Banyak pemimpin dunia menyampaikan keprihatian atas insiden di Gedung Capitol. Mereka menilai kejadian itu menjadi contoh buruk bagi implementasi demokrasi.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
WASHINGTON DC, KAMIS —Dunia kaget dengan penyerbuan ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Gedung Capitol saat Kongres AS hendak menyertifikasi kemenangan Presiden AS terpilih, Joe Biden, Rabu (6/1/2021). Para pemimpin dunia mengecam tindakan anarkistis yang dianggap tak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan tak semestinya terjadi di AS. Berbagai komentar yang menyayangkan dan mengecam insiden itu dilayangkan di akun Twitter masing-masing.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, salah satunya. Di akun Twitter-nya, Johnson mengecam peristiwa memalukan di Kongres AS itu. ”AS mewakili demokrasi di seluruh dunia. Harus ada transfer kekuasaan yang damai dan tertib,” tulisnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga menulis di Twitter-nya dengan mengatakan, AS selama ini sangat bangga pada demokrasinya dan tidak ada pembenaran untuk kekerasan yang dilakukan untuk menggagalkan transisi kekuasaan yang sah.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pun mengecam apa yang terjadi di AS yang dipandangnya sebagai serangan terhadap demokrasi AS, seluruh institusinya, dan penegakan hukum. ”Di mata dunia, demokrasi AS malam ini tampaknya sedang diserang. Ini bukan Amerika. Hasil pemilu 3 November harus dihormati,” tulisnya.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian pun berpandangan sama. Menurut dia, serangan pendukung Trump itu serangan yang serius terhadap demokrasi. ”Serangan terhadap institusi-institusi AS itu jelas serangan terhadap demokrasi. Saya mengecam apa yang terjadi. Keinginan dan suara rakyat AS harus dihargai,” tulisnya di Twitter.
Menlu Jerman Heiko Maas meminta pendukung Trump untuk menghentikan serangan pada demokrasi dan belajar menerima kenyataan bahwa suara rakyat AS yang menentukan kemenangan Joe Biden. ”Musuh-musuh demokrasi akan senang melihat yang terjadi di Washington DC. Kata-kata yang memancing keributan akhirnya betul-betul menghasilkan kekerasan,” tulisnya.
Kecaman senada juga disampaikan Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. ”Rakyat Kanada sangat terganggu dan sedih dengan serangan pada demokrasi di AS, teman dan tetangga kami yang terdekat,” ujarnya.
PM Australia Scott Morrison juga mengecam tindak-tindak kekerasan yang terjadi dan berharap AS bisa segera menetapkan pemerintahan AS yang baru dengan damai sesuai dengan tradisi demokrasi AS. Bagi PM Selandia Baru Jacinda Ardern, demokrasi memastikan hak rakyat untuk bersuara dan suaranya didengarkan.
”Suara rakyat seharusnya tidak bisa diubah hanya karena ada gerombolan perusuh. Yang mereka lakukan itu keliru,” ujarnya.
Kepala NATO Jens Stoltenberg, PM Belanda Mark Rutte, PM Irlandia Micheal Martin, PM Yunani Kyriakos Mitsotakis, dan Kanselir Austria Sebastian Kurz juga menyesalkan dan mengecam Trump dan para pendukungnya.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan mengikuti perkembangan di AS dengan rasa khawatir. ”Kami meminta semua pihak di AS menahan diri dan berhati-hati. Kami yakin AS akan bisa mengatasi krisis politik internal ini dengan cara dewasa,” sebut pernyataan tertulis itu.
Contoh buruk
Menlu Czech Tomas Petricek, di Twitter, menilai, serbuan dan kekerasan di Senat AS itu contoh yang sangat buruk bagi negara-negara yang masih memperjuangkan penegakan demokrasi. PM Denmark Mette Frederiksen juga mengingatkan, ekstremisme, kekerasan, dan polarisasi bukan cara yang tepat.
PM Fiji, Frank Bainimarama, yang memimpin kudeta 2016 dan dituding menyerang anggota parlemen dari oposisi tahun 2019 pun mengecam insiden di AS itu. ”Kekerasan di AS itu bentuk penghinaan terhadap demokrasi di seluruh dunia. Demokrasi yang murni merupakan harta berharga yang tidak boleh diremehkan siapa pun,” tulisnya di Twitter.
Namun, Presiden Spanyol Pedro Sanchez tetap percaya pada kekuatan demokrasi AS. ”Presiden AS yang baru @JoeBiden pasti akan bisa mengatasi ketegangan ini dan menyatukan seluruh rakyat AS,” ujarnya.
Optimisme yang sama juga diutarakan PM Slovenia Janez Jansa, yang yakin demokrasi AS pasti akan bisa bertahan dan mengatasi krisis ini karena sudah lama berakar di AS.
Presiden Perancis Emmanuel Macron juga percaya pada kekuatan proses demokrasi di AS. ”Apa yang terjadi di AS itu jelas bukan Amerika yang sebenarnya. Saya percaya pada kekuatan demokrasi kita. Saya percaya pada kekuatan demokrasi AS,” tulisnya di Twitter. (REUTERS/AFP)