkan, maskapai El Al akan terbang melintasi wilayah udara Arab Saudi. Jika rencana tersebut terlaksana, hal itu akan menjadi yang pertama kali pesawat Israel memasuki wilayah udara Arab Saudi.
Menurut rencana, pesawat dengan nomor penerbangan LY 971 itu akan membawa delegasi Israel dan para utusan Presiden Amerika Serikat Donald. Salah satunya adalah penasihat senior Trump, Jared Kushner. Rombongan juga akan membawa para wartawan. El Al dijadwalkan kembali terbang dari Abu Dhabi ke Tel Aviv, Selasa sore, dengan nomor pesawat LY 972.
Kedatangan delegasi Israel dan pejabat AS ke Abu Dhabi dimaksudkan untuk mengadakan pembicaraan terkait penyelesaian akhir pakta hubungan resmi antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel. Kedua negara sepakat menormalisasi hubungan dengan menjalin relasi diplomatik, 13 Agustus 2020. UEA merupakan negara Teluk pertama atau negara Arab kedua—setelah Mesir dan Jordania—yang kini memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Hari Sabtu (29/8/2020) lalu, Presiden UEA Khalifa bin Zayed al-Nahyan resmi mengumumkan penghentian boikot selama 48 tahun terhadap barang dan jasa Israel. Keputusan penghentian boikot itu ditindaklanjuti dengan pemberian akses bandar udara di UEA bagi penerbangan komersial Israel, El Al, Senin ini.
Ditanya soal apakah penerbangan pesawat El Al ke Abu Dhabi akan melewati wilayah udara Arab Saudi, seorang sumber yang tak mau disebutkan namanya ataupun nama negaranya kepada kantor berita Reuters mengatakan, ”Ya.” Dengan melintasi Arab Saudi, El Al bisa memangkas jarak dan waktu penerbangan Tel Aviv-Abu Dhabi hingga menjadi 3 jam 20 menit.
”Untuk pertama kalinya akan ada pesawat komersial ke Abu Dhabi. Seperti inilah perdamaian yang diharapkan,” tulis Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di akun media sosial Twitter-nya, Jumat (28/8/2020).
Sebelumnya, belum ada jaringan transportasi udara komersial dari Israel ke UEA. Pada Mei lalu, maskapai penerbangan Etihad terbang dari UEA ke Tel Aviv hanya untuk mengirimkan bantuan kepada rakyat Palestina terkait penanganan pandemi Covid-19. Itu merupakan penerbangan pertama pesawat UEA ke Israel.
Namun, berita rute penerbangan El Al ke Abu Dhabi dengan melewati wilayah udara Arab Saudi muncul di tengah spekulasi bahwa kesepakatan normalisasi hubungan UEA-Israel bisa disusul dengan langkah serupa oleh negara-negara Arab. Seorang pejabat senior Kerajaan Arab Saudi pada bulan ini menyatakan, Riyadh akan bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel setelah negara Palestina berdiri.
Pada Minggu kemarin, Penasihat Senior Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, bersama Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien tiba di Jerusalem dan bertemu PM Netanyahu. Kushner menilai, kesepakatan Israel dan UEA untuk menjalin hubungan diplomatik ini merupakan terobosan bersejarah. Ia menyebut, hal itu akan menjadi awalan bagi negara-negara Arab lain untuk membuka hubungan diplomatik juga dengan Israel.
Didampingi Netanyahu dan O’Brien, Kushner mengatakan bahwa kesepakatan 13 Agustus lalu menempatkan UEA sebagai negara ketiga di Arab yang membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel. Kesepakatan seperti ini juga baru pertama kali terjadi dalam 25 tahun terakhir.
Kushner menyebut, hal itu menunjukkan adanya pergeseran di Timur Tengah yang kini lebih khawatir dengan Iran sehingga perlu ada kerja sama dan saling mendukung. Kebutuhan bersama untuk menghadapi Iran dianggap lebih mendesak ketimbang urusan dukungan Arab untuk rakyat Palestina.
”Ini terobosan untuk perdamaian. Kesepakatan ini akan bisa dilanjutkan dengan kerja sama yang tidak pernah terbayang akan bisa dilakukan, seperti ekonomi, keamanan, dan agama,” kata Kushner, yang juga menantu Presiden AS Donald Trump itu.
Selama dua pekan terakhir, Israel dan UEA bergerak cepat untuk merekatkan hubungan keduanya. Setelah kesepakatan 13 Agustus, kedua belah pihak langsung membuka jaringan komunikasi telepon dan para menteri di kabinet masing-masing telah berkomunikasi intensif.
Ajakan AS
Dengan kesepakatan itu pula, sejak Sabtu lalu, UEA secara formal mengakhiri boikot perdagangannya yang sudah berlangsung 48 tahun terhadap Israel. Presiden UEA Sheikh Khalifa bin Zayed al-Nahyan mengatakan, hal itu berarti akan ada perdagangan barang dan produk apa pun dari Israel dan sebaliknya.
UEA dan Israel kemungkinan akan secara resmi menandatangani kesepakatan di Gedung Putih dalam waktu dekat. Sebelum kesepakatan ditandatangani, UEA dan Israel harus bertemu lagi untuk membahas rencana pembukaan kantor kedutaan, jaringan perdagangan, dan perjalanan.
Belum bisa dipastikan apakah langkah UEA ini akan diikuti oleh negara-negara Arab lainnya. Namun, yang jelas, negara-negara di Arab mulai kurang suka dengan Iran sehingga muncul keinginan menjalin hubungan dengan publik Israel. Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menggelar tur kunjungan ke beberapa negara Arab guna membujuk mereka agar mengikuti jejak UEA dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Netanyahu mengatakan, kesepakatan dengan UEA ini membuktikan bahwa Palestina tidak lagi mempunyai kendali atas perdamaian regional. Palestina menuding UEA berkhianat. ”Kalau kita harus menunggu Palestina terus, tidak akan pernah ada perdamaian. Semakin banyak negara Arab dan negara Muslim yang bergabung dalam perdamaian ini, rakyat Palestina lama-lama akan sadar, mereka tak bisa apa-apa," ujarnya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sudah datang ke Sudan, Bahrain, dan Oman, tetapi tampaknya tidak membawa hasil. Ketiga negara itu diperkirakan belum akan mau menjalin hubungan dengan Israel.
Adapun Arab Saudi menegaskan tidak akan mengikuti jejak UEA kecuali Israel mau menandatangani kesepakatan perdamaian dengan Palestina dan mau mewujudkan negara Palestina yang merdeka.
Netanyahu mengatakan, saat ini Israel diam-diam sedang berbicara dengan sejumlah negara Arab untuk menjalin hubungan seperti dengan UEA. Namun, ia tak menyebutkan negara mana saja. Presiden Israel Reuven Rivlin berharap negara-negara Arab dan Muslim akan mau menjalin pertemanan dengan Israel demi perdamaian dan demi kepentingan rakyat.
Kemenangan Trump
Keberhasilan kesepakatan UEA-Israel ini memberikan kemenangan kebijakan luar negeri pemerintahan Trump menjelang pemilihan presiden, November mendatang. Trump terus mendesak rencananya yang ambisius untuk mendekatkan negara-negara Arab ke Israel tanpa mau menyinggung konflik pemukiman Israel-Palestina.
Palestina menghendaki Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza, wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah tahun 1967, sebagai wilayah mereka saat negara Palestina berdiri. Trump menawarkan otonomi terbatas untuk Palestina di 70 persen wilayah Tepi Barat.
Tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh para pejabat Palestina. Sebab, dengan tawaran tersebut, berarti Israel masih menguasai hampir seluruh wilayah itu. Berdasarkan tawaran Trump, Palestina juga hanya boleh hadir secara simbolis di pinggiran Jerusalem, sementara Israel masih tetap menguasai situs-situs suci di Jerusalem. (REUTERS/AFP/AP)