JAKARTA, KOMPAS – Jelang Grand Prix Asia 2019 di Chongqing, China pada 4-7 Juni, tim estafet 4x100 meter putra Indonesia terus berlatih kecepatan dan memperbaiki stamina. GP Asia itu menjadi salah satu kesempatan tim estafet merebut tiket ke Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, 27 September-6 Oktober. Dengan tampil di Doha, tim estafet berharap bisa menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Pada Jumat (24/5/2019), tim pelatih memberikan latihan teknik sekaligus fisik di kolam renang Hotel Atlet Century Park, Jakarta. Para pelari diminta melakukan gerakan lari di dalam kolam selama 10 detik sebanyak 6 kali per orang.
Latihan itu cukup menguras energi para pelari yang sedang menjalankan ibadah puasa. Pelari terbaik nasional Lalu Muhammad Zohri sampai muntah-muntah sehabis latihan. Ia merasa pusing dan mual karena latihannya cukup berat. ”Program ini lebih berat ketimbang latihan lari 400 meter,” kata Zohri di tengah latihan.
Namun, pelatih meminta merkea menuntaskan latihan. Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, latihan itu salah satu bagian penting untuk meningkatkan kecepatan pelari. Di dalam air, mereka dipaksa untuk melakukan gerakan tangan dan kaki lebih cepat. Stamina para pelari pun bisa ikut meningkat karena latihan di dalam air lebih berat daripada di darat.
”Yang paling penting, gerakan tangan mereka harus bertambah cepat. Gerakan tangan sangat memengaruhi gerakan kaki. Semakin cepat gerakan tangan, semakin cepat pula gerakan kaki pelari,” katanya.
Di luar itu, tim pelatih sudah menyiapkan program latihan seperti koordinasi angkat paha. Lari ABC atau gerakan lari cepat secara kejut dengan tiga kali tahapan. Kemudian latihan daya tahan kecepatan dengan menggunakan kerucut yang dibagi beberapa titik dan memanjang sejauh 60 meter. ”Latihan ini akan terus diulang agar para pelari bisa meningkatkan kecepatan terbaiknya, terutama empat anggota tim estafet selain Zohri,” tutur Eni.
Adi Ramli Siddiq
Setelah mencapai waktu terbaik 38,77 detik pada Asian Games 2018, sprinter senior Fadlin gantung sepatu dan tim estafet belum mencapai performa terbaiknya. Pada empat kejuaraan awal tahun ini, mereka masing masing mencatat waktu 40,26 detik (Singapura Terbuka), 39,66 detik (Kejuaran Asia), 39,39 detik (Kejuaraan dunia estafet) dan 39,76 detik (GP Jepang Terbuka).
Eni menuturkan, pada dua kejuaraan awal, formasi pelari yang diturnkan adalah Mochammad Bisma Diwa, Eko Rimbawan, Joko Kuncoro Adi, dan Bayu Kertanegara. Pada dua kejuaraan terakhir, formasi dibubah mejadi Bisma, Zohri, Eko, dan Bayu.
Di Chongqing, Indonesia akan mencoba kemampuan pelari muda asal Jawa Tengah Adi Ramli Siddiq (18). Adi kembali ke pelatnas sebulan terakhir setelah mengikuti ujian nasional dan mulai menemukan performa terbaiknya. Catatan waktu Adi lebih baik daripada dua pelari baru lainnya, yakni 10,51 detik. Adapun 10,70 detik dan Joko 10,73 detik.
”Kemungkinan Adi akan dicoba pada GP Asia 2019. Dia bisa ditaruh di semua posisi, terutama pelari pertama atau pelari terakhir. Mudah-mudahan kehadiran dia bisa meningkatkan performa tim seperti Asian Games 2018 lalu,” ujar Eni.
Pelatih sprint Farrell Oktaviandi mengatakan, tim estafet kehilangan Fadlin yang berperan sebagai pemimpin ketika masih aktif. Keberadaan Fadlin signifikan karena dia bisa memberikan masukan dan nasihatnya didengar pelarin lain.
”Saya berharap Eko menggantikan peran Fadlin, sebagai pelari paling berpengalaman di ti mini. Tetapi, Eko masih segan menggambil peran itu, terutama dalam memberikan masukan kepada anggota tim lainnya. Tim ini harus saling mengingatkan satu sama lain,” tegasnya.
Zohri mengutarakan, proses perpindahan tongkat belum mulus. Kadang, perpindahan terlalu cepat sehingga antar pelari saling tabrakan. Sebaliknya, jika terlalu lambat pelari tidak bisa langsung melaju dengan kecepatan tinggi.
Salah satu masalah utama, antara lain tidak ada pemimpin yang dituakan dalam tim. “Saya berharap para pelari bisa saling mengingatkan. Bila ada kekurangan, semuanya harus saling koreksi. Bila perlu langsung bilang ke pelatih agar sama-sama diperbaiki,” ujarnya.