Kepolisian Austria Buru Kelompok Teroris Pasca-Penembakan di Vienna
Austria mengerahkan tentara untuk melindungi kota Vienna guna mendukung operasi antiteror yang dijalankan aparat kepolisian. Langkah ini diambil pasca-penembakan oleh kelompok bersenjata di 6 lokasi di ibu kota Austria.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
VIENNA, SELASA — Sekelompok orang bersenjata otomatis menembaki para pengunjung bar dan pub dengan membabi buta di enam lokasi berbeda di Vienna, Austria, Senin (2/11/2020) malam waktu setempat atau Selasa dini hari WIB. Dua orang tewas, salah satunya pelaku, dan 15 orang terluka dalam insiden itu.
Kepolisian anti-teroris Austria masih memburu sejumlah pelaku yang melarikan diri. Masyarakat Vienna diminta tetap tinggal di rumah karena tentara menutup seluruh wilayah Vienna untuk mempermudah pencarian kelompok teroris itu.
Penembakan terjadi, Senin malam, berawal dari dekat kompleks hunian sinagog. Kanselir Austria Sebastian Kurz mengecam insiden tersebut sebagai serangan teroris yang memuakkan. ”Kami belum tahu siapa pelakunya, tetapi yang jelas kelompok anti-Semit juga akan kami selidiki,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer meminta warga untuk tidak keluar rumah. ”Kami sudah mengerahkan pasukan khusus untuk mencari semua pelaku. Pencarian akan diperluas karena mereka bisa (bergerak) ke mana saja,” ujarnya.
Tentara dikerahkan melindungi kota sehingga kepolisian anti-teroris bisa fokus menjalankan operasi anti-teror. Keenam lokasi yang menjadi sasaran penembakan berada di dekat sinagog. Meski demikian, tokoh masyarakat Yahudi, Oskar Deutsch, menepis kecurigaan serangan ini ada hubungannya dengan sinagog.
”Belum tentu target serangannya sinagog karena pada waktu serangan terjadi, sinagog sedang tutup,” ujar Deutsch.
Rabi Schlomo Hofmeister yang tinggal di kompleks sinagog mengaku mendengar suara tembakan dari jendela. Ia melihat para pelaku menembak ke arah para pengunjung bar dan pub. ”Para penembak berlarian ke sana-kemari dan menembaki orang-orang di depan gedung kami,” ujarnya.
Insiden penembakan itu terjadi beberapa jam sebelum kebijakan pembatasan terkait pandemi Covid-19 diberlakukan. Sesuai aturan, restoran, kafe, dan hotel harus tutup. Pergerakan warga di malam hari juga dibatasi.
Pada 1981, dua orang tewas dan 18 orang terluka saat dua warga Palestina menyerang sinagog di Vienna. Pada 1985, kelompok militan Palestina membunuh tiga warga sipil dalam serangan di bandara.
Selama beberapa tahun terakhir, Austria terhindar dari serangan berskala besar seperti yang terjadi di Paris, Berlin, dan London. Pada Agustus lalu, otoritas menahan pengungsi Suriah berusia 31 tahun yang diduga berusaha menyerang pemimpin komunitas Yahudi di Graz, Austria.
Menolak takut
Para pemimpin dunia menyesalkan dan ikut simpati atas apa yang terjadi pada Austria melalui akun Twitter mereka. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengaku kaget dan menyampaikan simpati dan prihatin dengan penderitaan rakyat Austria.
Kepala Dewan Uni Eropa Charles Michel juga mengecam tindakan pengecut itu. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jerman juga mengingatkan agar masyarakat dunia, khususnya Eropa, tidak merasa takut. Serangan teroris seperti ini hanya mau memecah belah masyarakat.
Untuk mengantisipasi para pelaku yang kemungkinan akan lari ke luar Vienna, kepolisian Ceko sudah memperketat penjagaan di wilayah perbatasan dengan Austria. Semua kendaraan dan orang yang keluar perbatasan diperiksa.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte juga mengecam penembakan itu. ”Rakyat Eropa tidak akan memberikan kesempatan kebencian dan kekerasan merajalela,” tulisnya di Twitter. (AFP/REUTERS)