JAKARTA, KOMPAS — Sampai dengan Selasa (18/6/2019), ada 15 perusahaan yang menawarkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia. Dana yang dihimpun dari aksi itu mencapai Rp 2,31 triliun.
Tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 75 perusahaan melantai di pasar modal.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang semester I-2018, sebanyak 20 perusahaan melantai di BEI. Total dana yang dihimpun mencapai Rp 8,12 triliun.
Sementara secara keseluruhan, pada 2018, sebanyak 57 perusahaan menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) dengan total dana yang dihimpun Rp 16 triliun.
Otoritas bursa yang menyosialisasikan IPO tersebut meningkatkan ketertarikan perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Mobilisasi dana di pasar modal diyakini akan semakin bergairah, ditunjang penambahan jumlah investor dan emiten baru.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, otoritas bursa telah menyampaikan presentasi kepada 46-48 perusahaan konglomerasi. Dari proses tersebut, BEI optimistis target jumlah perusahaan IPO pada tahun ini akan tercapai.
”Dari hasil presentasi tersebut, hampir setengahnya merespons,” katanya.
Nyoman menilai, persepsi untuk menjadi perusahaan berskala besar lebih dulu, kemudian mencari dana di pasar modal, sudah beralih. Perusahaan berskala menengah kini memanfaatkan pasar modal untuk menopang pertumbuhan mereka menjadi perusahaan yang lebih besar.
Kendati menilai fenomena perusahaan kecil memanfaatkan pasar modal untuk menjadi besar merupakan tren baru yang menarik, otoritas bursa tetap mendorong perusahaan-perusahaan besar menggelar IPO demi pertumbuhan kapitalisasi pasar.
”Kesadaran perusahaan-perusahaan kecil untuk memanfaatkan pasar modal sebagai opsi pendanaan sudah meningkat. Jadi, kami buka kesempatan juga bagi (perusahaan) kecil untuk menjadi besar di pasar modal,” ujarnya.
Beragam
Perusahaan yang melantai di BEI cukup beragam. Pada Senin (17/6/2019), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk, pengelola klub sepak bola Bali United, melangsungkan IPO. Saham mereka melonjak pada penutupan perdagangan, Senin.
PT Yelooo Integra Datanet Tbk, pemegang merek layanan sewa modem Passpod, sudah melantai di pasar modal pada Oktober 2018. Perusahaan rintisan teknologi ini adalah binaan inkubator BEI.
Saat itu, Passpod melepas 130 juta saham dengan harga per lembar Rp 375.
CEO Passpod Hiro Whardana, yang dihubungi Selasa, di Jakarta, mengatakan, umumnya pembeli saham Passpod adalah investor ritel.
Menurut dia, setelah menjadi perusahaan terbuka, Passpod berusaha menambah fitur layanan baru, seperti asuransi perjalanan dan asisten virtual. Pada saat bersamaan, Passpod bekerja sama dengan Tokopedia untuk mempermudah calon konsumen mengakses produk Passpod.
Adapun Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (Kioson) Doane Cahyadi, menyebutkan, total dana yang terkumpul dari hasil melepas saham perdana di BEI sebesar Rp 43 miliar. Dana ini telah seluruhnya direalisasikan sebagai tambahan modal kerja perusahaan.
Kioson melantai di BEI pada 5 Oktober 2017.
Doane menambahkan, investor di Kioson sebagian besar berasal dari dalam negeri. Untuk mempertahankan kinerja setelah menjadi perusahaan terbuka, Kioson mempertahankan inovasi produk.
Sementara itu, Head of Investor Relations PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) Stanley Tjiandra mengatakan, tidak mudah menjaga performa kinerja keuangan di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu adaptif.
Pada 1 November 2017, MCAS melantai di BEI dengan harga saham Rp 1.385 per lembar.
”Kami terbuka terhadap investor strategis yang mampu memberikan nilai tambah terhadap pengembangan bisnis perusahaan rintisan teknologi yang sudah berstatus perusahaan terbuka,” kata Stanley.