Produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk memperpanjang penutupan pabrik di Surabaya untuk penanganan dan pencegahan wabah penyakit akibat virus korona jenis baru atau ”coronavirus disease” 2019 (Covid-19).
Oleh
AMBROSIUS HARTO/ AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk memperpanjang penutupan pabrik di Surabaya untuk penanganan dan pencegahan wabah penyakit akibat virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Sebelumnya, Sampoerna menutup pabrik Rungkut 2 setelah dua buruhnya meninggal dan dipastikan akibat Covid-19 pada pertengahan April 2020. Setelah itu, tim terpadu melaksanakan tes cepat lebih dari 500 buruh pabrik itu yang 123 di antaranya reaktif positif. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pengujian swab di laboratorium yang hasilnya 77 buruh positif terjangkit Covid-19.
Peristiwa itu membuat manajemen Sampoerna menutup sementara Rungkut 2. Buruh dirumahkan, tetapi diberi gaji dan tunjangan hari raya Lebaran. Di sisi lain, penutupan Rungkut 2 berada dalam masa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) kurun 27 April-11 Mei 2020. PSBB Surabaya Raya disepakati diperpanjang dua pekan sampai dengan Senin (25/5) yang bertepatan dengan Lebaran.
Adanya perpanjangan PSBB turut mendorong Sampoerna melanjutkan penutupan Rungkut 2 ditambah pabrik Rungkut 1. Penutupan kedua pabrik oleh manajemen berlangsung sampai dengan Senin (1/6).
”Keputusan ini telah dikoordinasikan dengan pemerintah dan Gugus Tugas Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur dengan pertimbangan menyeluruh untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan perpanjangan PSBB Surabaya Raya dalam mengendalikan dan menghentikan penyebaran Covid-19 di Surabaya,” kata Direktur Sampoerna Elvira Lianita dalam keterangan resmi tertulis, Senin (11/5/2020).
Keputusan menutup Rungkut 1 dan 2 akan memberikan waktu bagi seluruh buruh Sampoerna di Surabaya untuk tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan karantina di rumah yang kebetulan bersamaan dengan perpanjangan PSBB sampai Lebaran.
”Keputusan kami untuk menghentikan kegiatan produksi selama tiga minggu ini adalah bentuk dukungan kami untuk ikut memutus tali penyebaran Covid-19 di Surabaya,” kata Elvira.
Sampoerna saat ini mengupayakan dan memberikan dukungan terbaik bagi para buruhnya yang terdampak Covid-19. Buruh diupayakan segera mendapat perawatan medis yang tepat agar sehat. Selain itu, bersemangat positif, termotivasi, dan sadar untuk patuh menerapkan protokol kesehatan dan gaya hidup sesuai anjuran tim terpadu penanganan Covid-19.
Bukan baru
Ketua Gugus Tracing Satuan Tugas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan, Sampoerna merupakan 1 dari 57 kluster penularan virus korona di Jatim. Sampoerna juga termasuk dalam tiga kluster terbesar penularan atau setelah Asrama Haji Sukolilo Surabaya dan Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan.
”Kemunculan kluster-kluster berarti timbul risiko baru penularan yang memerlukan upaya ekstra dalam penelusuran sampai penanganan,” kata Kohar, mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim.
Kemunculan kluster linier dengan peningkatan jumlah kasus warga positif Covid-19 dan tingkat kematian. Di Jatim saat ini tercatat 1.491 warga positif dengan rincian 149 jiwa meninggal, 1.098 pasien dirawat, dan 244 orang dinyatakan sembuh.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, selama PSBB tidak ada penambahan kluster baru. Tambahan pasien terkonfirmasi positif berasal dari 16 kluster yang sudah muncul dan ditelusuri sebelum PSBB.
”Pasien terkonfirmasi positif berasal dari kluster lama yang hasil tes PCR-nya baru keluar saat PSBB atau baru bisa dites ketika PSBB karena keterbatasan reagen,” ujarnya.
Adapun 16 kluster penularan di Surabaya antara lain kluster area publik, tempat kerja, perkantoran, rumah ibadah, seminar, asrama, serta pemudik dari luar kota dan luar negeri. Dua kluster yang paling banyak menularkan ke warga ialah kluster area publik, Pasar PPI di Jalan Gresik, dan kluster tempat kerja pabrik rokok Sampoerna, dengan jumlah di atas 30 orang.
Menurut Febria, penambahan kasus terkonfirmasi positif selama PSBB disebabkan pengetesan yang masif. Pihaknya melakukan penelusuran kontak dan melakukan tes cepat serta tes PCR terhadap orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang tanpa gejala (OTG).
Pada Maret-April 2020, Pemkot Surabaya hanya mampu melakukan tes PCR terhadap 230 orang. Jumlah pemeriksaan melonjak lebih dari tiga kali lipat pada awal Mei 2020 yang mencapai 853 orang. Jumlah pasien positif diperkirakan masih terus bertambah karena hingga saat ini masih ada sekitar 800 pasien yang menunggu hasil tes PCR.