Kuota SNMPTN Diturunkan
Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri telah diumumkan. Siswa yang lulus harus masuk ke universitas yang dipilihnya tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — Kuota mahasiswa yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini karena Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengetatkan kuota dengan tujuan jalur ini benar-benar diperuntukkan bagi siswa SMA/SMK sederajat dengan prestasi akademik dan non-akademik istimewa.
Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di SMA/SMK sederajat diumumkan secara daring pada Jumat (22/3/2019), pukul 13.00. Dari 478.608 siswa yang mendaftar SNMPTN, sebanyak 92.331 siswa atau 19,29 persen dinyatakan lulus. Pada 2018, siswa yang diterima melalui jalur SNMPTN sebanyak 110.946.
“Untuk SMA dengan akreditasi A yang pada tahun lalu diberi kuota 50 persen, kini turun menjadi 40 persen,” kata Menristek dan Dikti Mohamad Nasir dalam jumpa pers mengenai pengumuman SNMPTN di Jakarta, Jumat (22/3/2019). Adapun SMA berakreditasi B mendapat kuota 25 persen, tahun 2018 mendapat kuota 30 persen. Sedangkan kuota untuk SMA berakreditasi C dan yang belum terakreditasi 5 persen.
Penurunan kuota tersebut dimaksudkan agar jalur SNMPTN benar-benar memastikan bahwa calon siswa yang terpilih memang memiliki bakat. Jalur ini menggunakan evaluasi nilai siswa sejak semester pertama di SMA beserta prestasi akademik dan non-akademik.
Selain itu, melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, Kemristek dan Dikti bisa memastikan siswa yang lulus SNMPTN tidak mendaftar untuk mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Jadi, peluang siswa yang lulus SNMPTN untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri sudah tidak ada lagi. Sanksi memasukkan sekolah ke daftar hitam PTN pun tetap diberlakukan apabila siswa yang diterima SNMPTN tak mengambil haknya.
Peluang siswa yang lulus SNMPTN untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri sudah tidak ada lagi.
“Jangan sampai ada kursi kosong di PTN karena siswa yang sudah diterima berubah pikiran. Di dalam kursi itu ada hak orang lain,” ujar Nasir.
Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi yang juga Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Ravik Karsidi menambahkan, perguruan tinggi ingin memastikan bahwa mahasiswa yang lulus di jalur SNMPTN memang sesuai dengan kriteria prestasi dan konsisten memiliki nilai rapor bagus.
Anak TKI
Dalam SNMPTN tahun ini, Kemristek dan Dikti memfasilitasi anak-anak tenaga kerja Indonesia yang berada di Arab Saudi, Singapura, dan Hong Kong. Tujuannya memastikan agar anak-anak ini mendapat kesempatan mengenyam pendidikan tinggi guna memutus rantai kemiskinan dan tidak menjadi TKI.
“Dari 80 orang yang mendaftar, 31 orang dinyatakan lulus SNMPTN. Umumnya mereka mendaftar di PTN yang dekat atau satu provinsi dengan kampung halaman masing-masing,” tuturnya.
Ia mengatakan, anak-anak TKI itu masuk ke dalam skema Bantuan Pendidikan Mahasiswa Miskin (Bidikmisi). Secara umum, ada 26.217 mahasiswa baru yang dinilai layak mendapat Bidikmisi. Jumlah total pendaftar Bidikmisi SNMPTN adalah 137.149 orang.
Anak-anak TKI itu masuk ke dalam skema Bantuan Pendidikan Mahasiswa Miskin (Bidikmisi).
Ravik mengingatkan para siswa yang lulus SNMPTN agar memastikan benar waktu untuk pendaftaran ulang mahasiswa baru. Para siswa dapat memastikan jadwal setiap PTN di laman resmi SNMPTN.
Minati PTN
Salah satu peserta yang lolos SNMPTN, Nadhifa Marsaa (17), siswa SMA Negeri 48 Jakarta, akan mengambil kursi di PTN tersebut. Ia diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sejak masuk bangku SMA, ia memang sudah berkeinginan masuk ke perguruan tinggi negeri, terutama di Universitas Indonesia.
Nadhifa bercita-cita kuliah di PTN karena biaya kuliah lebih murah daripada di perguruan tinggi swasta. Selain itu, dia beranggapan kuliah di PTN akan lebih kompetitif jika ingin melanjutkan kuliah S2 di luar negeri.
Hal serupa disampaikan Rizka Amalia (17). Ia tidak lulus pada SNMPTN ini. Ia ingin tetap berupaya untuk masuk ke PTN melalui jalur lain, yakni Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau pun seleksi mandiri dari PTN yang diinginkan.
“Siapa yang enggak mau masuk (perguruan tinggi) negeri. Perguruan tinggi swasta itu harganya selangit, apalagi perguruan tinggi yang sudah punya nama dan bagus,” ucapnya.
Sebagai pilihan, Rizka menargetkan untuk bisa diterima di Program Studi Manajemen dan Administrasi Negara UI. Ia merasa dua jurusan itu bisa membantunya untuk berbisnis di masa depan. Ia juga memiliki pilihan dua perguruan tinggi swasta sebagai cadangan.
“Kalaupun saya masuk jalur mandiri di PTN yang biasanya lebih mahal dari jalur prestasi, kedua universitas itu tetap saja lebih mahal,” kata siswa asal Jakarta ini.
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti menyampaikan, sebanyak 1.656 mahasiswa baru S1 Reguler telah diterima di UI melalui hasil SNMPTN. Jumlah yang lolos itu dari 18.733 peserta yang mendaftar.
Mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNMPTN tahun 2019 lebih banyak dari tahun lalu. Tahun 2018 tercatat, mahasiswa yang diterima 1.628 orang. Namun, dilihat dari jumlah pendaftar lebih besar tahun lalu, yakni 24.243 perserta. Jumlah tersebut menurun karena adanya perubahan peraturan pemerintah yang mengurangi kuota siswa yang mendaftar SNMPTN 2019.