Tinggal di Rumah Selama Covid-19 Juga Memicu Kebiasaan Buruk
Pandemi yang memaksa banyak orang ataupun keluarga untuk tetap tinggal di rumah membawa kebiasaan baru negatif dan positif. Kebiasaan negatif itu seperti pola makan dan kebiasaan ngemil serta kurang olahraga dan tidur.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tinggal di rumah selama pandemi terbukti membantu mengurangi penyebaran Covid-19. Namun, hal ini juga memicu sejumlah perilaku tidak sehat, seperti lebih banyak mengemil, kurang olahraga, dan tidur lebih larut. Selain berdampak buruk bagi tubuh, kebiasaan ini juga memengaruhi kondisi mental.
Fenomena ini ditemukan di sejumlah negara dalam survei yang dilakukan para peneliti Pennington Biomedical Research Center (PBRC), Amerika Serikat. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Obesity dan bisa diakses secara daring pada Jumat (24/10/2020).
Sebanyak 12.000 orang dari 50 negara mengikuti survei tersebut dan 7.754 orang menyelesaikan kuesioner daring yang terperinci. Mayoritas responden berada di Amerika Serikat, dengan setengahnya dari Louisiana. Responden lain yang terbanyak dari Australia, Kanada, dan Inggris Raya.
Rata-rata responden menjadi lebih banyak mengemil, kurang berolahraga, tidur lebih larut dan kurang nyenyak. Dampaknya, tingkat kecemasan berlipat ganda.
”Perintah tinggal di rumah memang menghasilkan beberapa perilaku baik, misalnya orang menjadi lebih banyak makan sehat karena jarang makan di luar. Namun, rata-rata responden menjadi lebih banyak mengemil, kurang berolahraga, tidur lebih larut dan kurang nyenyak. Dampaknya, tingkat kecemasan berlipat ganda,” kata Leanne Redman, Associate Executive Director for Scientific Education Pennington Biomedical Research Center, peneliti utama survei ini.
Survei ini menemukan, mereka yang masak di rumah enam kali atau lebih dalam seminggu meningkat dari 39 persen sebelum pandemi menjadi 65 persen saat penguncian. Yang melaporkan kecemasan hingga tahap sangat sulit untuk dikelola meningkat dari 6 persen menjadi 21 persen. Sementara perilaku makan di luar sebanyak empat kali atau lebih per minggu, termasuk dibawa pulang, menurun dari 14 persen menjadi 4 persen.
Orang dengan obesitas paling terdampak
Para peneliti menemukan bahwa efek penguncian yang lebih besar dialami oleh orang-orang dengan obesitas. ”Secara keseluruhan, orang dengan obesitas paling banyak meningkatkan pola makan mereka. Mereka juga mengalami penurunan paling tajam dalam kesehatan mental dan insiden kenaikan berat badan tertinggi,” kata Redman.
”Sepertiga orang dengan obesitas bertambah berat selama penguncian dibandingkan 20,5 persen orang dengan berat badan normal atau kelebihan berat badan,” katanya.
Studi ini adalah yang pertama menyurvei ribuan orang di seluruh dunia tentang perubahan perilaku gaya hidup sebagai respons terhadap penguncian selama pandemi. ”Studi menunjukkan bahwa penyakit kronis, seperti obesitas, memengaruhi kesehatan kita melebihi fisik,” ujar Direktur Eksekutif PBRC John Kirwan.
Kajian ini merekomendasikan kepada para dokter dan ilmuwan untuk mengubah cara mereka menangani pasien obesitas dengan dua cara. Pertama, meningkatkan jumlah pemeriksaan kesehatan mental selama dan setelah pandemi. Kedua, tetap terhubung dengan pasien melalui layanan jarak jauh untuk mencegah efek kesehatan yang tidak dapat diubah dari pandemi.