Gunakan Masker Kain Lebih Baik daripada Tidak Sama Sekali
Masker kain yang bisa dibuat mandiri oleh masyarakat tidak memiliki kemampuan menahan partikel droplet seefektif masker medis. Namun, mengenakan masker jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masker kain yang bisa dibuat mandiri oleh masyarakat tidak memiliki kemampuan menahan partikel droplet seefektif masker medis. Namun, mengenakan masker jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Syahrizal Syarif mengatakan, masker kain dua lapis efektif melindungi diri dari percikan yang molekulernya besar.
”Kalau bisa disisipkan tisu kering penyerap air di antara dua lapisan kain itu. Setiap habis dipakai, langsung dicuci,” kata Syahrizal saat dihubungi Kompas, Senin (6/4/2020) siang.
Hal ini dimungkinkan, menurut Syahrizal, karena karakteristik virus SARS-CoV-2 yang hanya bisa bertahan dalam bentuk droplet. Syahrizal juga menegaskan bahwa meski droplet dapat mengambang di udara dalam bentuk aerosol, kondisi ini hanya dimungkinkan terjadi di ruang isolasi rumah sakit.
”Sepanjang dokter pakai APD lengkap itu aman. (Kondisi aerosol) ini sulit terjadi di luar ruangan, apalagi di jalanan,” kata Syahrizal.
Meski demikian, Syahrizal mengatakan, sebaiknya masker hanya digunakan saat terpaksa keluar rumah. Penggunaan masker tidak dapat menihilkan risiko penularan Covid-19. ”(Mengenakan masker) kalau terpaksa keluar rumah. Kalau bisa tetap di rumah, risiko penularan nol,” kata Syahrizal.
Penggunaan masker diserukan Gubernur DKI Jakarta melalui Seruan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Penggunaan Masker untuk Mencegah Penularan Covid-19. Warga diminta selalu mengenakan masker ketika berada atau berkegiatan di luar rumah tanpa kecuali. Masker kain yang digunakan minimal terdiri atas dua lapisan dan dapat dicuci secara rutin.
Masker memiliki peran yang penting. Sebab, ketika berbicara, selalu ada droplet yang keluar dari mulut. Terlebih lagi, banyak orang yang terinfeksi korona tidak menunjukkan gejala.
Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China (CCDCP) Goerge Gao menegaskan kepada majalah Science bahwa penyebaran Covid-19 membutuhkan dua faktor, yakni droplet dan jarak yang dekat antarmanusia.
Untuk itu, masker memiliki peran yang penting. Sebab, ketika berbicara, selalu ada droplet yang keluar dari mulut. Terlebih lagi, banyak orang yang terinfeksi korona tidak menunjukkan gejala.
”Kalau mereka mengenakan masker, itu dapat mencegah droplet yang membawa virus untuk keluar dan menular ke orang lain,” kata Gao.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Badan Kesehatan Publik Inggris (Public Health England/PHE), masker yang dibuat dari potongan kaus katun secara signifikan dapat mengurangi partikel yang keluar dari saluran pernapasan pemakai masker.
”Temuan kami menunjukkan bahwa masker buatan sendiri (homemade) hanya bisa direkomendasikan sebagai langkah terakhir untuk mencegah transmisi droplet. Namun, masker ini jauh lebih baik dibandingkan tanpa proteksi sama sekali,” tulis Anna Davies dan kawan-kawan dalam jurnal yang diterbitkan dalam jurnal Disaster Medicine and Public Health Preparedness pada 2013.
Masker operasi (surgical mask) tiga kali lebih efektif menahan laju transmisi partikel ketimbang masker buatan sendiri.
Dalam artikel ilmiah tersebut disebutkan, masker yang dibuat dari kaus katun secara rerata memiliki kemampuan filtrasi 50,85 persen saat diembuskan dengan 30 liter aerosol yang mengandung virus bakteriofage MS2.
Penelitian tersebut juga menunjukkan masker operasi memiliki kemampuan filtrasi 89,52 persen.
Virus bakteriofage MS2 memiliki diameter rata-rata 23 nanometer (nm). Adapun virus SARS-CoV-2, pemicu Covid-19, berukuran sekitar 80-160 nm.
Mengenakan masker sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 memang menuai kontroversi. Sejumlah negara di Eropa selama ini cenderung menolak klaim dari negara Asia bahwa masker dapat mengurangi peluang penularan.
Meski demikian, belum ada studi yang menunjukkan korelasi yang kuat antara masker dan jumlah infeksi Covid-19 di sejumlah negara.
Namun, grafik pertumbuhan jumlah infeksi Covid-19 memang lebih landai di negara-negara Asia yang masyarakatnya sudah terbiasa mengenakan masker di ruang publik dibandingkan dengan masyarakat Eropa.
Namun, beberapa waktu terakhir, sejumlah negara Eropa mulai mempertimbangkan untuk mewajibkan masyarakatnya mengenakan masker.
Selasa (31/3/2020), Kanselir Austria Sebastian Kurz mengeluarkan aturan yang mewajibkan masyarakat untuk mengenakan masker ketika berbelanja di supermarket. Hal ini tentu bertolak belakang dengan kebiasaan di Eropa.
”Saya paham bahwa masker ini hal yang asing bagi budaya kita. Ini akan membutuhkan penyesuaian,” kata Kurz seperti yang dilaporkan surat kabar South China Morning Post.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Jerman, Hanno Kurtz, juga mengatakan, pengunaan masker di ruang publik akan digalakkan ketika pihaknya kelak mulai mengurangi intensitas pembatasan sosial (social distancing) dan penutupan wilayah (lockdown) yang kini masih berjalan.
Beberapa hari sebelumnya, Ketua Asosiasi Tenaga Medis Jerman Klaus Reinhardt juga menyampaikan rekomendasi serupa, yakni meminta masyarakat untuk mulai mengenakan masker sederhana di ruang publik.