Pemerintah akan mengevakuasi warga negara Indonesia yang saat ini berada di Yokohama, Jepang. Evakuasi tersebut menggunakan pesawat udara dilanjutkan dengan observasi kondisi kesehatan mereka terkait Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Sebanyak 23 anggota tim evakuasi warga negara Indonesia yang saat ini berada di Yokohama, Jepang, telah berangkat pada Jumat (28/2/2020) melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Warga negara Indonesia yang dievakuasi itu diperkirakan tiba di Indonesia pada Minggu (1/3/2020).
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan, penjemputan WNI akan menggunakan pesawat Garuda yang berangkat dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat pukul 16.00. Pesawat itu diperkirakan tiba di Bandar Udara Haneda, Tokyo, pada Sabtu (29/2/2020) pukul 01.00 waktu setempat.
”Mereka (WNI) kembali dari (Bandara) Haneda ke Indonesia pada 1 Maret 2020 yang direncanakan berangkat pada pukul 18.00 dan tiba hari yang sama hampir tengah malam waktu Indonesia Barat,” ujarnya, dalam acara pelepasan tim evakuasi WNI dari kapal pesiar Diamond Princess di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (28/2/2020).
Ia memaparkan, WNI yang akan dievakuasi saat ini merupakan awak kapal dari kapal pesiar Diamond Princess. Dari 78 anak buah kapal (ABK) yang bekerja di kapal itu, ada 68 ABK yang dievakuasi. Sebanyak delapan ABK masih dirawat di rumah sakit karena terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara dua ABK lain memutuskan tetap tinggal untuk bekerja di kapal.
Sebelumnya, jumlah ABK yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 ada sembilan orang dan satu orang di antaranya telah dinyatakan sembuh. ”(WNI yang sembuh) ikut pulang. Jadi, ikut dalam 68 orang yang diobservasi meski sudah sembuh,” ucap Retno.
Mereka (WNI) kembali dari (Bandara) Haneda ke Indonesia pada 1 Maret 2020 yang direncanakan berangkat pada pukul 18.00 dan tiba pada hari yang sama hampir tengah malam waktu Indonesia barat.
Ia menambahkan, seluruh WNI yang dijemput telah melalui tes Polymerase chain reaction (PCR). Hasil dari tes tersebut telah dinyatakan negatif Covid-19. Meski begitu, evakuasi ini merujuk pada protokol kesehatan ketat sehingga ketika tiba di Indonesia tetap dilakukan pengecekan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun pemeriksaan spesimen.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pesawat yang digunakan dalam penjemputan adalah pesawat Garuda dengan jenis Airbus A330. Dari tim evakuasi, 11 orang merupakan kru dari Garuda. Sisanya, 2 perwakilan Kementerian Luar Negeri, 3 perwakilan dari Kementerian Kesehatan, dan tujuh orang dari TNI.
”Pesawat (setelah digunakan untuk evakuasi) akan dibersihkan selama lima hari,” ucapnya. Pembersihan tersebut dilakukan dengan pemberian disinfektan untuk memastikan pesawat terbebas dari virus ataupun sumber penyakit lainnya.
Titik pemulangan
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menjelaskan, titik pemulangan WNI di Indonesia belum ditetapkan. Namun, ada dua kemungkinan pendaratan pesawat dari Jepang, yakni di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, atau Bandar Udara Kertajati, Jawa Barat.
”Kita cari (bandara) yang tidak padat sehingga antara (bandara) Halim atau (bandara) Kertajati. Setelah itu turun pindah ke bus. Dari bus langsung ke Pelabuhan Tanjung Priok menggunakan KRI dr Soeharso. Setelah itu, akan menempuh pelayaran ke Pulau Sebaru Kecil,” tuturnya.
Achmad memastikan, Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, telah siap dijadikan lokasi observasi. Seluruh kebutuhan tersedia dengan baik. Kapasitas untuk menampung warga yang diobservasi juga mencukupi, baik untuk 188 WNI yang dijemput dari kapal World Dream maupun 68 WNI dari kapal Diamond Princess.
”Sebanyak 188 WNI yang dijemput dari World Dream sudah tiba Jumat siang ini sekitar pukul 12.00 siang. Mereka akan menjalani observasi selama 14 hari. Untuk yang dari Diamond Princess, seharusnya diobservasi 28 hari, tetapi karena sebelumnya diobservasi di kapal di Jepang selama 14 hari, jadi tinggal 14 hari di Pulau Sebaru,” ucapnya.
Umrah
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama Arfi Hatim menyampaikan, calon jemaah yang terdampak keputusan penangguhan atau penghentian sementara layanan umrah dari Pemerintah Arab Saudi diminta tidak khawatir. Calon jemaah tidak akan diberatkan dengan biaya tambahan jika nanti bisa diberangkatkan kembali.
”Jadi, kami sudah melakukan pertemuan dengan pihak asosiasi, maskapai, dan beberapa kementerian, seperti Kemenko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Kemenhub (perhubungan), dan Kemenlu (luar negeri). Kita sampaikan tidak ada tambahan biaya bagi jemaah yang akan berangkat ke Arab Saudi setelah penghentian layanan umrah dicabut. Semua keberangkatan akan di-reschedule (jadwal ulang),” ujarnya.
Untuk jemaah yang sudah berada di Arab Saudi, kata Arfi, tetap menjalankan ibadah umrah seperti biasa. Waktu pemulangan ke Indonesia pun tetap dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan. Bagi calon jemaah yang masih berada di bandara, diharapkan bisa kembali ke daerah asalnya.
”Biaya pemulangan akan jadi tanggung jawab pihak penyelenggara umrah,” ucapnya.