TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kondisi Situ Perigi di Kelurahan Perigi Lama, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten, semakin memprihatinkan, Rabu (20/3/019). Selain sampah, lumpur tebal memenuhi sebagian situ tersebut. Juga, buangan air dari situ seluas 56.092.875 meter persegi ini di pintu air berbuih tebal. Ikan mujair, nila, gabus, patin, dan sapu-sapu tidak berkembang biak dengan baik dalam danau itu.
Diduga sampah rumah tangga, termasuk detergen dan lumpur dari permukiman dan perumahan di hulu, mengambil andil besar dalam kondisi danau yang sangat memprihatinkan.
Sejauh pengamatan, Rabu, buih-buih berwarna putih mengapung di atas air buangan dari danau setelah pintu air. Di atas buih-buih tersebut terdapat sampah yang menari-nari mengikuti irama aliran air.
”Kalau busa ini, berarti ada air limbah, seperti sabun dari atas (situ). Ini setiap hari terjadi. Kalau lagi angin kencang, busa (buih)-nya beterbangan dan bisa sampai ke rumah dan jalan raya,” kata Asman (32), warga Perigi Lama, Rabu. Ia sedang joging di jalan setapak yang mengelilingi situ tersebut.
Menurut Asman, di sekitar situ tidak terdapat industri atau pabrik.
Senada dikatakan Abow (44), pelaksana lapangan Situ Perigi Lesțari. Lembaga swadaya masyarakat yang peduli lingkungan ini didirikan Suhanda Johan yang disapa Kimpo, seorang tokoh warga Perigi.
”Busa yang keluar dari buangan air situ sudah ada sejak lama. Sejak kami aktif peduli lingkungan sekitar situ ini, dua tahun lalu, busa tersebut sudah ada. Tapi tidak separah sekarang,” kata Abow.
Ia mengatakan, di kawasan sekitar situ (berbatasan dengan bentaran situ) ada perumahan besar, sekolah internasional, dan pul taksi swasta. Air limbah juga berasal dari hilir karena banyak perumahan yang terbangun di sepanjang sungai di hilir.
Tak seindah dulu
Sumi (26), warga Perigi Lama, menjelaskan, Situ Perigi dulu sangat indah dan sejuk. Jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Sumi yang sudah 10 tahun tinggal mengikuti suaminya, warga Perigi Lama, mengatakan, kalau malam hari terkadang tercium aroma tidak sedap, seperti lumpur dari situ.
”Terkadang malam hari, kalau ada angin, tercium bau lumpur,” kata Sumi.
Bahkan, tidak hanya udara yang tidak segar karena bau lumpur, ikan yang dijaring dan dipancing dari situ berasa dan berbau lumpur. ”Sekarang warga jarang ambil ikan di sini. Ikannya bau dan berasa lumpur kalau dimasak,” ujar Sumi.
Ikannya bau dan berasa lumpur kalau dimasak.
Warga sekitar juga jarang memancing di situ karena jarang berhasil menangkap ikan. ”Warga lebih memilih ramai-ramai menggunakan jaring atau jala karena hasilnya lebih banyak. Nantinya, warga bagi rata hasilnya. Ada juga yang pakai cara tembakan,” ucap Sumi.
Sumi mengatakan, warga Situ Perigi lebih sering membersihkan situ.
Abow menyatakan, sejak terbentuk Situ Perigi Lesțari, setiap hari mereka terus menata dan membersihkan kawasan bantaran situ.
Mereka membangun jalur untuk joging dan jalan kaki. Berbagai pepohonan produktif, seperti nangka, rambutan, dan mangga, ditanam, juga ada pepohonan pelindung seperti ketapang kencana. Mereka menata dengan rerumputan dan tanaman bunga, seperti bunga matahari, di pinggiran situ.
Tahun 2016, kata Abow, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSC) pernah mengangkut lumpur dengan alat berat. Setelah itu tidak ada lagi. Sementara Pemerintah Tangerang Selatan, kata Abow, tidak ikut ambil peduli atas pendangkalan dan sampah dalam situ dengan alasan kawasan situ bagian dari tugas BBWSCC.
”Kami yang menata kawasan sekitar kawasan situ. Kawasan perumahan, sekolah internasional, dan perusahaan taksi yang ada di sekitar pinggiran situ belum tergerak hatinya melindungi situ,” kata Abow.
Peran serta pemerintah hanya terlihat dari tiga plang masing-masing, yakni plang biru bertuliskan nama Situ Perigi berwarna merah, plang putih bertuliskan luasan situ lengkap dengan peta dan peraturan perlindungan situ. Plang ini berlogo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Plang ketiga berwarna kuning dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Air danau berwarna hijau. Di hilir situ masih tampak bersih. Sampah hanya terlihat di pinggir situ dan jumlahnya sedikit. Kebanyakan sampah plastik dan dedaunan.
Semakin ke hulu situ, mendekati pintu air ke sebuah perumahan, terlihat seperti membentuk pulau-pulau kecil berwarna hitam yang terendam air. Terlihat dari jauh benda-benda berwarna coklat muda mengapung di antara pulau-pulau kecil tersebut.
Semakin mendekati ke tujuan, semakin tampak lumpur (membentuk pulau) dan sejumlah keranjang sampah yang mengapung dalam air situ dan tertahan lumpur tersebut.
Makin menyusut
Jika dilihat dari plang yang dibuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, terlihat bahwa luasan situ sekitar 56.092.875 meter persegi.
”Kalau sekarang, luasan sekitar 5 hektar. Sudah menyusut dari luasan awal. Ada yang bilang dulunya sekitar 9 hektar. Ada yang bilang 7 hektar,” kata Abow.