JAKARTA, KOMPAS—Bahasa Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik lebih banyak penutur asal Australia. Untuk itu, dibutuhkan lebih banyak promosi dari pihak Indonesia mengenai fungsi strategis pemelajaran Bahasa Indonesia, terutama dengan menguatnya Indonesia di arena politik regional serta ekonomi dunia.
"Siswa sekolah di Australia sebenarnya banyak yang berminat belajar Bahasa Indonesia. Apalagi, jarak Indonesia yang dekat dengan Australia memungkinkan sekolah mengadakan kegiatan libur musim panas ke Indonesia agar siswa bisa berlatih," kata Brendan Bawden, guru Bahasa Indonesia dari Damascus College, Ballarat di negara bagian Victoria, Australia, ketika ditemui di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Menurut Bawden, masyarakat Australia cenderung masih konservatif. Hal ini tampak dari pemilihan bahasa asing untuk dipelajari di sekolah. Orangtua umumnya mengarahkan siswa memilih bahasa Eropa seperti Bahasa Perancis untuk dipelajari. "Belum banyak yang menyadari bahwa Indonesia adalah tetangga terdekat Australia sekaligus kekuatan ekonomi yang tengah berkembang," tuturnya.
Belum banyak yang menyadari bahwa Indonesia adalah tetangga terdekat Australia sekaligus kekuatan ekonomi yang tengah berkembang.
Situasi politik
Pendapat serupa dikemukakan Silvy Wantania, guru Bahasa Indonesia di Bacchus Marsh Grammar School yang juga Presiden Asosiasi Guru Bahasa Indonesia se-Victoria (VILTA). Peminatan Bahasa Indonesia mengalami pasang surut tergantung hubungan bilateral antara Tanah Air dengan Negeri Kangguru.
Menurut dia, sejak peristiwa Bom Bali pada tahun 2002, antusiasme masyarakat Australia belajar Bahasa Indonesia menurun drastis. Kelas yang biasanya diisi oleh puluhan siswa hanya tinggal belasan, ada juga yang jumlah siswa peminat Bahasa Indonesianya kurang dari sepuluh orang.
Bahkan, banyak sekolah yang menutup program studi Bahasa Indonesia. Demikian pula setiap ada kejadian tsunami, gempa bumi, ataupun erupsi gunung berapi membuat orangtua ketakutan anaknya belajar tentang Indonesia.
"Hal ini tidak lepas dari minimnya pengetahuan warga Australia tentang geografi Indonesia. Ada kejadian di satu tempat, mereka pikir seluruh Indonesia terdampak. Akibatnya, anak-anak dilarang belajar Bahasa Indonesia," ujarnya.
Tercatat, saat ini anggota VILTA ada 300 orang. Menurut Silvy, belum semua guru Bahasa Indonesia bergabung dengan organisasi ini. Mereka berasal dari berbagai sekolah, mulai dari SD hingga SMA dengan kondisi antusiasme yang berbeda-beda.
Meskipun begitu, ia optimistis Bahasa Indonesia akan kembali diminati karena pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik regional Indonesia. Saingan terberatnya adalah Bahasa Mandarin karena perkembangan China menjadi raksasa ekonomi global. Namun, Indonesia tetap memiliki peran penting di Asia.
"Kedutaan Besar Indonesia di Canberra beserta konsulat jenderal dan kantor-kantor perwakilan Indonesia juga banyak membantu mempromosikan Bahasa Indonesia serta budaya Nusantara ke warga Australia," ucapnya.
Interaktif
Pada hari Sabtu, tujuh guru dan 33 siswa berusia 15-18 tahun dari Damascus College dan Bacchus Marsh Grammar School tengah belajar Bahasa Indonesia di Kampung Bahasa Bloombank di Ciracas, Jakarta Timur. Mereka belajar melalui interaksi langsung dengan warga di kampung sekitar, terutama anak-anak.
Selain itu, siswa-siswa Australia ini juga belajar mengenai permainan tradisional Nusantara seperti balap karung, lomba bakiak, dan egrang. Sepanjang permainan mereka diwajibkan berbahasa Indonesia.
Pendiri Yayasan Kampung Bahasa Bloombank Niknik M Kuntoro menjelaskan, metode pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing di tempat itu menitikberatkan pada interaksi dan visual. Melalui metode tersebut, pemelajaran Bahasa Indonesia bisa dilakukan secara langsung, tanpa memerlukan penerjemahan kosa kata ke Bahasa Inggris.
"Kami memiliki 12 modul Bahasa Indonesia untuk permainan tradisional sehingga siswa bisa bermain sambil berpraktik," kata Niknik.