Bahan Masker Menentukan Efektivitas Pencegahan Covid-19
Penelitian terhadap efektivitas masker dari beragam jenis bahan telah dilakukan. Hasilnya, masker N95 paling efektif mencegah droplet, sedangkan bandana dan kain penutup leher paling tidak efektif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Efektivitas masker untuk menangkal penyebaran Covid-19 dipengaruhi beberapa hal, seperti kepatuhan pengguna, ketepatan pemakaian, serta bahan masker yang digunakan. Penelitian terbaru menyatakan bahwa menggunakan masker rajut, bandana, dan neck fleece atau kain penutup leher tidak efektif menahan percikan dari mulut dan hidung.
Hal ini dijabarkan para peneliti dari Duke Univesity, Durham, North Carolina, Amerika Serikat, dalam studi berjudul ”Low-cost Measurement of Facemask Efficacy for Filtering Expelled Droplets During Speech”. Riset ini dipublikasi di laman ScienceMag pada Jumat (7/8/2020).
Dalam penelitian ini, kemampuan 14 masker untuk menahan percikan (droplet) dan aerosol dibandingkan satu sama lain. Masker yang digunakan adalah masker bedah tiga lapis, masker N95, masker N95 dengan katup pernapasan, masker rajut, masker katun-propilena, masker Maxima AT satu lapis, masker katun satu lapis, neck fleece, bandana dua ganda, dan beragam jenis masker katun dua lapis. Peneliti juga menguji sebaran droplet dari orang yang tidak mengenakan masker.
Sebaran droplet diamati dalam wadah tertutup yang diberi sinar laser. Operator diminta mengenakan salah satu masker, lalu berbicara melalui lubang di salah satu sisi wadah. Percikan yang lolos dari pori-pori masker akan menghamburkan sinar laser dan direkam dengan ponsel pintar. Jumlah percikan yang terekam kemudian dihitung dengan algoritma komputer.
Setiap masker yang diuji direkam selama 40 detik. Selama itu, operator harus mengucapkan kalimat, ”stay healthy, people” berulang kali. Adapun prosedur ini dilakukan sepuluh kali per masker.
”Kita berasumsi bahwa penggunaan masker bisa menurunkan potensi penyebaran penyakit dari orang yang terinfeksi (Covid-19). Tapi, ada banyak desain masker yang kini belum diuji. Kami memperagakan metode pengukuran optikal sederhana untuk mengevaluasi efektivitas masker, khususnya untuk menghambat transmisi percikan saat bicara,” kata Emma P Fischer, salah satu peneliti Duke University, dalam penelitian tersebut.
Hasilnya, masker N95 paling efektif menahan transmisi percikan dari hidung dan mulut sata bicara. Efektivitas masker N95 diberi skor 0 persen. Semakin mendekati 0 skornya, semakin baik pula efektivitas suatu masker.
Adapun skor untuk masker medis tiga lapis adalah 0-0,1 persen. Skor untuk masker katun-propilena, katun, dan N95 dengan katup pernapasan berkisar 0-0,2 persen. Adapun skor masker rajut ialah 0,1-0,6 persen.
Masker N95 paling efektif menahan transmisi percikan dari hidung dan mulut sata bicara. Efektivitas masker N95 diberi skor 0 persen. Semakin mendekati 0 skornya, semakin baik pula efektivitas suatu masker
Dari seluruh masker yang diuji, bandana dan neck fleece berada di peringkat akhir. Skor efektivitas masker dari bandana adalah 0,2-1,2 persen, sementara neck fleece 0,6 persen hingga lebih dari 1,2 persen. Efektivitas neck fleece terburuk dibandingkan semua masker. Pengaruh neck fleece lebih kurang sama dengan tidak mengenakan masker sama sekali.
”Masker berperan sebagai pembatas fisik ketika seseorang bicara. Ini berdampak ke turunnya transmisi droplet. Masker merupakan filter sementara yang menurunkan laju droplet dari waktu ke waktu dan mengurangi transmisi secara keseluruhan,” kata Fischer.
Sementara itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kombinasi beberapa kain yang dijahit menjadi satu masker cukup baik mencegah potensi penyebaran percikan. Kain yang dimaksud mencakup katun, sutra, flanel, sifon, dan sebagainya.
Penelitian ini dilakukan Abhiteja Konda dan kawan-kawan dalam studi bertajuk ”Aeorosol Filtration Efficiency of Common Fabrics Used in Respiratory Cloth Masks”. Studi dipublikasi pada 24 April 2020.
Penelitian menyatakan bahwa efektivitas masker kain satu lapis beragam dari skor 5-80 persen (untuk partikel kurang dari 300 nanometer) dan 5-90 persen (partikel lebih dari 300 nanometer). Efektivitas masker bertambah dengan menambahkan lapisan kain tambahan atau menggabungkannya dengan jenis kain lain.
Efektivitas kain kombinasi—seperti katun-sutra, katun-sifon, katun-flanel—mencapai lebih dari 80 persen (untuk partikel kurang dari 300 nanometer) dan lebih dari 90 persen (partikel lebih dari 300 nanometer). Konda menambahkan, efektivitasnya akan semakin baik jika masker pas dikenakan di wajah dan tidak ada ”kebocoran”.
”Secara keseluruhan, kami menemukan bahwa kombinasi berbagai kain pada masker secara umum memberi perlindungan yang signifikan terhadap transmisi partikel aerosol,” kata Konda.
Kami menemukan bahwa kombinasi berbagai kain pada masker secara umum memberi perlindungan yang signifikan terhadap transmisi partikel aerosol
Sebelumnya, ilmuwan McMaster University di Kanada mengeluarkan hasil studi tentang masker yang dipublikasi pada 1 Juni 2020. Hasilnya, kemungkinan tertular Covid-19 jika memakai masker wajah hanya 3 persen, sedangkan peluang tertular jika tidak bermasker ialah 17 persen (Kompas.id, 10/6/2020).