Semenjak PT Mass Rapid Transit Jakarta membuka uji coba untuk umum pada 13 Maret lalu, banyak warga antusias mencoba moda raya terpadu atau MRT, tak terkecuali Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo.
”Mantap, nyaman,” kata Nyonya Iriana saat ditanya pendapatnya setelah mencoba MRT di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (18/3/2019).
Nyonya Iriana bersama Nyonya Mufidah Jusuf Kalla tiba di Stasiun Bundaran HI sekitar pukul 09.30. Bersama para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK), keduanya menaiki MRT menuju Stasiun Lebak Bulus.
Rombongan Ibu Negara naik ke kereta 2, berbaur dengan warga lain yang juga tengah mencoba MRT. Nyonya Iriana yang saat itu mengenakan setelan kaus merah dan celana putih sempat berdiri dari Stasiun Bundaran HI hingga Sisingamaraja yang berjarak sekitar 11 kilometer. Istri Presiden Jokowi itu baru duduk dalam perjalanan dari Sisingamaraja hingga Lebak Bulus yang berjarak lebih kurang 5 kilometer.
Nyonya Iriana melayani warga yang ingin berswafoto. Iriana dan para istri pejabat menumpang MRT dengan riang gembira, bahkan menyanyikan lagu ”Naik Kereta Api”.
Kereta yang ditumpangi Ibu Negara tiba di Stasiun Lebak Bulus setelah menempuh perjalanan lebih kurang 30 menit. Rombongan OASE KK kemudian melihat-lihat kondisi Stasiun Lebak Bulus. Setelah sekitar 10 menit berada di sana, mereka kembali naik MRT menuju Bundaran HI.
”Ya, sejuk sewaktu masuk (MRT), biarpun banyak orang. (Perjalanan) lancar, meski ada yang berdiri, ada yang duduk,” kata Nonya Iriana setelah mencoba MRT.
Selain menyediakan moda transportasi yang nyaman, MRT yang dibangun dengan biaya lebih kurang Rp 16 triliun itu bertujuan mengurangi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya.
Ramah perempuan
Ibu Negara pun menyampaikan harapan agar MRT menjadi moda transportasi yang ramah bagi perempuan. Ia berpesan kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar menyediakan kereta khusus perempuan.
Pesan Iriana ini bukan tanpa sebab. Perempuan yang tiap hari harus menggunakan angkutan umum di Ibu Kota ini banyak sekali. Mereka bertransportasi untuk berbagai keperluan, termasuk bekerja.
Di bus Transjakarta dan kereta komuter KRL, tempat khusus bagi perempuan sudah disediakan. Tujuannya tak lain untuk memberi rasa aman dan nyaman, khususnya dari ancaman pelecehan seksual serta kejahatan lain yang biasa terjadi di angkutan umum dan menyasar para perempuan.
Diskusi bertajuk ”Komuter Pintar Peduli Sekitar” pada 12 Maret lalu di Stasiun Sudimara, misalnya, mengungkap kasus pelecehan seksual di KRL terus meningkat (Kompas.id, Selasa, 12 Maret 2019)
PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) menyebutkan, pada 2018 terjadi 34 kasus pelecehan seksual. Sebanyak 20 kasus dilaporkan kepada polisi dan berujung damai. Pada 2017, ada 25 kasus dan tidak ada yang dilaporkan ke polisi.
Dalam diskusi itu, selain menekankan keberanian melawan, seperti berteriak, melawan pelaku, dan melaporkan kejadian yang menimpanya, para perempuan juga berhak mendapat fasilitas memadai yang melindungi mereka.
Tempat khusus bagi para perempuan di MRT pun ditunggu.
Iriana Jokowi berpesan kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar menyediakan kereta khusus perempuan.