Kemping demi Melarikan Diri dari Covid-19
Pandemi Covid-19 telah memaksa orang bertahan di rumah. Meski disibukkan dengan pekerjaan, ujungnya mereka jenuh juga. Berkemah jadi penawarnya.
Hampir satu tahun sudah warga dunia harus mendekam di rumah atau membatasi pergerakan dan interaksi sosialnya dengan orang lain. Berbagai negara memberlakukan kebijakan karantina dan pembatasan sosial demi mencegah penyebaran Covid-19. Alhasil, semua rencana berantakan termasuk rencana liburan yang mungkin sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
Namun, seiring dengan menurunnya jumlah kasus Covid-19 di sejumlah negara, kebijakan karantina atau pembatasan sosial mulai dilonggarkan. Begitu ada sedikit celah terbuka, warga berbondong-bondong keluar rumah dan mencari alternatif tempat berlibur yang aman, tidak ramai orang, dan berada di alam terbuka. Pilihannya: berkemah.
Tren berkemah sebagai tempat "pelarian" dari Covid-19 meningkat. Seperti di Jepang, misalnya. Kantor berita, KyodoNews, pekan lalu, menyebutkan berkemah kian populer karena banyak orang ingin berlibur bersama keluarga dan teman. Seperti di lokasi kemah dengan 40 tenda di Odawara, Perfektur Kanagawa, yang padat pengunjung segala usia selama satu bulan terakhir. Banyak dari mereka yang datang berkemah baru pertama kali berkemah atau sudah lama sekali tidak berkemah.
Baca juga: Baru Destinasi Ruang Terbuka yang Boleh Beroperasi di Jabar
Saking banyak peminat kegiatan kemah, pemesanan lokasi-lokasi kemah di Jepang naik 30-40 persen pada Juli dan Agustus dibandingkan tahun lalu. "Pemesanan warga Tokyo turun 30-40 persen karena kasus Covid-19 naik tetapi pemesanan dari mereka yang tinggal di Kanagawa dan Osaka naik dua kali lipat karena relatif aman dari Covid-19," kata Atsuya Tanaka, Direktur Spacekey Inc. yang melayani jasa pemesanan secara online bagi ratusan lokasi kemah di seluruh wilayah di Jepang.
Situasi yang sama juga terjadi di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Bahkan sekarang lebih banyak anak-anak milenial AS yang baru pertama kali pergi berkemah yang memenuhi lokasi-lokasi perkemahan. Menurut survei Kampgrounds of America, jaringan dari 520 lokasi kemah di AS dan Kanada, yang dirilis NBC, hampir separuh dari orang yang kemping musim panas ini baru pertama kali kemah atau sudah bertahun-tahun tidak kemah.
Jumlah generasi milenial yang berkemah 40 persen dan 55 persen baru pertama kali kemah. Dari 55 persen orang baru itu, 53 persen diantaranya saat ini statusnya sedang bekerja dari rumah dan merasa butuh bekerja dengan suasana yang berbeda. Bagi warga AS, berkemah menjadi alternatif berlibur yang aman. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS menilai berkemah dengan anggota keluarga serumah itu aktivitas paling rendah risiko.
Berkemah menjadi kegiatan luar ruang pilihan juga karena banyak orang yang ingin berlibur di masa pandemi tetapi tidak jauh-jauh dari rumah. Banyak orang juga yang tidak keberatan berlibur ke tempat-tempat yang tidak populer dan sepi hanya supaya menghindari kerumunan orang. Hasil survei itu juga menyebutkan banyak orang yang baru pertama kali kemah yang ketagihan berkemah lagi.
Lebih aman
Selama dua bulan terakhir, banyak penelitian dan opini para pakar yang merekomendasikan orang untuk banyak berkegiatan di luar ruang tetapi tetap menjaga jarak fisik dengan orang lain. Alasannya, Covid-19 tidak mudah menyebar jika kita berada di luar ruang atau di tempat dengan ventilasi yang bagus. Karena alasan inilah, banyak tempat rekreasi dan lokasi kemah yang di AS yang dibuka kembali.
"Lega juga boleh buka lagi tapi tetap akan ada protokol kesehatan agar semua aman. Masyarakat sepertinya sudah ingin sekali keluar rumah dan berkemah. Harus sabar karena butuh waktu untuk persiapan," kata Manager Operasional Komisi Taman dan Rekreasi Washinton State, Ed Girard.
Selain berkemah, banyak orang yang juga memilih wisata perjalanan ke alam selama sehari di Washington. Peminatnya tiba-tiba membludak karena tidak ada pilihan hiburan dan tempat liburan yang lain. Bagi mereka yang memilih jalan-jalan singkat, ini bentuk liburan yang lebih aman ketimbang berkemah yang masih berisiko karena kemungkinan akan sulit menjaga jarak fisik dengan orang lain. Belum lagi fasilitas-fasilitas umum yang dipakai bersama seperti kamar mandi.
Baca juga: Pelaku Pariwisata di Lombok Barat Siap Menyambut Normal Baru
Pakar penyakit menular dan alergi di University of Washington School of Medicine, Nandita Mani, menilai risiko kegiatan berkemah lebih rendah ketimbang kegiatan lainnya karena kegiatan sosial apapun yang melibatkan orang di luar orang serumah akan tetap berisiko. "Saya paham banyak orang sudah tak tahan mau keluar rumah dan rekreasi. Dan kemah memang relatif lebih aman karena kita berada di luar ruang terus," ujarnya.
Guru Besar Pengobatan Keluarga di Michigan State University, Claudia Finkelstein, kepada CNN, juga menyarankan untuk mencegah Covid-19 sebaiknya keluar rumah dan aktif berkegiatan karena sehat bagi jiwa dan raga. "Tetapi harus tetap waspada dan lindungi diri," ujarnya.
Direktur Pusat Ilmu Kesehatan Global dan Keamanan di Pusat Kedokteran Georgetown University, Rebecca Katz, juga menilai kalau dilihat dari perspektif virus kegiatan di luar ruang seperti berkemah memiliki risiko paling rendah. Spesialis Penyakit Menular dan Epidemiologi di Fakultas Kedokteran University of Chicago, Emily Landon, juga menyarankan agar selalu memilih aktivitas di luar ruang, memakai masker, dan sebisa mungkin memilih lokasi yang tidak ramai orang.
Persiapan matang
Meski banyak rekomendasi kemah itu aman, Amy Bonaduce, warga Seattle, yang sedang berkemah di Danau Sammamish bersama suaminya, Danny Bonaduce, tetap mempersiapkan banyak bekal untuk mencegah penularan Covid-19. Ia sudah 30 tahun tidak berkemah dan tiba-tiba ingin berkemah lagi setelah berbulan-bulan mendekam di rumah saja.
"Saya bawa banyak handuk, baju, makanan, dan peralatan masak dan makan. Persis seperti persiapan hari kiaman. Saya juga beli alat pelindung diri seperti disinfektan, tisu basah, sarung tangan, dan masker," kata Bonaduce.
Setelah yakin semua aman, Bonaduce lalu memilih lokasi sepi untuk mendirikan tenda dengan pemandangan danau yang indah. Ada 10 keluarga yang juga berkemah di sekitar Bonaduce tetapi berjarak agak jauh. Untung saja, ia tak perlu berbagi kamar mandi atau toilet karena lokasi kemah itu tak berfasilitas umum. "Saya pilih kemah di sini karena tidak perlu berbagi kamar mandi dengan orang lain. Mandi saja di mobil rumah yang kita sewa," ujarnya.
Baca juga: Destinasi Non-pendakian di Rinjani Kembali Dibuka
Was-was dengan Covid-19 tetapi ingin berlibur juga membuat Gabe Ehlert merencanakan kemah tiga malam di Hutan Nasional Okanogan dengan matang. Sebelum berangkat, ia menyusun rencana mulai dari memilih lokasi kemah, kondisi dan fasilitas yang ada di lokasi itu sampai memilih akses jalan menuju lokasi. Sebelum berangkat berkemah pun ia melakukan tes Covid-19 untuk memastikan dirinya aman.
Tes cepat itu dia lakukan untuk mengantisipasi jika ia berpapasan dengan orang lain saat sedang jalan-jalan di hutan atau saat di lokasi kemah. Ehlert membawa masker tetapi jarang dipakai karena ia merasa bisa menjaga jarak fisik dengan orang lain. "Tapi saya lihat banyak orang pakai masker. Rasanya aneh dan saya rasa jalan-jalan seperti ini rasanya sudah tidak bebas," ujarnya.
Lahan kurang
Karena lokasi kemah di AS yang kerap penuh, banyak pemilik perkebunan anggur dan peternakan yang menyulap lahannya menjadi lokasi kemah. Alysr Hickman yang memiliki lahan perkebunan anggur di Bangor, California, kepada stasiun tv CNBC mengaku kini lebih menguntungkan menyediakan lokasi kemah ketimbang berkebun anggur atau menyewakan lahannya untuk acara pernikahan dan lain-lain.
Karena lebih menguntungkan, keluarga Hickman mengubah seluruh lahan perkebunannya menjadi lokasi kemah sekaligus menyewakan tenda atau mobil rumah dengan harga mulai dari 50 dollar AS per malam. "Setidaknya kami punya pendapatan lain di masa susah seperti sekarang. Banyak pelanggan yang datang lagi dan bawa teman-temannya," kata Hickman yang memulai usaha pengolahan minuman anggur bersama suaminya sejak 2002.
Selain menyediakan lahan perkebunannya, sebagai pelengkap, keluarga Hickman juga melengkapi lokasi kemahnya dengan fasilitas umum seperti kamar mandi dan toilet yang rutin dibersihkan. Melengkapi kegiatan kemah, perkebunan Hickman juga menawarkan berbagai kegiatan luar ruang seperti piknik makan malam, berkuda, yoga, dan tur alam. "Orang mau terhubung dengan alam. Orang butuh pengalaman, bukan barang," kata Sarah Tavel dari perusahaan Benchmark yang berinvestasi pada lokasi-lokasi perkemahan.