Warga negara Indonesia dari Wuhan, China, yang baru selesai menjalani karantina dan observasi terkait virus korona baru di Natuna, Kepulauan Riau, dipulangkan ke daerah asal masing-masing. Mereka dinyatakan sehat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Sekitar pukul 15.30 WIB, tampak dari jauh wajah semringah dari warga negara Indonesia yang baru tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sambil melambaikan bendera Merah Putih, satu per satu turun dari pesawat TNI Angkatan Udara jenis Boeing 737 dengan nomor registrasi A-7306.
Meski air hujan turun rintik, itu tidak membuat tawa dan senyuman dari para warga negara Indonesia (WNI) dan tim yang menyambut kedatangan mereka sirna. Pelukan dan salam hangat pun mewarnai kedatangan mereka. Dalam penerbangan itu, turut juga Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan.
”Rasanya lega. Saya ingin bisa cepat sampai rumah,” ucap Irma Putri Nuraini, salah satu WNI asal Lumajang, Jawa Timur, yang ditemui sesaat sebelum masuk kembali ke pintu keberangkatan Bandara Halim Perdanakusuma untuk melanjutkan penerbangan ke Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Ia termasuk 1 dari 65 WNI asal Jawa Tmur yang diobservasi setelah dipulangkan dari Wuhan, China.
Tidak hanya Irma, rasa lega juga disampaikan sejumlah WNI asal Riau. Sambil menunggu pesawat yang akan berangkat sekitar pukul 20.00, mereka bercengkrama mengingat kembali masa-masa saat harus diobservasi di Natuna. Salah satu dari mereka menyeletukkan kebiasaan rekannya yang meski di tempat observasi tetap bangun pagi, membuat kopi, dan belajar.
Ada pula yang mengingat bagaimana mereka saling mengajar berbagai keterampilan, seperti bahasa Inggris, untuk mengisi waktu luang. Langen Nidhana Meisyalla, salah satu warga asal Riau yang sedang menempuh studi di Hubei Universitu sebagai master of psychology, pun menyatakan kelegaannya.
”Finally! Selama 30 tahun lebih saya hidup, baru kali ini saya merasakan bahwa negara hadir untuk saya,” ucap pria yang disapa Aleph ini.
Ia bercerita, sejak awal munculnya virus korona tipe baru atau yang kini disebut Covid-19, pemerintah melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Beijing sudah menghubungi setiap warga yang tinggal di China untuk memastikan kondisi kesehatan mereka baik serta kebutuhan harian tercukupi. Perlindungan itu, menurut Aleph, semakin dirasakan ketika pemerintah memutuskan menjemput semua WNI yang ada di Hubei, China.
Finally! Selama 30 tahun lebih saya hidup, baru kali ini saya merasakan bahwa negara hadir untuk saya.
Meski sempat khawatir dengan masa perkuliahannya yang kembali dimulai pada 17 Februari 2020, Aleph mengaku tetap bisa melanjutkannya melalui perkuliahan online. ”Pasti akan kembali lagi (ke Hubei), tetapi nanti kalau kondisinya sudah aman,” ucapnya.
Pengalaman berbeda diceritakan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehata, Budi Sylvana. Ia merupakan 1 dari 42 orang yang menjadi tim penjemput WNI yang berada di Wuhan.
”Rasanya seperti akan berangkat untuk berperang melawan musuh yang bahkan tidak terlihat wujudnya,” katanya, yang ditemui sesaat setelah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat yang ditumpanginya adalah pesawat terakhir yang tiba dari Natuna menuju Jakarta. Ia tiba sekitar pukul 20.30.
Ia ingat saat pesawat untuk menjemput para WNI sampai di Bandara Internasional Wuhan Tianhe, rasa kalut menghampirinya. Dengan alat pelindung diri (APD) lengkap yang lalu disebutnya seperti ”minions” atau ikon yang ada pada film Despicable Me, ia bersama 41 tim penjemput lainnya bersiap menanti kedatangan para WNI dari dalam pesawat.
Mereka tidak diperbolehkan turun dari pesawat sesuai dengan protokol kesehatan yang diatur oleh Pemerintah China. ”Saat pintu dibuka, angin yang masuk rasanya sangat berbeda. Dalam hati saya, semoga tidak ada virus masuk,” ucapnya.
Meski begitu, rasa kalut yang dialaminya langsung hilang ketika melihat wajah para WNI yang masuk ke pesawat. Perjuangannnya tidak selesai sampai menjemput para WNI saja karena ada 14 hari masa observasi yang harus dilalui. ”Dari awal penjemputan sampai masa observasi selesai, semuanya sehat. Itu kebanggaan sekaligus kelegaan buat saya. Semoga semua warga negara Indonesia di mana pun sehat dan bisa menang melawan virus ini,” tuturnya.
Secara rinci, semua WNI yang menjalani masa observasi selama 14 hari di Natuna berjumlah 285 orang. Itu terdiri dari 238 orang WNI yang dijemput di Wuhan, 5 orang tim aju (advance) dari KBRI Beijing, dan 42 orang tim penjemput. Dari 238 WNI, jumlah laki-laki sebanyak 80 orang dan perempuan 158 orang. Di antara itu, terdapat usia anak dengan usia paling muda adalah 5 tahun.
Stigma
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menyampaikan, semua kondisi dari WNI yang selesai menjalani observasi di Natuna dalam kondisi sehat. Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir sehingga jangan sampai ada stigma kepada mereka setelah kembali ke daerah asalnya masing-masing. Mereka juga mendapatkan surat keterangan sehat atas hasil pemeriksaan selama 14 hari masa observasi di Natuna.
”Semua peserta sampai masa observasi selesai tidak menunjukkan gejala serta tanda infeksi Covid-19. Setelah itu, pemerintah daerah tetap akan memantau kesehatan secara umum. HAC (kartu kewaspadaan kesehatan) tetap diberikan kepada para WNI yang pulang untuk mengonfirmasi kondisi kesehatan mereka,” ucapnya.