Survei ”Kompas”, Tim Sukses Adu Strategi di Sisa Satu Bulan Kampanye
›
Survei ”Kompas”, Tim Sukses...
Iklan
Survei ”Kompas”, Tim Sukses Adu Strategi di Sisa Satu Bulan Kampanye
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim sukses kedua calon presiden-calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, telah menyusun strategi untuk mendongkrak elektabilitas di sisa satu bulan sebelum Pemilu Presiden 2019 pada 17 April 2019. Selain mengandalkan kampanye calon, penerapan strategi mengandalkan sukarelawan, partai politik pengusung dan pendukung calon, dan calon anggota legislatif dari partai politik.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dirilis di harian Kompas dan Kompas.id hari ini, Rabu (20/3/2019), elektabilitas calon presiden-calon wakil presiden Jokowi-Amin 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 37,4 persen.
Elektabilitas ini terpotret dari hasil survei pada akhir Februari hingga awal Maret 2019 yang melibatkan 2.000 responden di 34 provinsi dengan margin of error 2,2 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Jika dibandingkan dengan hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan Oktober 2018, elektabilitas Jokowi-Amin itu turun dari posisi 52,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandi naik dari posisi 32,7 persen.
”Naik turunnya survei adalah hal yang lumrah. Akan tetapi, Tim Kampanye Nasional memperhatikan semua hasil survei dengan saksama, termasuk survei Litbang Kompas. Tentunya kami telah menyiapkan strategi untuk menaikkan suara,” kata Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Johnny G Plate, di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Menurut dia, penurunan elektabilitas bisa terjadi karena maraknya kampanye hitam, kabar bohong, fitnah, dan semburan kebencian yang menyerang Jokowi-Amin selama ini. Hal itu telah memengaruhi pemilih Jokowi-Amin untuk mengubah pilihannya.
Oleh karena itu, salah satu fokus utama TKN di sisa satu bulan masa kampanye adalah menangkal ”serangan-serangan” itu dengan menampilkan kinerja pemerintahan Jokowi empat tahun terakhir dan harapan baru dari program Jokowi-Amin jika kelak terpilih.
Program dimaksud antara lain Kartu KIP Kuliah, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako Murah untuk membantu masyarakat kelas bawah dan pengangguran. Kemudian program-program lain untuk menciptakan lapangan kerja baru dan kewirausahaan di era digital.
Bersamaan dengan itu, kampanye dengan model rapat umum atau pengerahan massa akan digencarkan di seluruh Indonesia. Jokowi, Amin, ketua-ketua umum partai pengusung dan pendukung Jokowi-Amin bersama figur-figur publik lain pendukung pasangan ini akan ikut turun di kampanye-kampanye terbuka.
Sementara pola kampanye yang selama ini sudah diterapkan, yaitu kampanye dari pintu ke pintu, akan lebih diintensifkan. Karena itu, Jokowi-Amin akan bertumpu pada sukarelawan dan calon anggota legislatif dari partai pengusung dan pendukung Jokowi-Amin.
Sebaliknya, kubu Prabowo-Sandi tidak ingin kehilangan momentum. Peningkatan elektabilitas akan terus digenjot hingga akhirnya bisa menang di Pemilu Presiden 2019.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Suhud Aliyudin, mengemukakan, BPN akan mengoptimalkan masa kampanye terbuka capres dan cawapres mulai 23 Maret 2019. Kehadiran masyarakat dalam setiap kampanye Prabowo-Sandi akan diviralkan guna mendapat perhatian masyarakat di daerah lain agar melakukan penyambutan serupa ketika ada kampanye.
Caleg dari partai pengusung dan pendukung juga akan lebih aktif bergerilya untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Mereka akan dibantu mesin dan kader partai.
”Cara itu terbukti efektif dalam Pilkada DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kerja mesin dan kader partai mampu mendongkrak elektabilitas secara cepat,” ujar Suhud.
Selain itu, konten atau materi kampanye akan diperbanyak serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Konten kampanye, menurut dia, akan tetap fokus pada program harga murah dan kerja mudah. Program ini diyakini menjadi kunci peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi dan diyakini akan bisa membawa ke kemenangan pada 17 April 2019.
Upaya lain, Prabowo-Sandi akan tetap berupaya menunjukkan penampilan terbaik saat debat capres/cawapres untuk mengejar swing voters. ”Jadi, bukan sekadar menang debat, melainkan juga bagaimana performa dalam debat bisa menarik simpati rakyat,” katanya. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)