Manajemen Mudik di Lumbung Pemudik
Manajemen mudik sudah dipersiapkan pemerintah sejak 6 Februari 2019, dengan menggelar rapat koordinasi lembaga/instansi yang terlibat. Walau sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, sejumlah catatan masih mengemuka di balik penyelenggaraan mudik lalu.
Perlu persiapan matang untuk menyelenggarakan arus mudik Lebaran yang nyaman dan lancar, terlebih di negeri dengan jumlah pemudik yang cukup besar. Pada Lebaran 2019, berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah pengguna angkutan umum sejak 29 Mei (H-7) hingga 13 Juni (H+7) mencapai 18,3 juta orang.
Manajemen mudik sudah dipersiapkan pemerintah sejak 6 Februari 2019, dengan menggelar rapat koordinasi lembaga/instansi yang terlibat. Jika dihitung dari tanggal perayaan hari raya Idul Fitri, persiapan tersebut sudah dilakukan sejak empat bulan sebelumnya. Walau sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, sejumlah catatan masih mengemuka di balik penyelenggaraan mudik lalu.
Sejumlah masalah yang sempat mengemuka adalah membeludaknya jumlah mobil pribadi di Jalan Tol Trans-Jawa. Peningkatan volume kendaraan pribadi saat arus mudik dan balik Lebaran memicu kepadatan di Jalan Tol Trans-Jawa. Kemacetan terparah terjadi pada Minggu (9/6/2019) siang hingga Senin dini hari yang kebanyakan dipicu akibat antrean kendaraan ke tempat istirahat.
Salah satu penyebab kenaikan mobil pribadi untuk mudik adalah daya tarik jalan tol. Jalan tol milik PT Hutama Karya yang dibuka untuk mudik Lebaran 2019 lebih panjang. Dari 89,6 kilometer yang dibuka untuk mudik Lebaran 2018, kini telah meningkat lagi menjadi 361,06 kilometer.
Pada 2018, tol tersebut terdiri dari 31,4 km tol operasional dan 58,2 tol fungsional. Sementara panjang tol operasional tahun ini telah mencapai 175,06 kilometer dan panjang tol fungsional mencapai 186 kilometer.
Sementara khusus di Jawa, Jalan Tol Trans-Jawa yang telah beroperasi untuk Lebaran 2019 sepanjang 933 kilometer; lebih panjang dari tahun sebelumnya. Sementara tahun lalu, Jasa Marga menyiapkan jalan tol yang terbentang sepanjang 735 km. Jalan tol tersebut terdiri dari 52,35 km tol yang siap operasi dan 207,85 km tol fungsional di bawah pengelolaan Jasa Marga.
Jumlah penumpang kereta api meningkat 7,18 persen pada tahun 2019 menjadi 5,11 juta penumpang.
Catatan kepadatan lalu lintas juga berpengaruh pada potensi kecelakaan. Walau mengalami penurunan 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya, berdasarkan data Polri, setidaknya masih terjadi 529 kecelakaan dari H-7 hingga H+3 Lebaran 2019.
Peningkatan jumlah pemudik dengan kendaraan pribadi juga berimbas pada penurunan jumlah pengguna angkutan umum. Agar masyarakat mau beralih moda, pemerintah perlu membenahi manajemen transportasi publik untuk keperluan mudik Lebaran.
Moda transportasi
Pada masa Lebaran 2019, jumlah penumpang seluruh moda angkutan umum sekitar 18,38 juta orang. Angka ini lebih rendah 1,78 persen jika dibandingkan dengan periode waktu yang sama di tahun sebelumnya, di mana jumlah penumpang mencapai angka 18,71 juta orang.
Penurunan paling tajam tahun ini terjadi di angkutan pesawat. Pada masa mudik Lebaran 2018, angkutan udara menjadi pilihan utama para pemudik. Di tahun tersebut, lebih dari 4,85 juta orang atau setidaknya 25,8 persen dari seluruh pemudik menjatuhkan pilihannya pada moda transportasi pesawat.
Sementara tahun ini, 3,53 juta orang yang melakukan perjalanan mudik dengan menggunakan pesawat terbang. Jika dihitung, terdapat penurunan 1,32 juta penumpang atau setara dengan 27,24 persen. Salah satu faktor yang banyak dikeluhkan penumpang adalah mahalnya harga tiket pesawat.
Berkah mahalnya harga tiket pesawat membuat kereta api dan kapal laut menjadi moda transportasi yang dilirik pemudik. Pada 2018, sejumlah 4,77 juta orang atau sekitar 25,4 persen dari seluruh pemudik menggunakan kereta api pada rentang H-7 hingga H+7 Lebaran.
Dalam periode waktu yang sama, jumlah penumpang kereta api meningkat 7,18 persen pada tahun 2019 menjadi 5,11 juta penumpang. Artinya, hampir sepertiga dari pemudik yang menggunakan transportasi umum pada musim Lebaran 2019 memilih untuk melakukan perjalanan dengan kereta api. Wilayah yang mengalami peningkatan jumlah penumpang kereta api adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat.
Selain kereta api, moda transportasi yang mengalami tren penumpang yang positif pada masa Lebaran 2019 adalah kapal laut. Di tahun ini, sebanyak lebih dari 1,6 juta orang memilih untuk melakukan perjalanan mudik menggunakan angkutan laut. Angka ini lebih besar sekitar 16 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan total penumpang angkatan laut 1,4 juta orang.
Jika dilihat dari jumlah penumpang naik dan penumpang turun, pelabuhan Batam menjadi menjadi yang terpadat. Tidak hanya di Indonesia bagian barat, geliat kapal untuk mengangkut para pemudik di Lebaran tahun 2019 juga tampak di Indonesia bagian timur.
Selama periode waktu H-7 hingga H+7 Lebaran, angkutan mudik hari raya Idul Fitri jalur laut tertinggi di Indonesia timur terjadi di Pelabuhan Makassar, Balikpapan, dan Parepare. Tahun 2017 total 634.392 penumpang, tahun lalu 711.276 penumpang, dan tahun ini berada di angka 750.000 penumpang.
Puncak mudik
Selain tren moda transportasi yang digunakan, data mudik ini juga memberikan gambaran pola mobilitas selama Lebaran. Tahun lalu, puncak arus mudik terjadi pada H-3 dengan jumlah penumpang seluruh moda transportasi sebesar 1,26 juta orang. Pada Lebaran 2019, puncak arus mudik terjadi pada H-4 dengan jumlah penumpang moda transportasi umum mencapai 1,20 juta orang.
Sementara puncak arus balik pada Lebaran 2018 terjadi pada H+4 lebaran, dengan 1,35 juta penumpang kembali ke perantauannya. Tahun ini, puncak arus balik terjadi di H+3 dengan total penumpang moda transportasi umum mencapai lebih dari 1,43 juta orang.
Data pergerakan pemudik ini juga menegaskan gambaran fenomena penurunan pemudik. Hal ini terlihat dari rata-rata perjalanan moda angkutan umum per hari selama rentang waktu H-7 hingga H+7. Pada 2018, rata-rata terdapat 1,17 juta orang yang melakukan perjalanan dengan kendaraan umum. Angka ini menurun 7,06 persen menjadi 1,09 juta orang pada tahun 2019.
Selain itu, data mobilitas pemudik ini juga memperlihatkan kepadatan pemudik. Puncak arus mudik berada dalam rentang H-4 dan H-3, sedangkan puncak arus balik tahun ini diperkirakan tidak akan berbeda jauh dari tahun lalu, yaitu pada H+3 dan H+4 Lebaran.
Artinya, pola kebiasaan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir merayakan Lebaran di kampung halaman, kira-kira berlangsung selama 7 hingga 10 hari. Pada H+3 sesudah Lebaran, mereka sudah melakukan perjalanan kembali ke Jabodetabek. Manajemen mudik yang dilakukan pemerintah perlu mengantisipasi lonjakan pemudik pada puncak arus mudik dan arus balik agar kenyamanan perjalanan mudik tetap terjaga.
Bukan hanya dari sisi waktu mudik, pemetaan kota-kota tujuan mudik juga harus menjadi perhatian agar simpul-simpul kemacetan dapat diantisipasi. Hasil survei potensi mudik 2019 yang dilakukan oleh Balitbang Kemenhub memperlihatkan, wilayah tujuan mudik warga Jabodetabek.
Daerah yang paling banyak dituju adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Survei tersebut memprediksi 5,62 juta warga Jabodetabek menuju Jawa Tengah saat arus mudik Lebaran 2019. Sementara 3,71 juta warga Jabodetabek lainnya menuju Jawa Barat, dan yang menuju Jawa Timur 1,67 juta warga Jabodetabek.
Daerah tujuan mudik ketiga provinsi tersebut terdiri dari kota-kota besar provinsi. Di Jawa Tengah, Kota Surakarta menjadi tujuan utama diikuti Kota Semarang dan Kota Tegal.
Panjang tol operasional tahun ini telah mencapai 175,06 kilometer dan panjang tol fungsional mencapai 186 kilometer.
Adapun untuk Jawa Barat, Kota Bandung menempati peringkat pertama kota di Jawa Barat yang dituju. Sementara di urutan kedua dan ketiga adalah Kota Cirebon dan Kota Bogor. Di Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi kota dengan jumlah pemudik dari Jabodetabek terbanyak, diikuti Kota Malang dan Kota Madiun.
Berdasarkan data mobilitas pemudik, setidaknya terdapat tiga informasi utama yang patut dicermati dalam pengelolaan mudik, yaitu moda transportasi, puncak arus pemudik, serta daerah-daerah tujuan pemudik.
Pemerintah dapat fokus mengembangkan infrastruktur mudik dan menyiapkan sarana yang memadai setidaknya di tiga indikator tersebut untuk menjamin pemudik sampai kota tujuan dan kembali dengan selamat dan nyaman. (LITBANG KOMPAS)