Hampir semua menuding Presiden Donald Trump biang keladi kerusuhan dan pendudukan gedung Capitol, Washington DC, oleh massa pendukungnya. Sehari setelah kejadian, beberapa pihak mulai mempertimbangkan mencopot Trump.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Tekanan agar Presiden Amerika Serikat Donald Trump segera dicopot menguat dari berbagai pihak, termasuk dari sebagian anggota Partai Republik. Jika kabinet tidak mau mencopot Trump dengan Amandemen ke-25 dalam Konstitusi AS, DPR AS bisa mencopot melalui mekanisme pemakzulan meski Trump akan meninggalkan posisinya dalam dua pekan mendatang.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Kamis (7/1/2021), mengaku masih menunggu keputusan dari Wapres AS Mike Pence dan pejabat lainnya. ”Trump tidak bisa dibiarkan membuat keputusan apa pun lagi. Kalau kabinet tidak bertindak, kami yang akan jalan. Ini sudah darurat. Trump berbahaya,” ujarnya.
Trump dinilai berbahaya dan itu terbukti dengan penyerbuan ratusan pendukung Trump ke Gedung Capitol hingga menewaskan empat orang. Trump dituding sebagai penyebab penyerbuan itu. Ia sengaja memanas-manasi pendukungnya untuk protes ke Kongres saat proses sertifikasi kemenangan presiden AS terpilih, Joe Biden.
Namun, seperti diberitakan The New York Times, Pence menolak untuk menggunakan mekanisme Amandemen Ke-25. Dengan amendemen itu, mayoritas anggota kabinet bisa menyatakan Trump tak mampu menjalankan tugas dan beberapa hari sisa masa jabatannya diambil alih oleh Wapres Mike Pence sebagai pelaksana tugas presiden.
Biden tidak mau berkomentar mengenai desakan pencopotan Trump, tetapi ia mengecam serangan di Capitol. Apa yang terjadi di Capitol merupakan hari paling gelap dalam sejarah AS. Para penyerbu Capitol itu tidak berniat protes. Mereka juga bukan pengunjuk rasa, melainkan gerombolan perusuh, penyerang, dan teroris domestik.
”Sebenarnya sudah bisa diduga akan begini karena selama empat tahun kita punya presiden yang selalu menghina demokrasi, konstitusi, dan penegakan hukum,” ujar Biden.
Sampai sejauh ini, kabinet Trump dikabarkan sedang mengkaji prosedur untuk menyatakan Trump ”tidak mampu menjalankan kekuasaan dan tugas-tugasnya”. Tak mau menunggu keputusan kabinet, Menteri Transportasi Elaine Chao memilih mengundurkan diri sebagai bentuk protes terhadap serangan Capitol.
Selain Chao, Utusan Khusus untuk Irlandia Utara yang pernah menjadi Kepala Staf Gedung Putih, Mick Mulvaney, juga mundur. Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matt Pottinger juga segera mundur setelah kejadian Capitol. Menyusul kemudian Direktur Senior untuk Urusan Eropa dan Rusia di Dewan Keamanan Nasional Ryan Tully.
Kepala Staf Melania Trump, Stephanie Grisham, juga mundur. Sarah Matthew, urusan pers di Gedung Putih, dan Rickie Niceta yang menangani isu sosial di Gedung Putih pun dikabarkan mundur. Kini, Trump dikabarkan mengisolasi dirinya di Gedung Putih dan ditemani beberapa orang yang setia kepadanya.
Dengan Amandemen ke-25, Trump bisa menggugat keputusan kabinet, tetapi tidak akan ada gunanya karena keputusannya kemudian diserahkan kepada kongres yang sudah siap dengan senjata pemakzulan. Jika Trump dicopot, Pence yang otomatis akan menggantikan.
Ketua Demokrat di Senat, Chuck Schumer, meminta kabinet segera mencopot Trump. ”Penyerbuan di Capitol itu sama saja dengan menyerang AS dan dilakukan oleh presiden. Trump tidak boleh berkuasa satu hari lagi pun,” ujarnya.
Meski DPR bisa dengan cepat melakukan voting untuk memakzulkan Trump, Kongres kemungkinan tidak akan bisa mencopot presiden hanya dalam waktu 13 hari. Senat masih harus berproses menguji dan melakukan penghitungan suara terhadap usulan pemakzulan itu. Jika prosesnya bisa sampai di Senat pun, Partai Republik yang ada di Senat kemungkinan tidak akan mau memakzulkan. (REUTERS/AFP/AP)