JAKARTA, KOMPAS – Tim estafet putra pelatnas atletik PB PASI bersiap tampil di pesta olahraga antarmahasiswa sedunia, Universiade 2019 di Napoli, Italia, 3-14 Juli 2019, tanpa sprinter terbaik nasional Lalu Muhammad Zohri. Kejuaraan ini akan menjadi ajang pembuktian bagi Eko Rimbawan, Bayu Kertanegara, Mochammad Bisma Diwa, dan Joko Adi Kuncoro, bahwa mereka bisa tetap kompetitif tanpa Zohri.
PB PASI akan mengirim atlet ke Universiade 2019 pada lari 100 meter putra, estafet 4x100 meter putra, lari gawang putri, dan loncat tinggi putri. Dari nomor sprint (100 meter dan estafet), mereka hanya mengirim empat atlet, yakni Eko, Bayu, Bisma, dan Joko. Empat pelari itu akan turun di nomor estafet. Khusus Eko dan Bayu, mereka juga akan turun di nomor 100 meter.
Pada Universiade kali ini, Lalu Muhammad Zohri tidak ambil bagian. Pasalnya, atlet kelahiran Lombok Utara, NTB, 1 Juli 2000 itu baru lulus sekolah menengah atas pada Mei lalu. Dia baru saja diterima di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram, NTB beberapa hari lalu.
Walau begitu, tim sprint tetap mempersiapkan diri dengan optimal. Pasca liburan Idul Fitri atau sejak Senin (10/6/2019) lalu, tim sudah mulai berlatih kembali. Mereka berlatih secara individu maupun tim.
Khusus untuk estafet, pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mempersiapkan formasi pelari pertama Bisma, kedua Bayu, ketiga Eko, dan keempat Joko. Adapun formasi inti tim adalah Bisma, Zohri, Eko, dan Bayu.
Jika pun Zohri tidak ada, biasanya formasi alternatif tim adalah Bisma, Eko, Joko, dan Bayu. Bayu menjadi pelari kedua karena pertimbangan kecepatan larinya yang cukup baik akhir-akhir ini.
Dalam teori atletik, pelari tercepat umumnya diletakkan sebagai pelari kedua. ”Sedangkan Eko lebih berpengalaman menjadi pelari ketiga. Itu sudah dilakukannya sejak Asian Games 2018 lalu,” ujar Eni ketika dijumpai di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Terus dimatangkan
Formasi Bisma, Bayu, Eko, dan Joko mulai dicoba Eni saat tim tampil di GP Asia di Chongqing, China pada 4-7 Juni. Mereka memang berada di peringkat keempat dengan waktu 39,79 detik. Namun, itu tidak terlalu buruk ketimbang hasil formasi Bisma, Eko, Joko, dan Bayu pada Singapura Terbuka dengan waktu 40,26 detik dan pada Kejuaraan Asia dengan waktu 39,96 detik.
Formasi Bisma, Bayu, Eko, dan Joko hanya kalah dengan catatan waktu formasi Bisma, Zohri, Eko, dan Bayu di Kejuaraan Dunia Estafet dengan waktu 39,39 detik, dan Jepang Terbuka dengan waktu 39,76 detik. ”Formasi baru ini cukup ideal dan akan terus dimatangkan,” kata Eni.
Pematangan yang dilakukan dari kecepatan lari individu hingga perpindahan tongkat. Berdasarkan pantauan Kompas di pelatnas PB PASI, Sabtu, dengan formasi baru, tim mengalami perkembangan cukup baik. Dua kali latihan lari estafet secara penuh, mereka terus menunjukkan perkembangan.
Pada latihan pertama, perpindahan tongkat dari pelari pertama ke kedua masih renggang dan dari pelari kedua ke ketiga terlalu rapat. Catatan waktunya hanya 40,39 detik. Namun, pada percobaan kedua, kesalahan praktis hanya terjadi kala perpindahan tongkat dari pelari kedua ke ketiga yang agak rapat. Catatan waktu itu menjadi 40,20 detik.
”Latihan kali ini cuma 90 persen. Kami bukan ingin mengejar catatan waktu tetapi ingin perpindahan tongkat lebih mulus. Kalau bisa semakin mulus, saya yakin mereka bisa belari 39 detik kecil di Universiade nanti,” tutur Eni.
Bagi tim estafet yang akan berangkat ke Universiade, ini menjadi tantangan guna membuktikan mereka bisa tetap optimal walau tanpa Zohri. Mereka tidak ingin selalu bergantung pada Zohri. Apalagi Zohri sewaktu-waktu tidak bisa tampil. Seperti saat ini, selain belum berstatus mahasiswa, Zohri juga memang sedang mengalami cedera ringan.
Saat dibawa ke China, Zohri mengeluhkan ngilu pada lutut sebelah kiri jika harus berlari dengan kecepatan penuh. Ia diduga mengalami kelelalahan otot karena terus diporsir berlomba sejak Malaysia Terbuka, Kejuaraan Asia, Kejuaraan Dunia Estafet, hingga Jepang Terbuka.
”Tanpa Zohri, kami ingin tembus 39 detik,” tegas Bayu.