Menjelang pengumuman hasil rekapitulasi nasional pemungutan suara Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019, IHSG justru bangkit dari keterpurukan. Pelaku pasar meyakini keamanan Tanah Air akan tetap kondusif.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang pengumuman hasil rekapitulasi nasional pemungutan suara Pemilu 2019 pada 22 Mei, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG justru bangkit dari keterpurukan. Pelaku pasar meyakini keamanan Tanah Air akan tetap kondusif.
Setelah lima hari perdagangan beruntun sepanjang pekan lalu IHSG berada di zona merah, pada penutupan perdagangan Senin (20/5/2019), IHSG mampu bangkit menguat 1,38 persen di level 5.907,12.
Kendati ditutup menguat, aliran dana keluar hingga sore ini terbilang cukup deras. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sepanjang perdagangan hari ini, investor melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 642,88 miliar.
Indeks saham Asia lainnya juga masih bergerak variatif. Indeks Nikkei di Jepang menguat 0,24 persen ke level 21.301,73. Sementara indeks Hang Seng di China melemah 0,57 persen ke level 27.787,61.
Menurut analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, isu politik dalam negeri berdampak minim pada bursa. Pasalnya, pelaku pasar yakin aparat keamanan dapat menjaga keamanan tetap kondusif.
”Berkaca dari sejumlah demo yang terjadi sebelum ini, kondisi pasar modal tetap kondusif. Sudah banyak demo yang terjadi dan semua cenderung berakhir damai,” ujarnya.
Kondisi pasar modal, lanjut Nafan, lebih terpengaruh oleh sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Terlebih Pemerintah AS telah menjatuhi sanksi kepada perusahaan teknologi asal China, Huawei. Pemerintah China diyakini akan segera melakukan balasan.
Pelaku pasar juga lebih memperhatikan data ekonomi dalam negeri yang akan diumumkan beberapa waktu ke depan. Selain itu, pergerakan rupiah yang tertekan oleh efek perang dagang ataupun tekanan dari sisi kenaikan permintaan dollar AS akibat kebutuhan pembayaran dividen.
Berdasarkan kurs nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), hari ini rupiah berada di level Rp 14.478 per dollar AS, melemah 9 poin dari Jumat akhir pekan lalu yang masih berada di level Rp 14.469 per dollar AS.
Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, mengatakan, secara teknikal, pelemahan IHSG sudah memasuki area jenuh jual (oversold) sehingga mengalami technical rebound dalam jangka pendek.
Berbeda dengan Aji Gusta, Dennies melihat pengumuman hasil Pemilu 2019 tetap akan menjadi perhatian pelaku pasar karena akan memengaruhi arah bursa saham dan rupiah. Pasalnya, arah pasar ke depan akan bergantung pada stabilitas keamanan selepas pengumuman hasil pemilu.
”Bila kondisi aman dan kondusif, pergerakan pasar berpotensi positif,” ujar Dennies.
Protokol krisis
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo memastikan otoritas telah menyiapkan protokol krisis di pasar modal sebagai antisipasi jika IHSG menurun tajam hanya dalam satu hari.
”Protokol krisis selalu ada, cuma kita biasanya, kan, baru melihat ke pasar apabila dalam sehari itu mulai turun lebih dari 2 persen,” kata Laksono.
Pelemahan IHSG sampai saat ini belum mencapai 10 persen. Sepanjang pekan lalu, IHSG melemah sebesar 6,16 persen dari 6.209,12 ke level 5.826,87 sebelum akhirnya kembali menguat pada perdagangan hari ini.
Dia melanjutkan, jika IHSG merosot 5 persen dalam sehari perdagangan, BEI akan mengadakan rapat bersama otoritas pasar modal lainnya. Adapun jika anjloknya indeks mencapai 10 persen dalam satu hari perdagangan, bursa akan memberlakukan auto-hold atau pemberhentian perdagangan.