Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, mengingatkan para pendukungnya untuk tetap menjaga persatuan di tengah keberagaman budaya. Perbedaan pilihan politik jangan berujung permusuhan di antara sesama anak bangsa. Kabar bohong yang meretakkan kesatuan tak boleh diberi tempat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, mengingatkan para pendukungnya untuk tetap menjaga persatuan di tengah keberagaman budaya. Perbedaan pilihan politik jangan berujung permusuhan di antara sesama anak bangsa. Kabar bohong yang meretakkan kesatuan tak boleh diberi tempat.
”Inilah negara kita. Kita harus menyadari bahwa negara ini dianugerahi perbedaan. Ini yang harus disadari. Jangan sampai karena urusan politik seperti pemilihan bupati, wali kota, dan presiden, kita merasa tidak seperti saudara lagi. Jangan sampai seperti itu,” tegas Joko Widodo, di acara deklarasi dukungan Alumni Jogja Satukan Indonesia di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Para pendukung berbondong-bondong datang ke Stadion Kridosono sejak pukul 07.30. Sewaktu acara berlangsung, stadion dengan kapasitas sekitar 28.000 orang itu pun dipadati peserta. Mereka mengenakan baju kaus berwarna putih. Atribut yang dibawa berupa kertas bergambar jempol berwarna merah dan putih. Berulang kali jempol itu diajungkan ke udara setiap kali ada ajakan bersorak-sorai.
Kepada para pendukungnya, Joko Widodo menyampaikan, saat ini, kabar bohong menyasar siapa saja tanpa pandang bulu. Tidak hanya lewat media sosial, tetapi juga tatap muka. Hal tersebut harus tegas dilawan.
”Saya mengajak semuanya untuk berani dan melawan hoaks. Berani dan melawan kabar-kabar fitnah serta kabar-kabar bohong. Sekarang ini, tidak hanya di medsos (penyebarannya). Tetapi, juga dari pintu ke pintu, ingin merusak dan memecah belah negara ini,” kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi menyampaikan, Indonesia butuh pemimpin yang mempunyai optimisme. Keyakinan pemimpin akan kemajuan bangsa akan mengarahkan negara ke arah yang lebih baik. Pemimpin tidak boleh menebarkan pesimisme dan membuat rakyat gelisah.
”Saya mengajak semuanya bersatu, rukun, dan bersama membangun negara ini,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, luasnya wilayah membuat Indonesia membutuhkan pemimpin berpengalaman. Ia bersyukur diberi kesempatan belajar mengelola pemerintahan, mulai dari tingkat wali kota, gubernur, hingga presiden. Pengalaman itu yang ditawarkannya kepada para pendukungnya dalam pemilihan presiden.
Kemasan seni budaya
Acara deklarasi di Yogyakarta itu dikemas dengan nuansa seni dan budaya, sesuai dengan roh kota. Gelaran budaya dianggap bisa menarik simpati masyarakat memberikan dukungan.
Sebelumnya, Direktur Acara Alumni Jogja Satukan Indonesia Ong Hari Wahyu mengatakan, kemasan seni budaya bakal tampak kental. Melekatnya citra budaya pada daerah Yogyakarta membuat unsur budaya memang harus ditonjolkan.
”Yogyakarta itu lebih kultural. Lebih budaya. Jadi kemasannya akan lebih pada kebudayaan. Kami melibatkan sejumlah komunitas pada acara ini,” kata Ong.
Sebelum memasuki area stadion, Joko Widodo bersepeda bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Sepeda yang digunakan adalah sepeda kumbang atau onthel.
Mereka mulai mengayuh sepeda dari Bundaran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sepanjang jalan, terdapat sekitar 2.500 barisan warga yang menyambut di sebelah kanan dan kiri jalan. Selanjutnya, Joko Widodo disambut dengan tarian reog Ponorogo, Jawa Timur. Saat pembukaan, ada juga tari kuda lumping dari Kulon Progo, DIY.
Musisi senior sekelas Ahmad Albar, Ian Antono, hingga Djaduk Ferianto pun ikut memeriahkan acara. Selain itu, Slamet Rahardjo, aktor kawakan juga membacakan puisi berjudul ”Kalau Kau Sibuk, Kapan Kau Sempat”, karya KH A Mustofa Bisri.
Ketua Tim Kampanye Daerah Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Bambang Praswanto, mengatakan, dalam kampanye terbuka nanti, pihaknya masih akan mengedepankan unsur budaya untuk menarik dukungan bagi kubunya. Budaya bisa memberikan kegembiraan sehingga ruang publik tidak diisi dengan kabar bohong dan ujaran kebencian.
”Karena Yogyakarta kota budaya, kami banyak menampilkan budaya. Itu sudah komitmen bersama. Kampanye budaya ini untuk mengambil simpati warga dengan nuansa yang sejuk dan menggembirakan. Selain itu, ada dukungan kuat dari kalangan seniman dan budayawan,” kata Bambang.