Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di Cagar Alam Cycloop, Kabupaten Jayapura, Papua, telah bersedia direlokasi pemerintah. Alih fungsi lahan telah menyebabkan kerusakan besar sehingga menimbulkan banjir yang menewaskan lebih dari 100 orang. Tanpa perbaikan ekosistem, kondisi tersebut akan kian parah.
Oleh
FRANSIKUS PATI HERIN
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di Cagar Alam Cycloop, Kabupaten Jayapura, Papua, telah bersedia direlokasi pemerintah. Alih fungsi lahan telah menyebabkan kerusakan besar sehingga menimbulkan banjir yang menewaskan lebih dari 100 orang. Tanpa perbaikan ekosistem, kondisi tersebut akan kian parah.
”Semua sudah oke, masyarakat juga sudah oke. Pemerintah juga semua setuju, Gubernur, Wakil Gubernur, dan semua kepala daerah sudah siap untuk (mendukung) relokasi itu. Bahwa untuk hal itu semua sepakat untuk dikosongkan,” kata Bupati Jayapura Mathius Awoitauw saat dihubungi Kompas dari Ambon, Maluku, Sabtu (23/3/2019).
Menurut dia, rencana relokasi itu secara perlahan mulai dieksekusi setelah selesai masa tanggap darurat 14 hari terhitung sejak 16 Maret. Kepastian relokasi bergantung pada kesiapan pemerintah yang juga bakal melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana. ”Karena (relokasi) itu, kan, perlu perencanaan yang matang,” kata Mathius.
Hingga kini jumlah warga yang akan direlokasi masih terus didata. Terkait dengan lahan dan tempat tinggal baru masih dibicarakan dengan sejumlah pihak, termasuk warga yang akan direlokasi. Pemerintah berupaya agar tidak ada hambatan berarti dalam proses tersebut. Konflik dengan warga dihindari.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jayapura Sumartono dihubungi secara terpisah menambahkan, pendekatan tetap terus dilakukan melalui tokoh masyarakat setempat yang dianggap punya pengaruh. Mereka adalah tokoh adat, tokoh pemuda, dan tokoh agama yang dapat membantu menjelaskan tujuan relokasi kepada warga.
Pendekatan itu untuk menyamakan persepsi bahwa kondisi Cagar Alam Cycloop sudah sangat parah akibat penebangan kayu dan alih fungsi lahan, seperti membuka kebun dan mendirikan rumah. Jika kondisi itu tidak diselamatkan, bancana banjir bakal terus terjadi, bahkan dalam eskalasi yang lebih parah.
Alih fungsi lahan itu ditemukan tim Kompas yang melakukan pantauan di Pos 7 Cagar Alam Cycloop, seperti material longsoran berupa bekas batang-batang pohon yang ditebang dengan gergaji mesin. Di lokasi itu juga terdapat kebun singkong dan labu. Rekaman gambar yang diambil menggunakan drone juga memperlihatkan rumah penduduk di lokasi cagar alam itu (Kompas, 23/3).
Akumulasi dari semua hal itu, pekan lalu, hujan deras yang terjadi selama beberapa jam menyebabkan banjir bandang yang membawa batu, kayu, dan lumpur. Bencana seperti tsunami darat tersebut menghanyutkan lebih dari 100 orang, ratusan rumah, dan kendaraan. Banyak infrastruktur umum rusak berat.
Menurut data Pos Komando Induk banjir bandang, hingga Sabtu malam, jumlah korban jiwa meninggal dunia sebanyak 105 orang, 82 orang hilang, 107 luka berat, dan 808 orang luka ringan. Adapun jumlah korban hilang belum dapat dipastikan. Sementara itu, korban yang terdampak banjir sebanyak 33.161 kepala keluarga yang tersebar di 12 distrik.
Potensi hujan
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, potensi hujan di wilayah itu selama empat hari ke depan sudah berkurang. Jika terjadi hujan lokal, intensitasnya antara ringan dan sedang. Seperti pada Sabtu siang hingga petang kemarin, cuaca cerah di hampir semua daerah itu.
Berkurangnya intensitas hujan juga disebabkan berkurangnya pertumbuhan awan hujan. Secara periodik, saat ini wilayah itu mulai meninggalkan musim hujan. Namun, Petrus tetap warga di lokasi rawan banjir dan longsor tetap waspada.
Pembaca ”Kompas”
Sementara itu, para pembaca harian Kompas lewat Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) menyalurkan bantuan kepada para korban bencana pada Sabtu (23/3/2019). Bantuan berupa 200 koli senilai Rp 100 juta. Bantuan diserahkan Manajer Toko Buku Gramedia Jayapura Guido Silvester Adrian kepada Bupati Jayapura Mathius Awoitauw. Toko Buku Gramedia merupakan bagian dari Kompas Gramedia Grup.
Suyanto, Staf Assesment DKK, mengatakan, setelah masa tanggap darurat berakhir, tim DKK akan diterjunkan ke Jayapura untuk melakukan pendataan guna menentukan bantuan yang akan diberikan. Bantuan bisa bentuk pembangunan infrastruktur pendidikan atau kesehatan. Hal serupa sering dilakukan DKK di banyak lokasi bencana di Indonesia. ”Ini merupakan bantuan dari para pembaca harian Kompas bagi korban bencana,” ujarnya.