Pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Makassar, Sulawesi Selatan, mengirimkan pesan damai menyikapi situasi bangsa menjelang penetapan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Makassar, Sulawesi Selatan, mengirimkan pesan damai menyikapi situasi bangsa menjelang penetapan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei nanti. Para rektor meminta semua pihak tetap menjaga persatuan dan persaudaraan di tengah perbedaan.
Pertemuan yang melahirkan ”Pesan Makassar” itu berlangsung di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Senin (20/5/2019). Selain Unhas sebagai tuan rumah, pimpinan perguruan tinggi lain yang hadir antara lain dari Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Universitas Islam Negeri Alauddin.
Seusai pertemuan, para rektor menyampaikan sikap tertulis yang dibacakan Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu. Ada tujuh poin penting yang menjadi kesepakatan para rektor. Di antara pesan itu adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur adalah cita-cita bersama bangsa Indonesia.
Selain itu, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan yang disertai semangat persaudaraan merupakan syarat mutlak dalam mewujudkan kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran bangsa di tengah kemajemukan.
”Perbedaan pendapat dan sikap politik harus disikapi secara wajar selama bersifat rasional dan proporsional serta berada dalam koridor negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 45,” kata Dwia.
”Saatnya menunjukkan kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat, bangsa yang besar, dan bangsa pemimpin. Pengalaman dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika dalam bertoleransi serta dalam membangun persatuan dan kebersamaan adalah bukti nyata yang diakui dunia,” lanjutnya.
Dalam bagian lain pernyataan ini, disebutkan pula bahwa masa depan bangsa dapat dicapai jika seluruh anak bangsa menyatukan hati, pikiran, dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan serta mengamalkan jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotong royong, dan toleran.
”Oleh karena itu, kami, forum pimpinan perguruan tinggi Makassar, mengimbau kepada seluruh elemen bangsa Indonesia untuk senantiasa menjaga perdamaian, mengedepankan persatuan dan persaudaraan, bersikap saling menghargai perbedaan, serta selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok,” tutur Dwia.
Hal ini sejalan dengan upaya menghormati perjuangan dan pengorbanan serta amanat para pahlawan bangsa dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam keutuhan NKRI.
Setelah pembacaan ”Pesan Makassar”, kepada wartawan, Dwia mengatakan, sikap para pemimpin ini juga menjadi pesan bagi mahasiswa untuk turut menjaga perdamaian dan keteduhan.
”Ini menjadi sikap bersama bahwa kalangan perguruan tinggi, tempat lahirnya pemimpin bangsa, akan menjaga keteduhan di tengah situasi saat ini. Dengan sikap ini, mahasiswa mestinya paham dan sejalan untuk turut menjaga perdamaian,” ujarnya.
Kepala Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IX Sulawesi Jasruddin mengatakan, pihak perguruan tinggi menolak tindakan-tindakan yang inkonstitusional.
”Kepada mahasiswa, kami juga meminta untuk mengikuti komitmen kebangsaan dan NKRI harga mati sehingga kami akan bersama-sama menghadapi berbagai ancaman dari luar. Karena itu, kami berharap tak ada pernyataan sikap dengan turun ke jalan,” kata Jasruddin.