Tantangan Wujudkan Kenyamanan Mudik
Kenyamanan perjalanan mudik Lebaran selalu menjadi harapan para pemudik. Pada Lebaran tahun ini, pemerintah melakukan sejumlah upaya guna mendukung kenyamanan mudik kendati masih terdapat beberapa persoalan, khususnya terkait dengan kemacetan.
Kenyamanan perjalanan mudik Lebaran selalu menjadi harapan para pemudik. Pada Lebaran tahun ini, pemerintah melakukan sejumlah upaya guna mendukung kenyamanan mudik kendati masih terdapat beberapa persoalan, khususnya terkait dengan kemacetan.
Mudik atau pulang kampung menjadi budaya yang tidak dapat terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia. Lebaran dipandang sebagai kesempatan para migran untuk kembali ke kampung halamannya dengan waktu yang relatif panjang.
Relatif panjang karena pemerintah menyediakan cuti bersama bagi para pekerja, baik sipil maupun swasta. Tahun ini, libur Lebaran selama sembilan hari terhitung sejak 1 Juni hingga 9 Juni 2019 (termasuk cuti bersama dan akhir pekan).
Berbagai moda transportasi dipilih para pemudik untuk mengantarkan ke kampung halaman, salah satunya adalah angkutan jalan. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perhubungan, sepanjang H-7 Lebaran (29 Mei 2019) hingga H+5 Lebaran (11 Juni 2019), pengguna angkutan jalan lebih kurang 3,89 juta penumpang atau hampir seperempat dari total jumlah penumpang saat arus mudik dan balik. Angka tersebut meningkat sebesar 19,3 persen dari tahun sebelumnya sepanjang periode mudik yang sama.
Kekuatan Infrastruktur
Tak hanya pengguna angkutan umum, jumlah pengguna mobil pribadi pada Lebaran tahun ini juga meningkat sebesar 18 persen dari tahun sebelumnya. Tahun ini terdapat lebih dari 2,5 juta mobil, sedangkan tahun sebelumnya hanya ada 2,1 juta mobil pribadi pemudik.
Pada Lebaran tahun ini tercatat ada 166.574 kendaraan yang melintas melalui Gerbang Tol Cikarang Utama. Angka ini lebih banyak tiga kali lipat dari volume lalu lintas harian rata-rata normal, yakni 67.345 kendaraan, dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah tol di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, rekor tertinggi kendaraan yang melintas di jalur yang sama tercatat 130.125 kendaraan. Dengan kata lain, jumlah kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Cikarang meningkat sekira 28 persen selama dua masa puncak mudik Lebaran terakhir.
Lonjakan pengguna kendaraan pribadi tidak lepas dari dukungan infrastruktur Tol Trans-Jawa Jakarta-Surabaya. Pada Lebaran tahun ini, jalur tol itu sudah beroperasi 100 persen.
Sepanjang lebih kurang 1.000 kilometer jalan tol difungsikan pada Lebaran tahun ini dari Merak hingga Pasururan. Sepanjang 996 kilometer sudah berstatus tol operasional, hanya 4,7 kilometer yang masih berstatus tol fungsional.
Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Lebaran tahun 2018. Saat itu jalan tol hanya beroperasi dari Merak hingga Probolinggo. Tahun lalu baru sepanjang 524 kilometer jalan tol yang sudah berstatus operasional, masih ada 235 kilometer jalan tol yang berstatus fungsional.
Rekayasa lalu lintas
Dukungan tol Trans-Jawa diperkuat dengan kebijakan penerapan rekayasa lalu lintas. Pemerintah berupaya memperlancar perjalanan mudik masyarakat dengan menerapkan rekayasa lalu lintas berupa sistem satu arah (one way) dan lawan arus (contraflow) di Jalan Tol Trans-Jawa selama masa arus mudik dan balik.
Penerapan satu arah ini dilakukan saat arus mudik dan arus balik. Saat arus mudik, kebijakan satu arah diberlakukan tanggal 30 Mei hingga 2 Juni 2019. Awalnya, pemberlakuan satu arah direncanakan mulai dari Kilometer 70 Jakarta-Cikampek Utama hingga Kilometer 263 Brebes Barat sejak pukul 09.00 hingga pukul 21.00.
Kendati demikian, padatnya arus kendaraan membuat jalur satu arah diperpanjang hingga Kilometer 414 Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang. Waktu pemberlakuan lalu lintas satu arah di jalur tol pun juga bergeser. Pemberlakuan satu arah ini dimulai hampir 3 jam lebih awal lantaran tingginya lonjakan arus kendaraan.
Kondisi serupa terjadi saat arus balik. Pada arus balik, kebijakan satu arah dilakukan pada Kilometer 414 Gerbang Tol Kalikangkung hingga Kilometer 70 Cikampek Utama. Rencana awal, kebijakan ini diberlakukan pukul 12.00 hingga 24.00. Namun, pada kenyataannya, pada hari pertama pemberlakuan satu arah saat arus balik dimulai pukul 14.05 karena menyesuaikan ramainya lalu lintas tol.
Pemerintah juga berupaya mengantisipasi kemacetan ini dengan meningkatkan layanan jalan tol dan mengurai kemacetan di gerbang tol. Pertama, Jasa Marga melakukan penambahan jumlah gardu hingga empat kali lipat dari kondisi normal.
Berikutnya, mengoperasikan alat mobile reader untuk memperlancar transaksi di gerbang tol. Mobile reader merupakan alat pengganti transaksi di gerbang tol. Alat tersebut dibawa oleh petugas yang menghampiri satu per satu mobil yang tengah antre di gerbang tol.
Penambahan Rest Area
Perjalanan pemudik dalam melakukan perjalanan darat, baik dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi, juga didukung oleh rest area. Pihak Jasa Marga menyediakan beberapa rest area untuk para pemudik. Ada 36 rest area di Tol Trans-Jawa yang tersebar dari ruas Jalan Tol Merak hingga Probolinggo di Jawa Timur. Beberapa fasilitas yang disediakan di rest area adalah toilet, rumah makan, tempat parkir, tempat ibadah, dan SPBU.
Terdapat 2 tipe rest area, yaitu tipe A dan tipe B. Rest area tipe A menyediakan pelayanan SPBU, tempat makan, toilet, tempat parkir, dan masjid. Sementara rest area tipe B tidak menyediakan pelayanan SPBU, hanya terdapat toilet, mushala, dan tempat makan.
Terdapat sebuah rest area yang menarik dan dimungkinkan dapat memberikan kenyamanan bagi pemudik yang istirahat di rest area tersebut. Tepatnya di Kilometer 260B ruas Tol Pejagan-Pemalang, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, bernama Rest Area Km 260B heritage-Banjaratma. Rest area ini merupakan bangunan bekas Pabrik Gula Banjaratma.
Terletak 5 kilometer sebelah barat Kota Brebes, bangunan ini beroperasi sejak tahun 1913. Berbeda dengan rest area lainnya, rest area ini tidak hanya menyediakan pelayanan tempat makan, tempat ibadah, dan toilet, tetapi juga tempat untuk bersantai. Bahkan, terdapat tempat untuk swafoto saat para pemudik beristirahat di tempat tersebut.
Hambatan perjalanan
Kendati berbagai rencana telah dipikirkan, tak bisa dimungkiri bahwa mudik Lebaran tahun ini belum bisa lepas dari persoalan kemacetan. Kemacetan masih terjadi sepanjang 19 kilometer di jalur tol pada H+3 lebaran (9 Juni 2019) pada saat arus balik.
Kemacetan ini terjadi karena ada antrean panjang di Gerbang Tol Cikampek Utama yang bermula dari meningkatnya volume kendaraan. Untuk mengantisipasi kemacetan tersebut, polisi memberlakukan kebijakan contraflow pada Kilometer 70 Tol Karawang hingga Kilometer 29 Tol Bekasi. Selain itu, polisi juga memberlakukan buka tutup rest area dan pengalihan arus dari tol ke jalur arteri Karawang.
Kemacetan yang sama terjadi dari arah Bandung menuju Jakarta, tepatnya di Tol Kalihurip Utama 2 sepanjang 6 kilometer. Kemacetan ini terjadi karena meningkatnya volume kendaraan dan pertemuan arus kendaraan dengan ruas Tol Cikampek di Kilometer 66. Kemacetan lain terjadi di Tol Palimanan, Cirebon, hampir mencapai 2 kilometer.
Tidak hanya terjadi pada jalan tol, kepadatan juga terjadi di jalur utama pantura Cirebon oleh kendaraan dari arah Jawa Tengah menuju Jakarta. Kendaraan yang melintas adalah sepeda motor, mobil pribadi yang memilih jalur arteri, dan bus yang membawa penumpang menuju Jakarta.
Pada tanggal tersebut, secara total terdapat 330.072 penumpang angkutan jalan, 442.333 mobil, serta 118.043 sepeda motor. Arus lalu lintas yang padat ini terjadi karena hari berikutnya, Senin, 10 Juni 2019, aktivitas bekerja sudah dimulai.
Rekayasa lalu lintas satu arah juga berimbas pada kemacetan yang terjadi di sejumlah jalur arteri nontol. Kepadatan itu terjadi karena bercampurnya kendaraan di satu jalur, baik sepeda motor, mobil penumpang, truk, bus, maupun mobil pengangkut bahan bakar.
Sejumlah titik lain yang juga terpantau macet adalah jalur Nagreg, Tasikmalaya, dan Majalengka, semua di Jawa Barat. Kemacetan di jalur arteri juga terjadi karena ada pertemuan arus mudik dan balik di jalur selatan serta sejumlah pasar tumpah di sana, yakni Pasar Limbangan, Lewo, dan Bandrek.
Banyaknya rest area, pada sisi lain juga menjadi salah satu sumber kemacetan saat arus mudik ataupun arus balik Lebaran. Lokasi rest area di sejumlah titik yang berada di pinggir jalan dengan kondisi yang kurang memadai untuk parkir kendaraan menimbulkan menumpukknya kendaraan hingga keluar dari lokasi rest area yang justru menjadi sumber kemacetan.
Secara keseluruhan, arus mudik dan arus balik Lebaran 2019 sudah lebih baik daripada sebelumnya kendati kemacetan masih menjadi persoalan yang perlu diurai. Pengalaman rekayasa lalu lintas dan kondisi rest area perlu diperhitungkan guna meminimalisasi kemacetan di ruas jalan nontol dan penumpukan kendaraan di rest area. (AGUSTINA PURWANTI/LITBANG KOMPAS)