Dubes Lutfi Serahkan Surat Kepercayaan kepada Trump, Siap Perkuat Relasi RI-AS
Duta Besar Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi resmi bertugas setelah menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden AS Donald Trump. Ia telah menetapkan sejumlah program prioritas, termasuk menarik para investor AS.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Indonesia dan Amerika Serikat memiliki hubungan baik yang telah berlangsung sejak lama. Pada masa pandemi ini, Indonesia siap memperkuat hubungan tersebut ke tingkat yang lebih tinggi, terutama dalam promosi kerja sama perdagangan dan investasi dua arah.
Hal itu disampaikan Duta Besar Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi seusai menyerahkan surat-surat kepercayaan dari Presiden RI kepada Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih, Washington DC, Kamis (17/9/2020), atau tiga hari setelah ia dilantik Presiden Joko Widodo. Penyerahan ini menandai dimulainya secara resmi tugas Lutfi sebagai Dubes RI untuk AS.
Lutfi menggantikan dubes sebelumnya, Mahendra Siregar, yang telah ditunjuk sebagai Wakil Menteri Luar Negeri sejak Oktober 2019.
Lutfi mengatakan, penguatan berbagai kerja sama bilateral dan kemitraan Indonesia-AS selama ini, khususnya pada masa pandemi Covid-19, bisa terjalin dengan baik karena kedua negara memiliki hubungan baik sejak lama. Ia juga menyampaikan apresiasi Indonesia atas dukungan AS dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia dan komitmen AS mendukung pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
”Sebagai Duta Besar Indonesia untuk AS, saya berkomitmen untuk memajukan kerja sama Indonesia-AS dalam menanggulangi pandemi Covid-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi di masa-masa sulit ini. Saya juga siap berkolaborasi dengan mitra kerja dari berbagai kalangan di AS untuk terus memperkuat hubungan ekonomi, maritim, pertahanan dan keamanan, serta people-to-people contact,” tutur Lutfi melalui keterangan tertulis yang dirilis KBRI Washington, Sabtu (19/9/2020).
Saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Trump, Lutfi mengenakan pakaian Teluk Belanga lengkap dengan peci hitam. ”Tujuan strategis saya adalah mendorong hubungan bilateral RI-AS ke tingkat yang lebih tinggi, utamanya mempromosikan kerja sama perdagangan dan investasi dua arah yang lebih kuat antara Indonesia dan AS dengan lebih jauh mengeksplorasi potensi yang masih sangat terbuka lebar,” lanjut duta besar yang juga alumnus Purdue University, Indiana, AS, ini.
Program prioritas
Dalam siaran pers terpisah, selama mengemban tugas sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia di AS, Lutfi memiliki program prioritas, yaitu memastikan bahwa AS memperpanjang persetujuan fasilitas pembebasan tarif bea masuk (generalized system of preference/GSP) ke Indonesia. Selain itu, ia juga akan memulai pembicaraan untuk negosiasi terkait perjanjian dagang bebas terbatas (limited trade deal) dengan AS.
”Saya akan mendorong dan memastikan bahwa persetujuan GSP diperpanjang. Lalu, memulai pembicaraan negosiasi daripada limited trade deal, yaitu barang-barang di AS yang pajaknya kurang dari 5 persen bisa dinolpersenkan tanpa melalui kongres. Kita memulai negosiasi itu segera, itu prioritas,” ujar Lutfi.
Indonesia berada di urutan ketiga negara yang banyak memanfaatkan fasilitas GSP AS. Sebanyak 14,9 persen ekspor Indonesia ke AS memanfaatkan fasilitas tersebut. Saat ini, Indonesia tengah menunggu hasil penilaian yang dilakukan pemerintah AS melalui Perwakilan Dagang AS (USTR) terkait pemberian fasilitas GSP. Lutfi memastikan diplomasi ekonomi dengan AS ke depan akan diperkuat.
Seiring era baru perdagangan internasional, lanjut Lutfi, pihaknya menyadari bahwa apabila ingin menjual barang atau produk ke pasar AS, Indonesia juga mesti membeli produk AS. ”Saya juga ingin memastikan produk-produk AS bisa berkompetisi di pasar Indonesia. Karena pasar kita besar dan prospektif, saya akan memastikan, AS mengetahui bahwa Indonesia selalu memperbaiki iklim investasi,” ujarnya.
Lutfi juga bertekad untuk memastikan bahwa investor-investor AS mengetahui dengan baik perbaikan iklim investasi di Tanah Air dan menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi dari perusahaan-perusahaan asal AS.
Minat investor AS untuk menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi telah tecermin dari langkah Kimberly-Clark Corporation, pionir produk konsumen global yang bermarkas di Texas, AS. Kimberly mengumumkan akan mengakuisisi Softex Indonesia dengan nilai transaksi tunai 1,2 miliar dollar AS dari sekelompok pemegang saham, termasuk CVC Capital Partners Asia Pacific IV.
”Pada akhir era 1970-an, mereka salah satu perusahaan pertama yang investasi besar di Indonesia. Sekarang, mereka sudah mulai lagi. Dengan modalitas baru, dengan membuka pasar kita, ternyata banyak investasi masuk. Mudah-mudahan mereka membuka pasar baru sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi,” papar Lutfi.
Mitra kunci
Didampingi istrinya, Bianca Adinegoro Lutfi, Lutfi mengikuti rangkaian kegiatan penyerahan surat-surat kepercayaan, diawali dari Kementerian Luar Negeri AS menuju Gedung Putih, menggunakan kendaraan khusus yang disediakan oleh Pemerintah AS.
Pada saat menyerahkan surat-surat kepercayaan tersebut, Lutfi menyampaikan salam hangat dari Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia kepada Presiden Donald Trump dan rakyat AS. Salam hangat tersebut disambut baik oleh Presiden Trump. Trump, seperti dikutip dalam keterangan tertulis KBRI Washington, mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra kunci bagi AS dan menyampaikan salam hangatnya kembali kepada Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia.
Acara penyerahan surat-surat kepercayaan tersebut diakhiri dengan foto bersama Presiden Trump dengan Lutfi dan istrinya.
Sebelum menjabat sebagai Dubes RI untuk AS, Muhammad Lutfi pernah menempati berbagai jabatan strategis di pemerintahan, antara lain Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal periode 2005-2009, Dubes RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia (2010-2013), serta Menteri Perdagangan (2014).
Sebagai pengusaha, Lutfi, antara lain, pernah menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jaya (1998-2001), Ketua Nasional Hipmi (2001-2004), serta memegang posisi penting di sejumlah perusahaan besar. (*/SAM)