Kenalkan Olahraga sejak Dini kepada Anak
Gerimis tidak menyurutkan semangat Arya (5) untuk berlari. Jarak 5 kilometer pun tidak membuatnya gentar. Walau pelan, Arya melangkah pasti menuju garis finis bersama sang ayah.
”Bagus, Nak. Napasnya diatur,” ujar Stephanus (35) saat berlari bersama Arya di Jakarta, Minggu (17/2/2019).
Tak jarang ia menggandeng tangan Arya dan memberi tahu teknik berlari yang baik. Ia juga sesekali berhenti ketika anaknya kelelahan.
Keduanya merupakan peserta Matahari Family Run yang diikuti sekitar 2.000 peserta. Acara ini digelar oleh PT Matahari Department Store Tbk bersama perusahaan produk olahraga internasional 361 Degrees.
Ini kedua kali Stephanus mengajak Arya berolahraga lari jarak jauh. Sebelumnya, ayah dan anak ini pernah berlari bersama sejauh 1 kilometer. Menurut dia, dengan berolahraga bersama, kebiasaan hidup sehat bisa tumbuh di lingkup keluarga.
”Saya juga ingin melatih mental anak saya dengan berlari. Jadi, lari bukan hanya untuk kekuatan fisik,” kata Stephanus.
Arya pun mengatakan senang bisa sampai ke garis finis. Medali dari panitia di garis finis ia tunjukkan dengan bangga. Ia menambahkan, dirinya bahkan sudah bisa lari dengan sangat cepat.
Pemandangan tak berbeda terlihat di sepanjang rute lari dari Plaza Semanggi, Bundaran Senayan, Patung Pemuda Membangun, hingga kembali lagi ke Plaza Senayan. Ada sejumlah peserta yang membawa serta keluarganya. Bahkan ada pula yang membawa kereta anak (stroller) saat berlari.
Kebiasaan berolahraga bersama keluarga juga diterapkan oleh peserta lain, Zulfin (34) dan Gadis (32). Pasangan tersebut mengajak kedua anaknya yang berusia 5 tahun dan 7 tahun. Walaupun berbeda kecepatan, keempatnya berhasil tiba di garis finis dan mendapat medali.
”Ini medali pertama anak-anak, makanya mereka semangat sekali. Ini juga pertama kalinya kami sekeluarga ikut acara family run. Kami ingin bisa olahraga dan gerak bareng,” kata Gadis.
Gadis mengatakan, penting untuk menanamkan kebiasaan berolahraga sejak dini kepada anak-anaknya. Sebab, kekuatan fisik dianggap penting untuk tumbuh kembang kedua anak lelakinya. Oleh sebab itu, ia juga mendorong anaknya agar aktif mengikuti klub olahraga yang disukai.
”Kesukaan anak-anak kebetulan berbeda. Kakaknya suka main (sepak) bola, adiknya taekwondo. Terserah mereka mau olahraga apa. Yang penting bergerak,” tuturnya.
Dukungan keluarga
Selain produktif, berolahraga bersama keluarga juga menumbuhkan kepercayaan diri. Dukungan dari anggota keluarga menjadi pemacu semangat untuk sehat bersama-sama dan meraih prestasi, misalnya bagi Simon H Aruan (10).
Siswa kelas V sekolah dasar ini tidak hanya berhasil menyelesaikan rute lari dalam waktu 19 menit 12 detik. Ia juga menjadi satu dari 10 pelari laki-laki yang tiba pertama kali di garis finis. Bagi Simon yang rutin berlatih lari, ini menjadi prestasi lain baginya. Medali yang didapat hari ini pun menjadi medali ke-151 baginya.
Sang ayah, Gara Aruan (43), mengatakan, Simon rutin berlatih tiga kali dalam seminggu. Dalam sehari, Simon bisa berlatih lari dua kali. Itu dilakukan agar anaknya bisa menjadi atlet lari suatu hari nanti.
”Saya pun dulu atlet lari di daerah. Saya ingin Simon bisa jadi atlet. Kalau jadi atlet, masa depannya akan terbantu dan akan lebih mudah ke mana-mana (mencari pekerjaan). Jadi atlet juga bisa membantu dia jadi polisi,” ujar Gara. Simon menimpali bahwa kelak ia ingin menjadi polisi.
Kehadiran Gara dalam acara lari tersebut bukan hanya untuk menemani putranya. Gara turut memantau dan jadi penyemangat nomor satu bagi anaknya. Tak lupa ia merekam catatan waktu anaknya melalui stopwatch yang tergantung di lehernya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Marketing, Merchandise, dan Store Operation Matahari Christian Kurnia mengatakan, berolahraga lari bersama keluarga kini menjadi tren baru bagi masyarakat. Sejumlah keluarga juga menjadikan lari sebagai hobi bersama.
”Kami bangga bisa ikut membawa semangat positif dan menyebarkan pesan gaya hidup sehat untuk seluruh anggota keluarga,” kata Christian. (SEKAR GANDHAWANGI)