Anomali usia keemasan terjadi di Serie A. Jika masa puncak pesepak bola mayoritas liga di Eropa berusia 25-30 tahun, tidak sama halnya di Italia. Pemain-pemain berusia di atas 30 tahun justru merajai persaingan dalam serbuan daun muda.
Cristiano Ronaldo, penyerang Juventus, menambah pundi-pundi satu gol dan satu asis saat membawa klubnya menang atas Frosinone, 3-0, di Stadion Allianz, Sabtu (16/2/2019) dini hari WIB. Pemain berusia 34 tahun itu kini kokoh di puncak top skor dengan 19 gol. Di sisi lain, dia sudah menciptakan 7 asis musim ini, yang membuatnya sebagai pemain terbanyak kedua dalam hal asis.
Usia Ronaldo tidak menghalanginya bersinar bersama ”Nyonya Tua”. Musim ini, dia terlibat dalam 70 persen gol Juventus. Penampilannya jauh melebihi penyerang yang sedang dalam usia emas, 25 tahun, Paulo Dyballa (3 gol dan 4 asis).
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri meyakini Ronaldo belum terhitung tua di Serie A. Menurut dia, pemain berusia di atas 30 tahun bisa mengalahkan umur mereka dengan fokus tinggi.
”Ini adalah kelebihan Ronaldo. Dia selalu fokus dalam setiap pertandingan ataupun latihan. Dia lebih tahu cara menjaga dirinya daripada orang lain,” ucap mantan pelatih AC Milan itu.
Harus diakui, Ronaldo memang pintar merawat tubuh. Jurnalis asal Spanyol, Santiago Segurola, dalam Bleacher Report, menyampaikan kapten tim nasional Portugal itu tidak pernah keluar malam untuk berpesta, makan malam, ataupun minum alkohol. Dia selalu berlatih, baik bersama tim maupun sendiri di rumah.
Di luar kehebatan Ronaldo, pemain tua lain pun bisa menunjukkan kualitas di Serie A. Salah satu yang paling patut disorot adalah penyerang Sampdoria, Fabio Quagliarella. Di usia 36 tahun, dia telah mencetak 16 gol dan 6 asis dalam 19 laga. Penampilan itu membawanya ke peringkat kedua top skor sementara.
Bahkan akhir Januari 2019, pemain yang sudah bermain 17 tahun di divisi utama liga Italia itu baru saja menyamai rekor mencetak gol dalam 11 laga beruntun milik Gabriel Batistuta. Dia menyamai rekor yang telah bertahan 24 tahun itu. Bedanya, Batistuta membuat rekor itu pada usia 10 tahun lebih muda dari Quagliarella, 26 tahun.
”Saya tidak menyangka bisa menyamai rekor itu. Saya hanya tampil sebaik mungkin sejak awal musim. Hal itu membawa saya bisa sejauh ini,” kata mantan pemain Udinese tersebut.
Performa Quagliarella bukan mendadak cemerlang. Meski kecepatannya sudah menurun, dalam tiga tahun terakhir, dia selalu bisa mencetak lebih dari 10 gol dalam setiap musim di Serie A.
Lebih lambat
Penyerang Legenda Italia Vincenzo Montella menyatakan, Serie A memang lebih lambat dibandingkan liga-liga di Eropa. Mantan pelatih Sevilla, AS Roma, dan Fiorentina itu menilai hal tersebut membuat pemain di Serie A bisa tetap pada puncak performa walaupun tidak dalam usia emas.
”Bisa terlihat ketika bermain di kompetisi Eropa. Kemampuan fisik utamanya kecepatan tim Italia akan kalah. Karena itu, kita lebih sulit bersaing di Eropa. Fabio Capello benar tentang hal kecepatan. Bahwa, kecepatan di Italia setengah lebih lambat daripada liga lain,” kata Montella, yang masih bermain di AS Roma hingga usia 35 tahun, kepada tribalfootball.com.
Sepak bola Italia memang lebih mengutamakan kemampuan teknis dan taktis. Tidak seperti, misalnya, Liga Primer Inggris yang mengandalkan kecepatan dan adu fisik. Selain itu, Italia memang lebih terkenal dengan seni bertahannya ala catenaccio.
Pemain berusia di atas 30 tahun terbukti moncer dalam satu dekade terakhir di Serie A. Jika dilihat grafik pemain terbaik setiap tahun, tujuh kali gelar pemain terbaik dalam 10 tahun berusia di atas 30 tahun, yaitu Andrea Pirlo (tiga kali), Gianluigi Buffon, Carlos Tevez, Antonio di Natale, dan Diego Milito.
Hal ini cukup kontras jika dibandingkan dengan Liga Primer. Dalam satu dekade terakhir, pemain tertua yang meraih penghargaan pemain terbaik adalah Robin van Persie pada 2011-2012. Saat itu dia berusia 29 tahun.
Di sisi lain, pemain Italia, seperti Francesco Totti dan Paulo Maldini, masih bisa bermain hingga usia 40 tahun serta Luca Toni hingga 38 tahun, sebelum pensiun di Serie A. Nasib berbeda dialami pemain-pemain Inggris, antara lain Steven Gerrard, Wayne Rooney, dan Frank Lampard, yang harus migrasi ke Liga Amerika Serikat sebelum memasuki 35 tahun.