Cristiano Ronaldo, bintang Juventus, memanaskan suasana pertarungan babak 16 besar Liga Champions menghadapi Atletico Madrid. Mantan pemain Real Madrid, rival sekota Atletico, itu yang biasanya dingin terhadap tekanan, terpancing untuk mengintimidasi sang lawan.
Gestur merendahkan Atletico ditunjukkan pemain tim nasional Portugal itu saat bertandang ke Stadion Wanda Metropolitano, pada laga Kamis (22/2/2019). Dalam laga yang berakhir dengan kekalahan 0-2 Juventus itu, Ronaldo membuat gestur menunjukkan lima jari.
Hal itu mengisyaratkan jumlah trofi Champions yang pernah didapatkannya, lima gelar, empat gelar bersama Madrid dan satu gelar berama Manchester United. “Saya punya lima Champions League dan Atletico berjumlah nol gelar. Saya lima, Atletico nol,” ucap Ronaldo setelah laga tersebut.
Ronaldo terpancing emosi akibat provokasi penggemar “Los Rojiblancos”. Sepanjang laga, pencetak gol terbanyak sementara Serie A itu disoraki. Dia juga diteriaki julukan-julukan tak pantas seperti \'Ronaldo Si Pemerkosa\' dan \'Ronaldo Mati\'. Hal itu memanaskan Ronaldo yang tak mampu berkontribusi banyak untuk "Si Nyonya Tua" dalam kekalahan tersebut.
Alhasil Ronaldo menunjukkan reaksi yang amat jarang ditunjukkannya saat menghadapi lawan-lawan lain. Apalagi, sekarang dia telah berusia 34 tahun, dirinya lebih tenang dan dingin saat menghadapi tekanan.
Mendengar provokasi itu, bek kanan Atletico Juanfran mengaku tidak merasa tersinggung. "Itu adalah kenyataan. Dia memang memiliki lima gelar Liga Champions dan kami tidak punya," ucap pemain berusia 34 tahun tersebut.
Meski begitu, Juanfran menyindir balik mantan pemain rivalnya di La Liga itu. Dia mengatakan akan terus bekerja dengan kerendahan hati, tidak seperti Ronaldo, agar bisa mendapatkan trofi "Si Kuping Besar" pertama kali.
Reaksi lebih ditunjukkan Presiden Atletico Enrique Cerezo. "Dia tidak memenangkan lima gelar. Dia hanya memenangi tiga gelar, sedangkan dua gelar lainnya tidak dimenangkannya saat melawan Atletico," katanya.
Tidak jelas apa maksud dari Cerezo. Pada dua edisi final Liga Champions, 2013/2014 dan 2015/2016, Ronaldo bersama El Real memang menghadapi Atletico. Namun, keduanya dimenangkan Real Madrid. Pada 2013/2014 dengan kemenangan 4-1 dan pada 2015/2016 dengan 5-3 lewat adu penalti.
Kemungkinan besar maksud Cerezo adalah dari sisi perjuangan, Atletico lebih layak meraih gelar itu. Mengingat pada final 2014, Atletico sudah unggul hingga menit 90. Namun, mereka kehilangan fokus di akhir-akhir laga dan babak tambahan. Begitu pula pada final 2016, mereka kalah setelah menahan Madrid 1-1 selama 120 menit.
Kisah Derbi Madrid memang sudah mengakar karena berlangsung sejak 1903. Karena itu, setiap pemain kedua klub, baik sudah pindah atau belum, akan tetap membawa perasaan emosi terhadap klub lawan. Apalagi, pemainnya adalah Ronaldo. Pria yang merebut sejumlah gelar dari Atletico.
Hubungan penggemar dan pemain Atletico terhadap Ronaldo melambangkan sebuah kebencian tetapi juga ketakutan. Mantan pelatih dua klub asal Madrid itu, Radomir Antic, menilai sudah seharusnya kubu "Los Rojiblancos" membenci Ronaldo.
"Ronaldo sembilan tahun di Real Madrid. Dia terlihat mengambil segalanya yang bisa dicapai. Pastinya pencapaian dia bersama Real adalah mimpi buruk bagi sang rival. Karena itu tidak mungkin sang rival memuji kehebatannya seperti penggemar sepak bola pada umumnya," kata Antic.
Permasalahan ini kian pelik. Ronaldo bersama Juventus masih akan bertemu dengan Atletico di leg kedua, Maret 2018, di Stadion Allianz, Turin. Perseteruan itu akan berpindah dari kota Madrid menuju kota Turin, markas Juventus.
Ronaldo memiliki misi berat untuk mengejar ketertinggalan dua gol dari sang rival. Meski begitu, peraih lima kali Ballon D\'or itu tampaknya akan berjuang habis-habisan agar bisa lolos. Karena jika gagal, dia harus menanggung malu akibat perang psikologis yang dimulai dirinya sendiri. (MARCA/UEFA.COM/AP)