Sidang perkara dugaan berita bohong penganiayaan dengan terdakwa Ratna Sarumpaet kembali bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (23/4/2019). Sidang kali ini menghadirkan saksi aktivis Rocky Gerung dan Teuku Adifitrian atau Tompi.
Sidang diketuai Wakil Ketua PN Jakarta Selatan Joni didampingi hakim anggota, Krisnugroho dan Mery Taat Anggarasih. Ratna didakwa melanggar Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana atau Pasal 28 Ayat (2) junto Pasal 45 A Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
”Apakah saudara mengenal terdakwa?” tanya Joni kepada Rocky Gerung.
Rocky menjawab bahwa ia mengenal Ratna sudah sejak lama. Sebagai sesama aktivis demokrasi, mereka sering bertemu dalam berbagai sesi seminar ataupun diskusi-diskusi. Bisa dikatakan mereka sudah jadi sahabat.
Rocky sedang mendaki Gunung Elbrus di Rusia ketika berita penganiayaan Ratna menghebohkan publik medio September 2018. Kala itu Ratna mengaku dianiaya dua orang tidak dikenal di Bandung. Ia diturunkan dari mobil, dipukul, lantas ditinggalkan begitu saja.
Selama kebohongan ini belum terkuak, Ratna secara rutin mengirimkan foto wajah lebamnya kepada Rocky. Total sebanyak sembilan foto terkirim ke Rocky melalui pesan Whatsapp.
”Saya pulang ke Jakarta baru tahu berita penganiayaan (Ratna). Saya dapat kiriman foto dari terdakwa. Saya lihat wajah lebam, hanya lebam karena hanya foto wajah yang dikirimi,” ucap Rocky.
Joni bertanya tentang reaksi Rocky terhadap foto itu. Rocky menjawab, dirinya bersimpati melihat luka lebam. Simpati muncul karena ada luka-luka.
”Saya bereaksi melalui ucapan seperti dalam bukti acara pemeriksaan. Waduh, kok bisa begitu, ya. Jadi, kadar reaksi saya ada pada kata, kok bisa begitu, ya,” jawabnya.
Kemudian kebohongan ini terkuak. Rocky mengaku, dirinya melihat di televisi tentang jumpa pers pengakuan kebohongan Ratna.
”Saya bereaksi jengkel, saya juga dibohongi. Dia (Ratna) sudah minta maaf, jadi, ya, sudah. Saya jengkel karena ada aktivis demokrasi berbohong. Saya tagih integritasnya. Sekali lagi karena beliau sudah meminta maaf, ya, sudah,” ucapnya.
Tidak klarifikasi
Rocky menuturkan, dirinya percaya tidak memastikan pelaku penganiayaan karena percaya kepada Ratna. Mereka sahabat dan arti sahabat ialah orang yang dipercaya sehingga tidak perlu ada klarifikasi.
Perihal kesaksian itu, Ratna berujar, dirinya dan Rocky adalah sahabat dan wajar jika ada rasa kecewa.
”Saya dan Rocky, teman. Ia sahabat saya. Satu dari ribuan aktivis yang kecewa. Terkait dengan integritas, waktu yang akan membuktikan bahwa tidak ada kaitan dengan integritas,” ujar Ratna.
Simetris
Kebohongan Ratna turut menarik perhatian dokter bedah plastik sekaligus penyanyi, Tompi. Dalam kesaksiannya, Tompi mengaku geram dengan penganiayaan terhadap Ratna.
Ia pun menawarkan jasa bedah plastik gratis kepada Ratna jika diperlukan. Tawaran itu disampaikan melalui Glenn Fredly.
”Saya tahu penganiayaan Bu Ratna dari cuitan Twitter Pak Fadli Zon. Cuitan itu memuat foto Pak Fadli dengan Bu Ratna disertai kronologi pemukulan terhadap Bu Ratna. Saya Whatsapp Glenn Fredly karena dia dekat dengan anak Bu Ratna untuk tanyakan apa benar penganiayaan itu. Kata Glen, tidak ada respons dari anak Bu Ratna,” ucap Tompi.
Seiring waktu semakin banyak foto wajah lebam Ratna tersebar di sosial media. Melihat foto-foto tersebut, Tompi mulai curiga.
Ia menuturkan, kondisi wajah lebam Ratna bukan karena penganiayaan. Sebagai dokter spesialis bedah plastik, yang juga belajar forensik, tentu saja bisa membayangkan luka akibat pemukulan.
Menurut dia, ada sayatan secara simetris di wajah Ratna. Kecurigaan itu semakin kuat karena latar belakang foto Ratna sama dengan salah satu rumah sakit bedah di Jakarta.
”Wajah lebam menunjukan tipikal bedah plastik. Saya sering bedah plastik. Prosedur bedah plastik seperti itu, simetris bagian kanan dan kiri, pipi kanan dan kiri. Kan, tidak mungkin bedah hanya sebelah bagian,” katanya.
Kecurigaan itu terbukti dengan pengakuan Ratna dalam jumpa pers di kediamannya, Jakarta, 3 Oktober 2018.