Indonesia memasuki babak baru diplomasi dengan negara-negara di kawasan Pasifik. Indonesia menegaskan kembali posisinya sebagai bagian dari Pasifik. Lima provinsi di timur Indonesia, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT, berada di kawasan ini.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
WELLINGTON, SELASA — Indonesia memasuki babak baru diplomasi dengan negara-negara di kawasan Pasifik, yakni dengan menegaskan kembali posisinya sebagai bagian dari Pasifik. Lima provinsi di timur Indonesia, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT berada di kawasan ini.
Penegasan ini disampaikan Tantowi Yahya, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Tonga, Selasa (18/6/2019). ”Karena penduduknya mayoritas dari ras Melanesia dan Polinesia, Indonesia pun berhak untuk masuk dalam pergaulan komunitas Melanesia dan Polinesia di dunia. Berbicara dari sisi jumlah, mayoritas Melanesia dan Polinesia justru ada di Indonesia,” katanya.
Tantowi berbicara terkait dengan persiapan menghadapi pameran dagang, investasi, dan pariwisata bertajuk Pacific Exposition 2019 di Auckland, Selandia Baru, 12-14 Juli 2018. Sejauh ini, 18 negara di Pasifik memastikan hadir pada pameran yang diinisiasi Pemerintah RI bekerja sama dengan Australia dan Selandia Baru.
Menurut Tantowi, memanfaatkan fakta geografis dan demografis ini, Indonesia mengambil inisiatif untuk merangkul negara-negara di kawasan Pasifik dengan berbagai program ekonomi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan penanganan bencana dan perubahan iklim. Program-program ini sudah berjalan dan akan semakin digalakkan dalam bentuk yang lebih besar dan berskala regional.
Menurut Tantowi, guna meningkatkan kerja sama ekonomi, investasi, dan pariwisata sesama negara di kawasan ini, Indonesia menggagas Pacific Exposition yang merupakan pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata untuk negara-negara Pasifik.
Inisiatif tersebut didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Selandia Baru dan Australia yang selama ini menjadi ”saudara tua” negara-negara di kawasan yang belakangan semakin menyita perhatian banyak negara.
Menurut Tantowi, Indonesia memandang Pasifik sebagai kawasan penting dan strategis, pasar baru yang potensial untuk berbagai produk ekspor dan tetangga terdekat setelah ASEAN. Hal inilah yang sering disampaikan Menlu Retno LP Marsudi dalam berbagai kesempatan.
Pernyataan Menlu Retno sejalan pula dengan harapan Presiden Joko Widodo agar Indonesia mulai banyak berkiprah di Pasifik dengan memanfaatkan status kita sebagai anggota G-20 dan bagian dari Middle Income Countries.
Dalam kaitan kerja sama luar negeri, Indonesia harus datang dengan tangan di atas. ”Kita sudah saatnya memberi, jangan lagi meminta,” ucap Presiden Jokowi, seperti ditirukan Tantowi.
Tantowi menyambut harapan Menlu Retno dan Presiden Jokowi dengan serangkaian kegiatan berbasis sosial dan budaya yang bukan saja bermuara pada peningkatan hubungan antarmasyarakat Pasifik dengan kita, tapi juga ekonomi.
”Kita mengajak Australia dan Selandia Baru untuk datang lebih sebagai pasar dan pembeli dibandingkan sebaliknya dalam berbagai program ekonomi yang kita bangun. Negara-negara di Pasifik itu membutuhkan bantuan. Tidak lagi berupa ikan, tapi berupa kail,” ujar Tantowi.
Dengan Indonesia masuk dalam kelompok negara-negara Pasifik, lompatan besar terjadi. Kawasan ini akan mempunyai kekuatan 300 juta penduduk dengan GDP sekitar 2,8 triliun dollar AS. Lompatan jauh dari yang tadinya 30 juta penduduk dengan GDP 1,2 triliun dollar AS.