Tol Trans Jawa belum genap sebulan tersambung. Namun, testimoni positif dari pengguna setelah merasakan tol tersebut bermunculan. Salah satunya soal waktu tempuh. Saat liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, misalnya, sejumlah pengguna mengaku bisa menempuh rute Jakarta-Semarang kurang dari 6 jam padahal biasanya 8-10 jam. Sementara perjalanan dari Solo menuju Surabaya bisa ditempuh 3 jam, jauh lebih singkat dibandingkan sebelumnya melalui jalan non-tol yang bisa memakan waktu sampai 6 jam.
Sementara masyarakat umum masih euforia menikmati waktu tempuh yang cepat, beberapa pelaku usaha sudah bergerak, khususnya penyedia jasa transportasi. Mereka menjajaki kemungkinan armadanya hanya lewat jalan tol, seperti di rute Malang-Jakarta atau sebaliknya.
Sementara pengusaha rumah makan menggeser lokasi mendekati tol atau bahkan di tempat istirahat (rest area) jalan tol. Mereka sadar bahwa agar tetap kompetitif mereka harus memanfaatkan keberadaan jalan tol.
Dengan lewat jalan tol, waktu tempuh lebih terukur. Penumpang senang karena mereka lebih cepat sampai di lokasi tujuan. Pengusaha pun bisa meningkatkan utilisasi armadanya. Oleh karena peluang mobilitas orang antardaerah semakin terbuka, bukan tidak mungkin bisnis jasa transportasi akan semakin berkembang ke depan.
Demikian pula untuk angkutan logistik. Keberadaan tol membuat jalur antarkota melalui jalan umum (non-tol) jadi lebih longgar karena sebagian truk beralih ke tol. Memang belum semua pindah ke jalan tol, tetapi angkutan logistik yang membawa produk basah sangat terbantu. Sebab produk bisa sampai di tujuan dalam keadaan segar.
Saat ini tarif tol masih menjadi isu yang krusial bagi angkutan logistik. Mekanisme penetapan tarif tol yang akumulatif dinilai memberatkan pelaku angkutan logistik yang melayani pengiriman jarak jauh. Meski demikian, hal itu bukan berarti jalan buntu. Sebab, jika dengan melewati jalan tol tingkat utilisasi truk bisa ditingkatkan, bukan tidak mungkin pengusaha angkutan logistik akan memilih berpindah ke jalan tol. Tentu ini kembali ke perhitungan bisnis masing-masing pelaku usaha.
Di sisi lain, pemerintah juga berupaya menekan tarif tol, khususnya bagi angkutan logistik. Kebijakan rasionalisasi tarif membuat tarif dasar tol baru atau yang beroperasi setelah tahun 2015 dapat turun menjadi Rp 1.000 per kilometer. Kebijakan tersebut disertai dengan penyederhanaan golongan kendaraan sehingga perhitungan tarif menjadi lebih mudah.
Demikian pula kebijakan integrasi jalan tol di beberapa jaringan tol, seperti dilakukan di Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR), yang jelas memperlihatkan penurunan tarif yang signifikan bagi angkutan logistik meski di sisi lain dianggap sebagai kenaikan tarif oleh pengguna kendaraan pribadi. Terkait tol Trans Jawa, pemerintah masih berupaya untuk menekan tarif dengan mengkaji kemungkinan tarif dengan jarak terjauh atau mengenakan tarif dengan batas atas.
Meskipun berbagai upaya dilakukan, jumlah pengguna tol jarak jauh diperkirakan tidak akan langsung meningkat, kecuali di masa liburan atau saat arus mudik. Untuk sementara, lalu lintas di jalan tol sebagian besar masih akan didominasi jarak pendek, seperti antarkota dalam satu provinsi meski ke depan pengguna tol jarak jauh diperkirakan semakin meningkat.
Oleh karena itu, untuk mendukung pola baru mobilitas angkutan barang maupun orang, perlu fasilitas dan layanan yang memadai di jalan tol seperti tempat istirahat dengan area parkir yang luas serta tempat pengisian bahan bakar yang cukup. Sebab, dengan tersambungnya tol Trans Jawa, kebiasaan berkendara ikut berubah sehingga masalah keselamatan dalam berkendara di jalan tol jadi isu utama.
Hal yang paling mendasar, tol Trans Jawa membuka peluang-peluang baru. Tempat wisata atau lokasi yang dikemas menarik bisa mendatangkan wisatawan lokal untuk berkunjung. Demikian pula produk yang khas atau oleh-oleh unik di daerah setempat bisa semakin mudah diakses.
Selain itu, kawasan industri yang selama ini telah ada di pesisir utara Jawa akan makin berkembang. Daya saing industri pun diharapkan meningkat karena mobilitas makin mudah.
Di banyak sektor, efisiensi sering jadi tolok ukur. Jalan tol dibangun agar efisiensi terbentuk karena waktu tempuh suatu jarak tsemakin pasti. Kini tinggal bagaimana melihatnya sebagai peluang agar tidak ketinggalan.