Rentetan hasil buruk memaksa Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer bersikap keras. Ia bahkan mengeluarkan sifat yang bukan karakter aslinya. Pria yang terkenal tenang dan mampu memahami skuadnya ini mulai mengkritik performa pemainnya di media.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Rentetan hasil buruk memaksa Pelatih Manchester United Ole Gunnar Solskjaer bersikap keras. Dia bahkan mengeluarkan sifat yang bukan karakter aslinya. Pria yang terkenal tenang dan mampu memahami skuadnya ini mulai mengkritik performa pemainnya di media. Solskjaer telah menunjukkan sisi lain yang belum dikenal kebanyakan orang (alter ego).
Dalam konferensi pers Liga Primer Inggris, jelang laga MU melawan Everton, Minggu, 21 April, Solskjaer mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap sejumlah pemain dalam skuad. Dia menilai, para pemain tersebut tampil jauh di bawah standar.
”Saya sudah belajar banyak tentang pemain selama berbulan-bulan di sini. Sebagian besar pemain membuat saya kagum dengan sikapnya Namun, beberapa harus menyadari posisinya,” kata penyerang MU era 1996-2007 tersebut.
Pria berusia 46 tahun itu menilai, sejumlah pemain harus meningkatkan performanya. Ia mengaitkan penurunan performa beberapa pemain dengan hasil kurang baik MU.
”Kamu punya pemain yang harus mengambil tanggung jawab apa yang terjadi saat ini. Penampilan di lapangan akan menunjukkan hasilnya. Mereka masih bisa meningkatkan performa jika terus bekerja keras,” tutur pelatih yang disebut titisan Sir Alex Ferguson itu.
Kritik halus itu disampaikan Solskjaer setelah MU kehilangan sentuhan dalam beberapa pekan terakhir. Sejak dia dijadikan pelatih tetap, MU kalah tiga kali dalam lima laga terakhir. Selasa lalu, mereka gugur dari Liga Champions, kalah agregat 0-4 dari Barcelona.
Di kejuaraan domestik, MU tersingkir oleh Wolverhampton pada perempat final, pertengahan Maret 2019. Sementara itu, MU terancam tidak lolos Liga Champions musim depan. Sempat naik ke peringkat ketiga klasemen, ”Setan Merah” kini berada di peringkat keenam dalam liga yang menyisakan lima pekan.
Salah satu pemain yang dinilai mengalami penurunan adalah penyerang sayap Anthony Martial. Dalam 16 pertandingan di bawah Solskjaer, Martian hanya mencetak empat gol.
”Saya sudah berbicara langsung kepadanya. Saya mengutarakan apa yang saya harapan darinya. Anthony punya bakat besar dan kontrak panjang. Saya ingin dia terus bekerja keras untuk bisa bertahan di skuad ini,” ujar Solskjaer.
Peraturan emas
Sifat Solskjaer terlihat berubah setelah performa buruk. Sebelumnya, saat masih menjadi pelatih interim, dia selalu memuji dan melindungi pemainnya dalam kritik media. Sekarang, dia mulai berani mengkritik walaupun dengan cara lebih halus.
Solskjaer sudah melanggar ”peraturan emas” Fergie, sapaan Ferguson, pelatih terbaik MU sepanjang masa. The Guardian menyebutkan, Fergie tidak pernah mengkritik pemainnya di depan publik.
Fergie yang merupakan mantan pelatih Solskjaer selalu menyelesaikan sendiri masalahnya dengan para pemain. Caranya, dia menceramahi para pemain di ruang ganti saat jeda atau seusai pertandingan. Cara itu terkenal dengan sebutan hairdryer treatment.
Aturan yang diaberlakukannya kepada diri sendiri itu menjadi kunci sukses 26 tahun bersama Setan Merah. Para pemainnya setia karena sang pelatih percaya kepada setiap individu tanpa perlu membawanya menjadi konsumsi publik.
Peraturan emas tersebut pernah dilanggar pelatih sebelumnya, Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal itu melemparkan kritik keras kepada Marcus Rashford, Luke Shaw, dan Paul Pogba.
Akibat perlakuan itu, para permain berada dalam tekanan media dan pendukung. Mereka pun kehilangan hormat dan tidak mengeluarkan kemampuan terbaik saat diturunkan Mourinho. Hal itu pula yang membuat Mourinho ”tertendang” dari kursi pelatihan tengah musim ini.
Pengamat sepak bola BT Sports, Jermaine Jenas, melihat MU terlalu gegabah dalam menetapkan Solskjaer sebagai pelatih tetap. Menurut dia, karakteristik dan kemampuan Solskjaer sama sekali belum teruji di MU hanya dalam tiga bulan sejak menjadi pelatih interim.
”Solskjaer seperti ingin meniru apa yang pernah dilakukan Ferguson. Saya pikir, akan sulit meniru Ferguson. Yang dibutuhkan MU adalah pelatih yang mempunyai identitas, seperti Juergen Klopp atau Josep Guardiola. MU lebih memakai rasa emosional daripada logika,” tutur mantan pemain Tottenham Hotspur itu. (AP/REUTERS)