Cukup dengan Cecilia Chailly seorang diri dan sebuah harpa elektrik, suasana auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta, Jumat (21/6/2019) malam, terasa lengkap. Cecilia mampu mengantar penonton masuk dalam berbagai suasana.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Cukup dengan Cecilia Chailly seorang diri dan sebuah harpa elektrik, suasana auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta, Jumat (21/6/2019) malam, terasa lengkap. Dengan alat musik rancangannya, Cecilia mampu mengantar penonton masuk dalam berbagai suasana melalui konser harpa tunggalnya bertajuk Aurora.
Total 18 repertoar disuguhkan Cecilia dalam konser yang digelar Kedutaan Besar Italia bersama Institut Kebudayaan Italia tersebut. Ia memulainya dengan petikan akustik lagu berjudul ”Aurora”, yang kemudian disusul dengan ”Incanto”, sebuah komposisi musik yang menerjemahkan suasana kesepian. Dengan dentingan harpa menggaung, Cecilia membawa masuk penonton bertualang dan bermeditasi di ruang-ruang sunyi.
Dalam sekejap, pemain harpa sekaligus komposer itu langsung menyeret audiens masuk suasana energik melalui karya ketiganya berjudul ”Rapid Stars”. Pada lagu ini, ia menampilkan petikan-petikan cepat, diselingi ketukan-ketukan di gagang harpa. Begitu petikan-petikan dinamisnya berhenti, tepuk tangan penonton langsung menggaung di auditorium.
Lagi-lagi, Cecilia mengajak penikmat musik masuk dalam suasana meditatif. Ia memainkan komposisi berjudul ”Kiss from Heaven”, ciuman surgawi. Seperti judulnya, petikan-petikan dawai harpa mengalun lembut, membawa masuk ke dalam suasana kontemplatif. Dawai-dawai harpa Cecilia mengantarkan datangnya ”ciuman surgawi”.
Petikan-petikan dawai harpa mengalun lembut, membawa masuk ke dalam suasana kontemplatif. Dawai-dawai harpa Cecilia mengantarkan datangnya ”ciuman surgawi”.
Komposisi-komposisi Cecilia juga mengandung pesan-pesan mendalam. Karyanya berjudul ”Un Flore” atau ”A Flower” menegaskan perhatiannya pada keberagaman. ”Aku begitu menyukai keberagaman kepercayaan dan agama. Beragam itu ibarat seperti bunga, indah,” katanya.
Improvisasi kreatif
Cecilia yang belajar musik di Milan Conservatory of Music merupakan pelopor genre crossover. Ia begitu piawai mengombinasikan berbagai macam genre musik menggunakan harpa kreasinya.
Cecilia yang belajar musik di konservatori sejak usia 16 tahun mencoba mengembangkan kembali harpa akustik dan menjadi pionir harpa elektrik. Karena itulah, dalam beberapa komposisinya, ia menciptakan kombinasi-kombinasi unik dari harpa elektriknya.
Pada komposisi berjudul ”Moon Dance” atau ”Danza di Luna”, Cecilia berhasil mengajak audiens masuk dalam suasana penuh kelucuan. ”Saya menyukai kelucuan, hidup mesti tetap berjalan,” ucapnya.
Cecilia sangat menikmati lagu ini. Dia memainkan harpa sembari berdiri. Petikan senar-senar bas direkam, kemudian diputar berulang-ulang. Ia lalu mengisinya dengan melodi-melodi lincah.
Untuk mengurangi efek gaung dari senar harpa, Cecilia merobek secarik kertas, lalu menjadikannya sebagai ganjal senar. Trik sederhana ini mampu menciptakan efek suara yang unik. Benar-benar kreatif.
Untuk mengurangi efek gaung dari senar harpa, Cecilia merobek secarik kertas, lalu menjadikannya sebagai ganjal senar.
Satu komposisi yang mampu membuat audiens larut dalam keharuan adalah lagu tentang almarhum ibunya berjudul ”Grazie Ma” atau ”Thanks Mom”. Saat memainkan karya ini, Cecilia bernyanyi dalam bahasa Italia.
Yang mengharukan, di sela-sela lagu, Cecilia memasukkan rekaman suara perbincangan dirinya dengan ibu dan saudara-saudaranya saat masih kecil. ”Ini adalah suara asli saya, ibu, dan saudara-saudara saya. Sejak dahulu, saudara saya sering membuat dokumentasi tentang keluarga kami,” ungkap Cecilia.
Duta Besar Italia untuk Indonesia Vittorio Sandalli mengatakan, konser ini merupakan bagian dari peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Italia. Menurut Vittorio, Cecilia adalah musisi yang memiliki kemampuan lengkap karena ia juga seorang komposer, penyanyi, dan penulis.
Cecilia mulai berlajar musik diawali dengan studi komposisi di bawah bimbingan Azio Corghi. Ia juga pernah berkolaborasi dengan sejumlah musisi kawakan, seperti John Cage. Pada umur 19 tahun, ia sudah tampil di Teatro Alla Scala di Milan. Setelah masuk ke jalur musik profesional, Cecilia tampil keliling dunia di sejumlah negara, mulai dari Eropa, Jepang, China, Taiwan, hingga Libya.
Dengan kepiawaiannya bermusik, Cecilia berulang kali tampil di sejumlah konser besar di Italia dan negara-negara Eropa lain. Ia pernah tampil di hadapan mendiang Paus Yohanes Paulus II dan Dalai Lama.
Tak hanya musik, Cecilia juga mendalami dunia sastra. Kariernya di dunia sastra dimulai sejak 1998 saat ia meluncurkan novel berjudul Era dell’amore (Bompiani). Novel ini memenangi sejumlah penghargaan, seperti Premio Rapallo, Elsa Morante, dan Reggio Calabria Opera Prima.