Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu provinsi terpapar Covid-19. Akibatnya, berbagai sektor terdampak, termasuk obyek wisata andalan di daerah itu, termasuk superprioritas seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
PUJUT, KOMPAS — Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu provinsi yang terpapar Covid-19. Akibatnya, berbagai sektor terdampak. Salah satunya pariwisata. Obyek wisata andalan di daerah itu, termasuk superprioritas seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Pujut, Lombok Tengah, sepi pengunjung.
Ketua Mandalika Hotel Association (MHA) Samsul Bahri di Kuta, Selasa (7/4/2020), mengatakan, Covid-19 merupakan pandemi sehingga kondisi di Kuta tidak jauh berbeda dengan kawasan wisata lain di NTB, seperti Mataram, Senggigi (Lombok Barat), dan Gili (Lombok Utara).
Menurut Samsul, merebaknya Covid-19 membuat kunjungan wisatawan menurun. Itu bisa terlihat dari tingkat okupansi hotel di Kuta, termasuk kawasan penyangganya. ”Kalau dipersentasekan, hanya 1 sampai 2 persen dari total 1.000 kamar yang tersedia di 30 hotel anggota kami. Bahkan, ada hotel besar yang hampir seminggu sudah kosong,” kata Samsul.
Menurut Samsul, tamu yang masih tinggal di hotel adalah wisatawan yang tidak bisa kembali ke negara asal, sedang libur panjang, atau memiliki proyek di kawasan Kuta. ”Harga kamar pun sudah tidak pakai harga normal lagi. Sudah di bawah itu. Orientasinya pun untuk membantu operasional (hotel),” kata Samsul.
Kondisi itu, kata Samsul, membuat beberapa hotel di kawasan Kuta tutup total. Sisanya tetap buka, tetapi tanpa tamu.
Kalau dipersentasekan, hanya 1 sampai 2 persen dari total 1.000 kamar yang tersedia di 30 hotel anggota kami. Bahkan, ada hotel besar yang hampir seminggu sudah kosong. (Samsul Bahri)
”Hotel yang tetap buka hanya agar karyawannya tetap masuk. Itu pun bergilir, misalnya tiga hari masuk, tiga hari libur. Kamar yang dibuka juga tidak menyertakan sarapan sehingga staf dapur dan pelayan tidak perlu masuk,” kata Samsul.
Sejauh ini, kata Samsul, belum ada pemutusan hubungan kerja karyawan hotel, baik permanen maupun kontrak. Kebijakan pemutusan hubungan kerja baru berlaku untuk pekerja harian (daily worker).
Menurut Samsul, untuk menyiasati sepinya tamu, sejumlah hotel menawarkan paket kamar untuk satu bulan menginap. Hanya saja, untuk menerima tamu, mereka memberlakukan prosedur untuk mencegah penularan Covid-19.
”Kami melihat identitas dan riwayat perjalanan. Jika masuk hotel, mereka harus cuci tangan dan semprot disinfektan,” kata Samsul.
Terkait pencegahan penyebaran Covid-19, kata Samsul, MHA bersama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), dan perusahaan vendor E-Colab, termasuk polisi dan pemerintah Desa Kuta, sudah melakukan dua kali penyemprotan disinfektan.
”Minggu lalu di sepuluh hotel, termasuk hotel di area Bandara Internasional Lombok. Hari ini penyemprotan ulang secara massal di hotel-hotel lain, termasuk ke homestay-homestay hingga ke Kawasan Selong Belanak,” kata Samsul.
Tidak hanya hotel besar, homestay di kawasan Kuta Mandalika juga mengaku memilih tutup sementara. Melinda Rosalina, pengelola Join Homestay, mengatakan, sejak seminggu terakhir sudah tidak ada tamu.
”Kami memang memutuskan untuk tutup. Pemesanan secara daring juga kami blok dulu. Ini sekaligus kesempatan kami untuk membenahi homestay,” kata Melinda.
Sepi
Berdasarkan pantauan Kompas, di Mandalika, Selasa (7/4/2020) siang, area yang biasanya ramai oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, terlihat lengang. Misalnya di Jalan Raya Kuta dekat Kantor Desa Kuta yang banyak terdapat restoran dan kafe. Sebagian besar usaha itu tutup.
Tidak terlihat lalu lalang wisatawan, baik yang berjalan kaki maupun bersepeda motor. Kondisi itu membuat sebagian besar toko-toko penjualan oleh-oleh di kawasan itu juga tutup.
Kondisi serupa juga terlihat di Kuta Beach Park Mandalika. Salah satu bagian penting kawasan Mandalika itu tampak lengang. Dalam satu jam, kurang dari lima wisatawan yang terlihat.
Padahal, pada hari normal, bisa puluhan wisatawan yang datang dalam satu jam, baik yang ke area taman maupun ke pantai. Warga yang biasanya banyak berkeliling berjualan kain tenun atau suvenir di kawasan itu juga tidak terlihat.
”Kuta sekarang sepi sekali. Kondisi ini sudah berlangsung satu minggu terakhir,” kata Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Pemusyawaratan Desa Kuta.
Menurut Alus, wisatawan mancanegara yang masih berada di kawasan Kuta saat ini berjumlah kurang lebih 100 orang.
Menurut Alus yang juga Ketua Forum Pemuda Peduli Pariwisata Lombok Tengah, kondisi itu tentu akan semakin mengancam pariwisata di Lombok Tengah, khususnya Kuta. Tidak hanya hotel dan karyawannya, tetapi juga pelaku pariwisata lain.
”Misalnya pengusaha jasa perjalanan. Mereka sekarang sudah mengaku kebingungan. Apalagi mereka juga masih mencicil motor atau mobil,” kata Alus.