Dua Wartawan Terakhir Tinggalkan China, Kini China ”Bersih” dari Jurnalis Australia
Untuk pertama kali dalam lebih dari empat dekade terakhir, tak ada lagi wartawan Australia di China. Dua wartawan Australia terakhir di China meninggalkan negara itu karena khawatir menjadi target penangkapan aparat.
Oleh
Luki Aulia & Mh Samsul Hadi
·4 menit baca
SYDNEY, RABU — Khawatir menjadi target penangkapan, dua wartawan Australia yang bertugas di China, Bill Birtles dari Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan Michael Smith dari The Australian Financial Review, meninggalkan China dengan perlindungan diplomatik dari Australia. Keduanya dibawa keluar dari negara itu setelah aparat kepolisian China mendatangi rumah dan melarang keduanya keluar dari China.
Media tempat keduanya bekerja melaporkan bahwa Birtles dan Smith mendarat di Sydney, Australia, Selasa (8/9/2020), setelah terbang dari Shanghai, China, Senin (7/9/2020) malam. Selama beberapa hari terakhir sebelum meninggalkan China, keduanya berlindung di kompleks perwakilan diplomatik Australia. Kepergian Birtles dan Smith dari China terjadi setelah pekan lalu Australia mengungkapkan, warga Australia bernama Cheng Lei, penyiar berita bisnis untuk televisi China berbahasa Inggris, CGTN, ditangkap aparat China.
Dengan perginya Birtles dan Smith dari China, berarti kini organisasi media Australia tidak lagi mempunyai koresponden di China. Hal ini baru terjadi untuk pertama kalinya sejak 1970-an. ”Ini mengecewakan. Kini Australia tidak memiliki satu pun organisasi media di China,” kata Marise Payne, Menteri Luar Negeri Australia, Selasa.
The Australian Financial Review melaporkan, kedua wartawan tersebut merupakan ”orang yang dibutuhkan” dalam penyelidikan aparat China terkait kasus Cheng. Pada Kamis (3/9/2020) pukul 00.30, tujuh polisi China mendatangi tempat tinggal Birtles di Shanghai dan Smith di Beijing. ”Kami khawatir itu langkah terkoordinasi dan politis. Tinggal kami berdua saja wartawan yang bekerja untuk media Australia di China,” kata Smith.
Birtles juga merasa tindakan polisi itu politis dan terkait dengan perselisihan diplomatis antara Australia dan China. Ia mengaku tahu Cheng, ”tetapi tidak terlalu kenal”. Adapun Smith mengaku pernah sekali bertemu Cheng.
”Saya yakin, episode ini lebih merupakan salah satu perundungan terhadap wartawan Australia yang tersisa (berada di China) dibandikanng upaya murni untuk berusaha dan memperoleh sesuatu yang diperlukan dalam kasus itu,” ujar Birtles saat dihubungi di kamar hotel tempat dia menjalani karantina di Sydney.
Atas saran Canberra
Menlu Australia Marise Payne, Selasa, mengatakan bahwa saat Birtles dan Smith mencari perlindungan di kantor Kedutaan Besar Australia di Beijing dan Shanghai, diplomat-diplomat Australia segera bernegosiasi dengan otoritas China agar keduanya boleh meninggalkan China.
Pemerintah Australia sebelumnya sudah memperingatkan kedua wartawan itu untuk segera meninggalkan China ketika China menahan wartawan Australia yang juga pembawa acara stasiun televisi China, Cheng Lei. Cheng ditahan atas dugaan melakukan kegiatan kriminal yang membahayakan keamanan nasional.
Birtles dan Smith sudah memesan tiket pesawat untuk Kamis. Namun, polisi mendahului mereka. Smith menceritakan, pada Kamis pukul 00.30, ia terbangun karena ada suara gedoran keras di pintu rumahnya. Tujuh polisi memasuki rumahnya, mengepung Smith, dan merekam Smith dengan kamera video. Mereka membacakan pernyataan yang menyebutkan ia menjadi target penyelidikan kasus keamanan nasional.
”Mereka menyorotkan lampu ke arah wajah saya. Intimidatif sekali. Saya takut sekali,” kata Smith.
Setelah kejadian itu, kantor konsulat Australia di China memutuskan sebaiknya mereka untuk sementara tinggal bersama konsuler sampai masalahnya selesai. Lima hari kemudian tercapai resolusi dan keduanya bersedia diwawancara pihak keamanan China. Smith dibawa ke hotel di Shanghai dengan kawalan diplomatik, Senin sore. Ia ditanyai selama sejam tentang Cheng, isu Hong Kong, dan topik lain.
Konsuler Australia kemudian menemani mereka ke Bandara Shanghai. ”Insiden yang menyasar dua wartawan yang sedang menjalankan tugasnya itu sangat disesalkan,” sebut pernyataan tertulis dari The Australian Financial Review.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, Selasa, mengatakan kepada wartawan bahwa Cheng adalah ”tersangka pelaku aktivitas kriminal yang membahayakan keamanan nasional China”. ”Langkah-langkah kewajiban telah diberlakukan terhadap Cheng dan dia belum lama ini diperiksa oleh pihak-pihak berwenang,” kata Zhao.
Sebagai bagian dari penyelidikan itu dan sesuai dengan hukum, kata Zhao, otoritas China merasa perlu untuk meminta keterangan dari Birtles dan Smith. Ia mengatakan, China melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan yang sah bagi awak media dan mereka (awak media) berkewajiban mematuhi hukum dan aturan di China.
”Selama wartawan asing melaksanakan tugas liputan sesuai undang-undang, tak ada yang harus mereka khawatirkan,” ujar Zhao.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan, proses interogasi pada kedua wartawan Australia itu merupakan proses penegakan hukum yang normal.
Wartawan tak aman
Hubungan diplomatik antara Australia dan China memburuk tahun ini setelah Australia menuntut ada penyelidikan internasional terhadap China yang menjadi sumber pandemi Covid-19. Australia mengeluarkan larangan bepergian, Juli lalu, dan mengingatkan warganya akan risiko penahanan tanpa alasan di China. ”Kebijakan ini tidak akan berubah,” kata Payne.
Klub Koresponden Asing China menyebutkan memaksa wartawan asing di China untuk tetap berada di China menunjukkan seriusnya persoalan hubungan Australia dan China. Wartawan asing menjadi semakin tidak aman di China. ”Kami mengecam merosotnya kebebasan media yang membuat wartawan asing khawatir mereka bisa menjadi sasaran diplomasi penyanderaan China,” sebut pernyataan lembaga itu. (AFP/AP/REUTERS)